episode || soobjun

- ep. 3 : Seperti Sudah, Padahal Belum

Kadang kita mendapat hari yang kita lewati tidak sebaik hari-hari yang lain. Satu per satu hal yang tidak mengenakan hadir untuk menyapa dan berusaha menguji kita dalam satu kali dua puluh empat jam.

Soal teman yang menyebalkan, tugas yang tiba-tiba serasa menggunung, orangtua yang tidak paham akan apa keinginan kita yang sebenarnya, padatnya lalu lintas, kendaraan yang bermasalah, ponsel low-batt dalam keadaan listrik yang padam, dan lain sebagainya.

Bayangkan jika semua itu terjadi dalam satu hari. Rasanya ingin marah, teriak, menangis, bahkan menyerah dengan segalanya.

Mau mati saja, biar semua lepas dan bisa bebas.

Namun rasanya amatlah payah jika berpikir bahwa mengakhiri hidup adalah jawabannya. Kadang kita lupa kalau kita sebenarnya mampu bertahan dan menghadapi semua. Terlalu fokus dengan energi negatif yang ada di sekitar menyebabkan kita lupa bahwa banyak orang yang masih membutuhkan kita di hidup mereka.

Jika sedang berada di situasi seperti ini, sebagian orang mungkin dapat berkisah dengan lugas kepada orang-orang terdekatnya. Sebagian orang mungkin lebih memilih acuh dan kembali bersenang-senang dengan teman sebaya.

Namun, kebanyakan orang memilih diam untuk menyimpan semuanya sendiri. Mereka khawatir jika cerita keluh kesahnya akan mengganggu dan menjadi beban bagi orang lain. Mereka terlalu khawatir akan pandangan yang bersuara tentang betapa lemahnya mereka dalam menghadapi masalah. Mereka takut setelah bercerita nanti, hanyalah kecewa yang menjadi teman bersandar.

Beruntungnya, Dimas tidak begitu.
Beruntungnya, Bayu tahu harus kemana ia mengadu dan menuju.