- ep. 12 : Malam yang Tidak Sama

580 86 28
                                    


























[23:37]



selamat malam, soobin?

kamu sedang apa di sana?
karena aku tak bisa segera tahu apa jawabnya, jadi kutitipkan semoga saja ya pada Yang Maha Segalanya?

semoga di sana, kamu baik-baik saja.

aku di sini baik-baik juga, kok.
tapi baik-baiknya sedikit.
banyakan nggak baik-baiknya.

kamu tahu, enggak?
sedari pagi, sebenarnya aku enggak berhenti untuk mengecek ruang obrolan kita. sebab sejak semalam, pesanku belum juga mendapat balasan. padahal, aku tahu kamu sedang ada di sana.

sore tadi aku cukup terkejut sebab namamu muncul di antara deretan pemberitahuan yang ada di ponselku. aku pikir, kamu datang untuk menanggapi apa yang aku bicarakan semalam.

ternyata enggak.

kamu cuma bilang,
"nanti malam jangan cari aku, ya?"

waktu baca itu, rasanya kayak habis dijatuhi batu-batu besar yang keras dan kasar. sakit, tapi enggak bisa apa-apa.

aku bingung.

biasanya, kamu kalau ada kepentingan ataupun kesibukan selalu langsung bilang. tapi kenapa malam ini malah kayak ngasih salam perpisahan?

aku jawab itu pakai pertanyaan lagi.
"memangnya kamu mau ke mana?"

kiraku, kamu akan bilang, "aku mau kurasi tulisan rekan kerjaku." atau "aku ada deadline artikel untuk dua hari lagi. jadi mulai malam ini harus ngebut." atau yang paling sering, "aku mau lanjut nulis. lagi banyak ide, nih. sayang kalau nggak langsung dieksekusi."

tapi ternyata enggak.

kamu bilang,
"aku enggak ke mana-mana."
"tapi kayaknya nggak akan di sini."

aku enggak tahu kenapa kayaknya susah banget untuk ngasih tahu ke aku soal kamu mau apa malam ini. padahal, biasanya, kamu selalu bilang. kamu selalu cerita.

tapi apa boleh buat?
aku enggak punya hak untuk maksa. lagian aku juga enggak suka memaksa. karena rasanya percuma, proses paksa-memaksa cuma makan waktu aja kalau ujung-ujungnya orang yang dipaksa gak mau dipaksa.

jadi makanya aku cuma bilang,
"okay, nggak papa."
"makasih ya, udah ngasih tahu."

lagi-lagi, aku kira, kamu akan bilang "kok nggak nanya aku mau ngapain?" atau "akunya nggak ditahan, nih?"

haha.
ternyata enggak.

yang kamu bilang tadi itu cuma tiga kata. itupun kata keduanya cuma reduplikasi aja. "iya. sama-sama."

hahaha.

setelah ini,
kayaknya aku harus belajar kalau enggak semua kira-kira bisa menuntun kita ke rasa bahagia. kalau ternyata, kira-kira itu cuma jembatan untuk kecewa.

habis ini aku mau belajar untuk enggak lagi mengira. apalagi mengira soal hal-hal yang bersangkutan sama kita. biar kedepannya aku enggak perlu lagi kecewa. biar kedepannya, aku cuma perlu serahin semuanya ke semesta.





















soobin,
sudah mau pukul 12 malam.

kamu udah tidur, belum?

biasanya udah, sih. kayaknya setiap kita tukar pesan, kalau waktu menunjukkan pukul dua dua menuju dua tiga, kamu akan tiba-tiba menghilang. lalu paginya datang kemudian bilang,

"semalam ketiduran. hehe. maaf, ya?"
"selamat pagi."
"yee, hari ini aku duluan yang ngucapin!"
"kamu pasti belum bangun, kan?"
"dasar kebo."

aku selalu tertawa setiap kali hari baru datang dan pesan pertama yang kubaca adalah laporan soal kamu yang semalam ketiduran. dasar soobinku, kebiasaan.

huft.

aku enggak paham kenapa aku merasa kamu kayak mau pergi jauh. padahal mungkin aslinya kamu cuma pergi sebentar. eh, bahkan sore tadi kamu bilang kamu nggak akan ke mana-mana. tapi habis itu kamu bilang kalau kamu enggak akan di sini.

ck.

kenapa sih, seneng banget bikin bingung?

ngeselin tau nggak?

aku tahu kamu akan jawab, "nggak."
hahaha. itu sangat kamu sekali. aku hafal.




























soobin,
sekarang sudah mau pukul setengah satu.
dan aku masih belum bisa paham kenapa kamu begitu.

tadi, jam 9,
aku dengerin podcastnya paus.

padahal biasanya jam segitu kita lagi asik ngomongin ini-itu. cuma, karena malam ini adalah malam yang tidak sama seperti malam-malam sebelumnya, aku jadi cari kegiatan lain yang bikin aku enggak ngerasa sendiri.

kebetulan, paus unggah satu podcastnya. aku dengerin. dia cerita tentang tokoh fiksinya yang ternyata ada manusia nyatanya.

kelihatannya seru ya, kalau bisa punya buku yang diangkat dari kisah sendiri.

kamu ada niatan bikin, enggak?
kamu kan suka nulis. siapa tahu tertarik?
aku mau saranin kamu untuk nulis soal kita.

eh,

tapi jangan, deh.

nanti kasihan sama yang baca.

baru satu lembar, tapi ceritanya udah tamat. baru mau bahagia, tapi cerita udah bilang enggak.

tokoh-tokoh di cerita kita terlalu payah.

ya aku,
ya kamu,
ya kita.

semuanya sama-sama takut pada perasaan.






























soobin,
aku ngantuk.
mau tidur.

jangan datang ke mimpiku dulu, ya?
aku curiga kalau malam ini kamu datang, kamu akan susah untuk pulang.

alias,
mau aku pegangin sampai besok pagi biar kamu enggak kabur kayak gini lagi.

hahahaha.

sudah, ah.
merindunya cukup dulu.

aku sedikit ragu besok akan ada lembar baru atau enggak untuk cerita yang enggak mulai-mulai ini. soalnya, dari kemarin kita sama-sama cuma bertahan di pembukaan sama kata pengantar aja.

kita jalan di tempat, gak mau gerak.

tapi apapun itu, aku percaya kalau yang terbaik akan selalu ada untuk kita.

selamat tidur, soobin.
selamat malam.

—teman kesepianmu,

yeonjun.

sampai jumpa di episode berikutnya, temen-temen!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

sampai jumpa di episode berikutnya, temen-temen!

episode || soobjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang