•Rasa Penasaran•

31 13 1
                                    

Rasanya terlalu sakit. Aku harus tau siapa kamu

[Freya Greyson]

-oOo-

Lagi lagi kakinya menginjak lantai putih membosankan yang hampir ia kunjungi setiap hari. Sekolah. Sesuatu yang menyenangkan jika kalian hidup dengan penuh kejutan. Tempat mencari pengalaman, tempat yang penuh warna.


Tapi Freya? Tidak untuk Freya. Terkadang kelebihan tidak selamanya berdampak baik baginya. Contohnya sekolah ini. Tanpa melakukan apapun, Freya sudah mengalami beberapa pengalaman dalam bayangannya. Bahkan ia juga ikut merasakan bagaimana rasanya menjadi orang lain. Yang perlu ia lakukan hanya tenang, pejamkan mata, dan bayangan mereka mulai menari nari di kepalanya.

Freya menatap jengah gedung di depannya ini. Gedung tinggi berwarna putih dengan list hitam di bagian pinggirnya. Freya berbalik, menoleh melihat ke arah sahabatnya. Aland.

"Lan, nanti jemput lagi ya?" Pinta Freya.

"Iyaaaa. udah sana, nanti telat loh," usir Aland. Ia segera membalikan punggung gadis kecilnya kemudian mendorongnya pelan memasuki gerbang.

Aland bagaikan seorang kakak bagi Freya. Aland adalah orang terpenting dalam hidupnya setelah kedua orang tuanya. Freya sayang Aland. Freya bisa mati tanpa Aland. Aland adalah hidupnya, dan hidupnya adalah Aland.

Begitupun dengan Aland. Bagi Aland, Freya adalah segalanya. Aland bisa stress jika sehari saja tidak bertemu Freya. Freya adalah gadis kecilnya, dan akan selamanya begitu. Atau mungkin, tidak selamanya. Karna suatu saat, mereka akan bertemu dengan...masa depan(?)

-oOo-

Freya berjalan malas di tengah koridor sekolah. Banyak siswa yang memperhatikan setiap gerak geriknya, dengan tatapan segan dan takut.

Bukan takut dimarahi atau dibully, hanya saja tradisi turun menurun di SMA Azzura menyatakan bahwa setiap siswa famous disana, pasti akan disegani. Kecuali kalau memang ada siswa yang akan membully.

"Morning Frey," sapa seseorang dengan suara yang familiar di telinganya.

Angkasa Putra Adijaya. Siapa dia? Dia. Dia adalah anak dari Pak Adijaya. Nasabah terbesar dengan jumlah sumbangan terbanyak di Azzura. Angkasa jelas disegani banyak siswa, selain dia anak dari seorang nasabah kaya, Angkasa dengan tampangnya yang mendukung selalu membuatnya nampak sempurna di hadapan banyak orang.

"Hey," jawab Freya, berusaha untuk tidak peduli dengan pria yang satu ini. Bukannya apa apa, terkadang, kalau ia terlalu dekat dengan orang yang belum dikenal dengan baik, maka akan banyak informasi yang datang memenuhi kepalanya. Ntah itu dari masa lalu Angkasa, masa depan Angkasa, atau apapun yang akan Angkasa lakukan setelah ini.

Semua itu akan berkumpul dan bertabrakan, membuat bayangannya menari nari tak beraturan. Itulah sebabnya Freya jarang mempunyai teman dekat di sekolahnya.

"Nona sendirian aja? Perlu saya temani?" Goda Angkasa dengan sebelah alis yang dia naikkan.

Freya mendelik geli. Selain sifat yang disebutkan tadi, ada satu hal yang perlu kalian tau tentang Angkasa. Dia----playboy. Playboy kelas kakap yang satu ini selalu bergonta ganti pacar setiap bulannya. Dan Freya adalah target selanjutnya. Freya tau itu. Jangan tanyakan Freya mengetahui itu dari mana. Jariku sudah membengkak menjelaskan tentang kelebihan Freya yang terlalu menguntungkan itu.

"Ga, makasih," Freya membuang muka malas.

"Tapi saya memaksa nona," lanjut Angkasa.

"Gue ga suka dipaksa," Freya melanjutkan jalannya, meninggalkan Angkasa yang masih berdiam diri di tempatnya.

-oOo-

"Oh ini yang namanya Nathan?" Ujar seorang laki laki dengan perawakan yang lumayan tinggi untuk seukuran anak SMA.

Nathan menaikkan sebelah alisnya. Menatap bingung ke arah laki laki di depannya ini.

"Nyari gue?" Jawab Nathan

"Iya, gue nyari Lo,"

"Ada masalah?"

"Gue mau ngajak Lo duel,"

Nathan berdecih meremehkan.

"Tentuin aja waktu, dan tempatnya, gue pasti dateng," ujar Nathan, kemudian keluar dari kelasnya, dengan kaki dibalut perban dan jalannya yang sedikit pincang.

-oOo-

Drrrrrttt... drrrrrtttttt

Handphone Aland bergetar saat guru di depannya sedang menerangkan. Terkutuklah bagi siapa pun yang menelponnya saat ini. Aland anak yang patuh aturan, kalau dia ketahuan bermain handphone saat jam pelajaran, bisa tercoreng namanya sebagai anak baik.

Aland mencuri curi kesempatan saat guru itu mulai menulis di papan tulis. Handphonenya ia masukkan ke dalam laci kemudian melihat siapa orang yang dari tadi menelponnya.

Freya

"Ngapain nih anak," gumam Aland pelan. Sesuatu yang penting mungkin. Karna biasanya Freya tidak pernah menelponnya di jam jam seperti ini.

Aland memasukkan handphonenya ke dalam kantong, kemudian meminta izin kepada gurunya untuk ke toilet.

Setelah mendapat izin, Aland langsung menelpon Freya. Jujur, ia sangat khawatir sekarang. Sesuatu mungkin terjadi pada gadis kecilnya. Lama bermain dengan Freya, sepertinya kelebihan bodohnya itu mulai tertular.

"Halo Frey, Lo kenapa?" Tanya Aland dengan nada yang cukup panik.

"D--dia dateng lagi land, tengah malam, tepatnya jam 11. G--gue takut Land. Sakiit," Isak Freya di sebrang sana. Dari suaranya yang terdengar begitu menggema, Aland bisa tau kalau Freya juga sedang di dalam kamar mandi.

"Orion's Caffe?" Tawar Aland. Mungkin ini bisa sedikit membantu?

"Gak, gue harus tau dia siapa," tolak Freya mentah mentah.

-oOo-

HEY HEY!
GIMANA SAMA PART INI?
GARING BANGET SIH,

MAKLUMLAH HABIS UKK, OTAKNYA MASIH MENTOK. HEHE:)

BTW JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT YA!

SEE YOU!

Salam author😘

rafajahara

AFFOGATO ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang