25. Kencan(?)

317 56 8
                                    

Happy reading!

••• Rumit •••

Hari ini adalah hari minggu, hari yang harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk bersantai ria. Itulah yang ada di pikiran Sowon saat ini. Saking santainya, ia hanya terus berbaring di atas kasurnya. Ia juga bingung harus melakukan apa sekarang.

Sowon menatap koleksi novelnya yang berjejer rapi. Mau baca juga rasanya malas. Kalo tidur lagi sayang, Sowon udah mandi sejak tadi dan ia pun sudah berdandan rapi.

Sowon beranjak dari kasurnya, ia mengelilingi kamarnya, siapa tahu ada hal yang menarik kan? Namun nihil, tak ada yang menarik sama sekali. Niatnya yang ingin bersantai tapi jadi merasa bosan yang teramat sangat. Ia pun memutuskan untuk keluar kamar, siapa tahu berbincang dengan orang tuanya membuat rasa bosannya menguap.

Sowon membuka pintu kamarnya, saat itu juga Jin keluar dari kamarnya dengan pakaian yang sudah rapi. Sekali lihat saja ia tahu kalau Kakaknya itu akan pergi ke luar. Mungkin orang sedang kasmaran ini akan pergi berkencan dengan pujaan hatinya.

"Mau kemana?" tanya Sowon basa basi. Sebenarnya dalam otak cantiknya itu sedang menyusun hal-hal yang menarik menurutnya.

"Ya mau kencan lah. Jangan kayak jomblo kerjaannya ngurung terus di rumah," balas Jin dengan nada mengejek.

"Kata siapa jomblo ngurung terus di rumah? Nih liat dong gue udah rapi gini, udah siap buat jalan-jalan manja," ucap Sowon seraya melakukan beberapa pose yang membuat Kakaknya memutarkan bola matanya.

"Mau jalan-jalan sama siapa lo?" tanya Jin, ia memiliki firasat tak enak pada adiknya ini.

"Ya gue mau ngintilin lo lah, siapa tau nanti ada cogan yang ngajak jadian, kan lumayan," kan, firasat Jin benar. Adiknya ini akan mengacaukan acara kencannya. Masalahnya, ini adalah kencan perdana mereka setelah hubungan mereka terpublikasikan, sekaligus kencan untuk merayakan ke tujuh bulan hubungan mereka. Jadi, Jin menginginkan kencan yang benar-benar kencan dengan suasana yang tenang namun romantis. Bukannya kencan dengan diintili oleh adiknya yang jomblo akut itu.

"Yaudah, tunggu apalagi? Kuy jalan," ajak Sowon. Dengan tak tahu malunya Sowon menarik tangan Kakaknya, berjalan menuju kedua orang tuanya berada.

"Ma, Pa, aku sama Kak Jin mau pergi dulu ya." pamit Sowon ketika tiba di hadapan kedua orang tuanya yang sedang bersantai di gazebo rumah mereka. Melihat kedua orang tuanya yang selalu harmonis dan romantis membuat Sowon sedikit iri. Ingin rasanya seperti orang tuanya, selalu melalui waktu bersama pasangan dengan bahagia.

"Mau apa?" tanya Mama.

"Kalo aku sih mau nemenin Kak Jin kencan," jawab Sowon membuat kedua orang tuanya menahan tawa.

"Siapa juga yang mau ditemenin sama lo, ganggu aja tau ga," mendengar ucapan Jin membuat Sowon mendesis tak suka.

"Makanya kamu cepet punya pacar, Wonie. Jadi gak harus nemenin Kakak kamu terus. Emangnya enak apa jadi nyamuk terus? Kalo papa jadi kamu sih gak mau," ucap Papa.

"Ish, Papa kok gitu sama anaknya sendiri. Harusnya Papa itu ngedukung Wonie, Wonie kan mau ngejar dulu cita-cita." Sowon mencebikkan bibirnya tak suka.

"Hm, iya deh. Yaudah cepet berangkat, nanti telat loh," mendengar ucapan Mamanya, mereka berdua segera pamit untuk pergi. Sebenarnya Jin agak kesal pada adiknya itu.

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih lima belas menit, akhirnya mobil yang Jin kendarai tiba di sebuah kafe yang  tidak kecil tapi juga tidak terlalu besar. Kafe itu menawarkan konsep alam terbuka yang bernuansa taman. Terlihat menenangkan dan menyejukan dengan banyak tanaman hijau dan juga bunga-bunga yang berwarna-warni. Dan Sowon sangat menyukainya.

Rumit [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang