2. Sakit

11 2 2
                                    

"Hidup Ini drama, kalian tinggal memilih ingin menjadi pemain atau penonton. Antagonis atau protagonis"



Matahari mulai naik, menampakkan sunrise yang Indah. Burung burung berkicauan meramaikan langit berkabut, embun pagi mulai mencair menjadi tetesan air dibalik kaca.

Asila diandra. Gadis yang Kini tengah sibuk menanak nasi itu, bahkan Sudah terbangun sebelum Matahari muncul. Ia sengaja mengatur alarm pukul 04:30 pagi.

Sila udah terbiasa bangun pagi sekali. Ia terlebih dulu membersihkan diriku kemudian mengerjakan pekerjaan wajibnya. Mencuci piring, menyiapkan pakaian, memasak dll. Itulah keseharian-nya di Kala pagi menyapa.

Sudah Satu jam ia berkutat di dapur. Senyum nya seketika mengembang melihat pekerjaannya Sudah siap, ia segera membawa menu sarapan dan meletakkannya di meja makan.

Tak lama kemudian tiga orang dengan wajah baru bangun tidur duduk, tanpa mengajak gadis itu untuk bergabung.

"Makan apa sekarang?" Ucap salah satu perempuan yang terlihat lebih tua dari ketiga orang itu, Nadia.

"Ya makan apalagi? Biasanya juga makan sayur sama tempe" cibir gadis yang Kini menyuapkan nasi ke mulutnya, karin.

Sedangkan gadis yang sedari tadi berdiri hanya tersenyum memandang perdebatan Bibi dan sepupunya.

"Apa lo liat liat!!" Seru karin. Gadis itu menelan saliva nya kemudian masuk kedalam kamar dan mengambil tasnya.

Ia kembali ke meja makan. "Sila pergi dulu yah bi" ucap gadis itu, Sila. Sedangkan Nadia hanya acuh tanpa menoleh kearah sila.

Sila mendengar suara hujan kembali berbalik hendak membawa payung, namun segera di hentikan oleh karin.

"Jangan pake payung gue" sahut karin menatap tajam.

"Pake punya gue aja" ucap ardi, sepupu sila yang terbilang lebih ramah.

"Gak usah di, kamu kan bentar lagi mau ke kampus. Biar dia hujan hujan nan aja" timpal nadia.

Mendengar perkataan bibinya sila segera keluar.

Baru selangkah Sila keluar dari rumah itu, ia terdiam melihat hujan deras tengah mendominasi langit pagi. Tiba tiba...

Bughh!!

Mangkuk kecil menghantam belakang kepala sila, membuat ia meringis seraya memegang kepalanya yang berdenyut karna lemparan mangkuk itu.

Mangkuk itu menggelinding kemudian pecah menyisakan nasi yang berserakan mengotori teras depan.

"Jangan pulang sebelum dapet kerja!!" Teriak Nadia. Yah, yang melempar Mangkuk itu adalah bibinya.

"Ibu kamu itu gak nitipin uang sepeserpun buat kamu, jadi sebaiknya Kamu tau diri" Nadia sengaja menggantung ucapannya"bahwa Kami itu cuma numpang"

Deg

Sila terdiam menahan rasa sakit,mungkin lemparan Mangkuk itu memang membuat kepalanya pusing, tapi tak seberapa dengan rasa sakit hatinya. Buliran air Mata tak sanggup lagi ia bendung, hatinya sesak selalu di perlakukan layaknya pembantu.

Sila menghela napas seraya mengaitkan hoodie nya agar menutupi kepala. Dengan cepat ia berlari menerobos guyuran hujan yang Sudah pasti membuatnya kasah kuyup.

✨✨✨

Tetesan hujan yang kian deras, mewakili perasaan gadis yang tengah menatap hujan dari balik kaca kelas. Dari sana ia dapat melihat dengan jelas langit yang di selimuti Awan hitam.

Ia menghembuskan napasnya dan kembali memperhatikan guru fisika yang Sedang menjelaskan tentang Gerak melingkar.

Kringg!! Kringg!!

Hingga suara istirahat membuat kelas yang tadinya tenang menjadi riuh karna sorakan para murid yang senang karna pelajaran yang membuat kepala pushing itu telah berakhir.

Para murid Sudah berhambur keluar, menyisakan Sila sendiri di kelas, ia bangkit hendak melangkah keluar. Namun, tangannya tiba tiba di tarik paksa oleh dua orang perempuan.

Ia meronta memcoba melepaskan cengkraman mereka. "lepas!! kalian mau ngapain sih" ucapnya. Namun nihil, kekuatan mereka tentunya lebih kuat dari pada tenaga sila.

"Berisik!!" Ucap Salah satu perempuan berambut sebahu yang mencengram lengan sila.

Dengan terpaksa sila menuruti ucapan perempuan itu, jika tidak mungkin sesuatu yang buruk Akan datang menghampirinya.

Sila menelan salivanya, Kini ia Sudah berada di belakang sekolah. Tanpa ba bi bu dua perempuan itu mendorong tubuh Sila, membuat si empu tersungkur Dengan lutut yang sedikit berdarah karna goresan batu.

"Lagi?" Batin sila.

Beberapa menit kemudian dua perempuan lain muncul dari balik tembok, dan berdiri di dean sila.

Dari raut wajah salah satu perempuan yang Baru Saja datang tampak terkejut melihat sila terduduk di atas tanah.

"Selamat ulang tahun shasa!!" Ucap ketiga perempuan itu.

"Ini dia hadiah buat lo sha" ucap Salah satu dari mereka seraya menjambak rambut sila.

Gadis yang di beri ucapan selamat itu menatap intens sila, kemudian Senyum terukir di wajahnya. "Aaa guys kalian so sweet banget sih! Gue jadi terharu" ucap shasa memeluk teman temannya.

"Kue nya mana?" Tanya shasa. Ketiga temannya, cait, rosa, dan tasya tersenyum miring kemudian menatap sila seraya menumpahkan terigu di kepala sila.

Sedangkan sila, gadis itu tak kuasa menahan tangisnya walaupun tak terdengar. Lagi lagi tubuhnya menjadi  sasaran mereka. Tasya memecahkan telur di atas kepalanya, kemudian di susul oleh cait dan Rosa yang juga melakukan hal yang sama.

"Guyss yuk cabut, bau disini" Ucap shasa yang di beri anggukan oleh teman temannya.

Mereka tersenyum puas melihat sila yang sudah kotor karna ulah mereka. Tanpa mengucapkan Kata maaf, mereka langsung melenggang pergi meninggalkan sila.

Isak demi isakan mulai keluar dari mulut sila, gadis itu menangis di tengah kesunyian. Tanpa di sadari lengannya mulai mengepal, di iringi dengan tetesan air yang berjatuhan dari pelupuk matanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 15, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My shadow Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang