Marie datang sesuai dengan perkataannya. Dia memelukku dan menenangkanku, meskipun aku telah berhenti menangis. Tapi bengkak di mataku tidak lagi memerlukan pertanyaan seperti 'apa kau menangis?' Karna itu telah seperti jawaban. Aku senang Marie tidak bertanya padaku, ia memberikan ku waktu untuk bicara sendiri. Dan hal ini yang membuatku merasa bersyukur Marie adalah sahabatku. Aku bercerita pada Marie. Karna setidaknya ini memang diperlukan, teman cerita.
"Sepertinya kita harus bersenang-senang" Marie berkata. Aku sebenarnya sungkan, tapi sepertinya aku memang membutuhkannya saat ini. Ini bukanlah gayaku, menangis dan bersedih? Oh tidak! Aku bukanlah gadis yang cengeng, tapi adakalanya pertahananku itu runtuh. Ku lirik jam di dinding. Pukul 07.30 malam. Masih banyak waktu.
"Jadi kemana kita?" Tanyaku.
"Tunggu sebentar, aku akan bertanya dan ikut dengan James jika kau tidak keberatan. Ia kebetulan berkata ada sebuah pesta temannya, dan sepertinya menyenangkan jika kita bisa bergabung" jawabnya.
"Okey tidak masalah. Aku akan bersiap-siap sebentar" ujarku. Aku mandi dan bersiap. Aku memilih memakai celana leather hitam dan baju tanpa lengan berenda warna hitam. Aku memakai riasan yang sedikit bold dibagian mata untuk menyamarkan mata bengkak ku. Rambutku dikeriting dibagian ujungnya dan untuk menyempurnakan penampilan ku, aku tambahkan red lipstick dan sepatu heels ukuran 5cm. Tidak terlalu tinggi tapi sempurna. Lipstik merah ku mengalihkan fokus penampilan dari pakaian hitam hitam ku. Marie juga bersiap, ia tak perlu pulang atau membeli pakaian, karna sebagian barang-barangnya sudah berada ditempatku. Ia menggunakan gaun berwarna merah diatas lutut dan terbuka dibagian atasnya. Ia sangat sexy. James akan senang melihatnya, tentu.
"Kau tak ingin memakai gaun?" Tanya Marie.
"Tidak, aku tidak suka. Kau tau itu" ujarku.
"Cobalah gunakan sesekali Talia, dengan gaun kau mungkin akan terlihat sedikit berbeda"
"Memangnya kenapa? Ada yang salah?"
"Tidak, kau seperti biasa cantik dan menarik. Hanya saja, gaya mu terlalu kuat, aku ragu laki-laki akan takut padamu. Tindik mu itu bahkan membuatku takut" ujar Marie. Aku tertawa, ia memang selalu ngeri melihat tindik serta tatoku. Dari segala hal yang kulakukan, ia memang tidak setuju dengan tato serta tindik ini. Tapi aku menyukai ini. Aku tidak masalah dengan omongan orang lain. Kedua hal ini memberikanku kepercayaan diri jika berada diluar.
"Aku kesana untuk bersenang-senang Marie, bukan mencari jodoh. Jadi aku tidak peduli. Dan lebih baik jika kita pergi sekarang atau aku akan berubah pikiran untuk tidur atau mengerjakan naskah ku" ujarku mengancam.
"Baiklah baiklah. Kita berangkat sekarang. Party we come!"
Aku dan Marie sampai kepesta yang dituju. Sebenarnya aku berpikir jika kita pergi ke club, tapi ternyata pesta yang diadakan di salah satu rumah teman James ini sudah berubah menjadi seperti tempat club. Orang-orang ramai dan berdansa. Masih terlalu dini untuk turun kelantai dansa pikirku. Ada banyak perkumpulan, minum, mengobrol dan lainnya. Aku rasa semua orang disini adalah rekan kerja James, diliat dari penampilan mereka yang memiliki selera yang tinggi. Tempat ini juga sangat luas dan mewah. Aku yakin pemiliknya pastilah orang yang berpengaruh dalam bisnis.
Aku duduk disalah satu sofa, banyak pandangan mata yang tertuju padaku. Bahkan ada yang mendekat, dan tentu tatapan tajam ku membuat mereka merasa enggan untuk ikut bergabung, meskipun masih ada juga yang ngotot. Marie meninggalkan ku disini, Ia pergi mencari James. Sementara dua orang pria didepanku mencoba mengajakku berkenalan. Aku sedang tidak ingin diganggu. Aku meneguk vodka sebagai bentuk penolakan dan mengacuhkannya.
"Kau ingin rokok?" Ujar salah satu dari mereka.
"Tidak terimakasih" ujarku.
"Siapa namamu?" Ujarnya lagi. Aku hanya memutar mataku mengabaikannya, sangat enggan untuk meladeninya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendzone
Romance18+ I love you with every heartbeat. -Talia Vincent- Start, 13 May 2019