Riuh angin mengepakkan bunga sakura berhambur dihadapan wajah Thala. Mengacaukan keheningan yang diciptakan gadis itu.
"Angin sialan"
Sarkasnya tak tahu menahu, Thala melanjutkan langkah kakinya hingga titik pusat yang ditujunya kini berhadapan langsung dengannya.
Sorot matanya menatap Jeon Jungkook, menyiratkan amarah penuh gejolak tanpa adanya kesabaran.
"Hey berhentilah menatapku seperti itu"
Thala menatap hazel jungkook sesaat, lalu pikirannya kembali mendominasi dirinya.
"Apa yang kau inginkan?"
Jungkook tergelak menatap sahabat kecilnya, kemudian pria itu menundukkan kepalanya, menyelaraskan tinggi dengan gadis dihadapannya.
"Yang ku inginkan? Hmm"
Jungkook melipatkan tangannya didepan dada sebagai gestur andalannya. Mencoba terlihat berpikir keras, sengaja untuk menguras emosi Thala lebih dalam.
"Aish Jeon, kau menyebalkan!"
Jungkook menopang dagunya, mengeluarkan seringaian terbaiknya.
"Ayo pergi makan bersamaku!"
Thala menoleh sekejap lalu membalas seringaian Jungkook
"Tidak mau"
Thala memeletkan lidah setelah menolak permintaan sahabat kecilnya itu. Dengan sekali gerak, Jungkook mampu mengangkut paksa Thala ke punggungnya. Membiarkan Thala meminta ampunan padanya.
"JEON TURUNKAN AKU"
Jungkook membuka pintu mobilnya dan memaksa Thala masuk kedalamnya, mau tidak mau Thala menurut, atau jika tidak Jungkook bisa menangis di kakinya.
"Kau mau makan apa?"
Thala menoleh pada Jungkook yang mengambil alih stiur mobilnya.
"Aku ingin samyang"
Jungkook menatap Thala sesaat, lalu menahan tawa dengan ekspresi wajahnya yang begitu memuakkan.
"Oh ayolah, jangan salahkan aku jika alat pencernaanmu rusak"
Thala mendaratkan gigitannya ke lengan Jungkook, membiarkan Jungkook agar jera.
"Apa kau mau aku menangis sekarang?"
Ancaman Jungkook sungguh memuat ketakutan yang besar didiri Thala. Seperti beberapa saat lalu, ketika Thala tidak menuruti kemauan Jungkook yang menginginkan sebuah mainan Iron Man. Jungkook benar benar terduduk dan memeluk lutut Thala sambil menangis meraung raung meneriakkan nama Iron Man.
Sungguh Thala tidak akan mengulangi perbuatan sepelenya dan berimbas pada masa depannya.
Thala melepaskan gigitannya, meninggalkan bekas tancapan yang terbentuk sempurna dilengan Jungkook.
Jungkook mengacak rambut Thala, sistematikanya Thala harus menuruti keinginan Jungkook, apapun itu.
Jungkook menancapkan kakinya pada pedal gas dan mobilnya melaju menjelajahi jalanan Seoul yang begitu memabukkan.
"Jeon apa aku terlihat gemuk?"
Thala sedikit gelisah dengan tubuhnya yang akhir akhir ini terlihat jauh lebih besar, memaksanya agar mengembalikan keelokan tubuhnya yang dulu. Dan sialnya lagi, rencananya malah digagalkan oleh permintaan Jeon Jungkook yang diterimanya dengan sepenuh hati.
"Kau memang gemuk"
Jungkook terkekeh melihat hidung Thala yang sudah kembang kempis, seperti kerbau mengamuk pikirnya.
"Hey jangan mengamuk dulu padaku atau kita akan mati bersama karena tertabrak pohon atau bahkan terlindas truk" Jungkook menatap Thala sesaat sebelum kembali melanjutkan perjalanannya.
"Jeon kenapa kau menyebalkan sekali" Thala yang berada di ambang batas kesabarannya menatap kesialan dirinya hari ini, sungguh Thala tidak bisa marah jika Jungkook sudah mengancamnya, terlebih jika ancamannya akan menangis, Thala sudah terbirit birit menuruti apapun kemauan Jeon Jungkook.
Jungkook memarkirkannya tepat disisi jalan restaurant ramen langannannya. Mempersilahkan Thala untuk mendahuluinya agar ia tak tersesat.
"Aku ingin dua mangkuk samyang dan 5 gelas air putih hangat"
Thala mengumbar senyumnya pada pelayan restaurant, lalu kembali dengan kesibukan pikirannya.
"Thala, apa kau pernah berkencan?"
Thala menatap Jungkook dengan kernyitan didahinya, tidak biasanya Jungkook menanyakan hal hal yang berbau seperti ini.
"Belum, aku tidak pernah berkencan, bagaimana denganmu?"
Jungkook menampilkan seringaian kemenangannya "aku telah mengoleksi beberapa mantan kekasih, kau tahu kan karena kepopuleran dan ketampananku banyak gadis yang mengantri meminta hatiku" Thala memutar bola matanya malas.
Jungkook memberi jeda untuk kalimat selanjutnya yang telah matang ia persiapkan "sayangnya hatiku sudah dimiliki seorang gadis yang amat kucintai dan kusayangi"
Rasa penasaran kini mengerubungi dan mendominasi pikira Thala, semuanya berkecamuk berlomba lomba mengeluarkan pendapat yang akhirnya terlampiaskan akan sebuah bibir yang melekat sempurna diwajah Thala.
"Ah benarkah? Kau sedang jatuh cinta? Boleh aku tahu siapa gadis itu? Oh ayolah tidak boleh ada rahasia diantara kita"
Sorot mata Thala menyiratkan rasa penasaran yang makin mengacaukan pikirannya.
"Mendekatlah"
Thala segera mendekatkan indra pendengarannya ke mulut Jungkook yang kapanpun siap membisikkan nama gadis yang dicintainya.
"Gadis itu..."
Jungkook meneguk ludahnya, mempersiapkan jasmani dan rohaninya agar tetap paripurna.
"Gadis itu adalah kau"
Jantung Thala kini memacu lebih cepat diikuti oleh serangkaian aliran darah yang berdesir dan kini berkumpul dipipinya, menciptakan rona merah yang ternyata disadari oleh Jungkook.
"Jadi, apa kau menerimaku?"
Thala menatap dalam hazel milik Jungkook, oh ayolah ada banyak harapan disana.
"Oh tidak apa jika kau tak ingin menjawab sekarang, aku akan menunggu"
Sedikit kekecewaan, ralat hampir seluruh kekecewaan mendominasi logika dan hati Jeon Jungkook, kini pria itu hanya ingin menantikan harapan dari gadis yang sedang tersipu dihadapannya.
"Kalau aku menerimamu tolong berjanji untuk tidak mengancamku menangis ditempat umum, itu sangat membuatku trauma"
Thala bergidik ngeri atas tragedi malang yang menimpanya.
"Aku berjanji"
Jungkook menampilkan gigi kelincinya, benar benar menggemaskan.
"Apakah kita berkencan?"
Jungkook kembali menanyakannya pada Thala, seperti tidak percaya akan takdir yang mampu memihaknya.
"Kelihatannya begitu"
Rona merah yang tak kunjung sirna kini berhasil dialihkan oleh sebuah samyang yang mampu memerintahkan para cacing diperutnya untuk segera mengusir rona merah itu.
——————
Tbc-!💘
KAMU SEDANG MEMBACA
Melliflous
FanfictionEsensi dari sebuah pemahaman akan kesunyian. Mengajarkan definisi keheningan bersama harmoni. Mereka yang saling menaungi, mengajukan advokasi pada setiap detiknya. Menepati janji dengan sebuah jiwa bersisa jasmani. Dibawah kungkungan takdir yang me...