4

216 12 3
                                    

Hari sabtu sekolah Viona sudah pasti libur. Dan hari libur adalah hari yang paling dinanti nanti oleh semua siswa termasuk Viona. Tapi,entah kenapa Viona hari ini sangat jenuh dengan hari liburnya.

"Andai gue punya pacar,seru kali ya. Bisa main bareng,jalan bareng,seru seruan bareng,gak gabut kaya gini. Eh tapi ntar banyak sakit atinya lagi. Gamau ah. Ih tapi gue pengen punya pacar. Tapi gamau sakit ati. Aduhh gimana inii." dumel Viona gak jelas.

Entar entar,emang ada yang mau sama lo Vi?

Sekarang masih pukul 10.00 pagi,tapi Viona bingung harus melakukan kegiatan apa. Mandi udah,sarapan udah,berantem sama mamanya udah. Dan tambah parahnya lagi Viona dirumah sendirian.

Disaat seperti ini Viona pasti merindukan seseorang. Seseorang yang dulu selalu bersamanya,tertawa bersamanya,dan membuat Viona menangis karenanya. Ingin menelfon ragu,tidak menelfon rindu. Viona rindu dengan semuanya. Tanpa seizin Viona air matanya perlahan jatuh.

"Kapan sih lo pulang? Lo gak mikirin perasaan gue apa? Gue rindu. Apa lo disana rindu gue? Cepet pulang,gue selalu setia menanti walaupun gue tau,lo bukanlah suatu hal yang pasti." ucap Viona dengan lirih.

Memang benar,menunggu yang tidak pasti memang menyakitkan. Sementara dia yang ditunggu tidak sadar,bahkan mengabaikan.

Sesakit ini menanti orang yang kita sayang?
Seperih ini? Lebay memang. Tapi,mungkin jika kalian berada diposisi Viona,itulah yang kalian rasakan sekarang.

Entah kenapa mood Viona pagi menjelang siang ini sangat tidak baik. Ia butuh seseorang, tapi siapa? Aghh dunia terlalu rumit untuk seorang jomblo seperti Viona.

****

Sore ini,Viona memilih untuk pergi ke taman kompleks. Setelah tadi pagi ia menangis karena rindu seseorang ia memustuskan untuk tidur hingga pukul 3 sore.

Suasana taman setiap sore tidak pernah berbeda. Banyak anak anak berlarian sambil tertawa,bahkan ada juga yang menangis karena es krimnya jatuh. Yang ia tau,taman ini tidak pernah sepi pengunjung,terutama anak anak.

"Ehm,ngelamun aja ni bocah." ucap seseorang.

"Loh Chaca? lo ngapain disini?" jawab Viona kepada sahabatnya itu.

"Ya gue nyariin lo lah. Tadi gue kerumah lo,tapi gak ada orang. Terus ya gue iseng iseng ke taman,eh taunya ketemu lo." ucap Chaca sambil duduk di samping Viona.

"Lah terus lo naik apaan?"

"Jalan lah bego. Orang kunci mobil gue gatau kemana."

"Sumpah lo jalan? Gila,tumben banget cha. Lo kesambet apaansi?"

"Beneran gue jalan,terus tu ya di jalan gue hampir aja disosor angsa." jelas Chaca sambil cemberut.

"Emang disini ada angsa? Perasaan gak ada deh."

"Ih bukan disini. Lo tau kan kalo di deket kompleks gue ada lahan buat ngumbar angsa? Nah tadi gue coba coba lewat situ,terus gue iseng aja nendang batu kecil, eh gataunya kena dah tu angsa. Gue dikejar sampe minimarket kompleks lo bayangin. Gue gatau dah tu angsa nyasar apa enggak baliknya." jelas Chaca kesal.

"Hahahaha anjirr ngakak. Eh btw biasanya angsa gitu suka hafal tauk sama orang yang udah nyakitin dia."

"Ish lo mah,lo doain gue biar di sosor angsa gitu? kejam sekali engkau wahai ibu tiri." ucap Chaca dramatis.

"Alay anjir. Eh btw lo nyariin gue kenapa? rindu lo?"

"Eh iya ya,gue lupa kau bilang apaan."

"Ish lo mah,buruan mau pulang gue."

"Anjay gue beneran lupa nyet."

"Yee dasar ogeb. Yaudah ah mau pulang gue." ucap Viona kesal.

"Yoi tiati dijalan,awas ntar ketemu angsa yang ngejar gue tadi."

Sebenernya gue pengen tanya sesuatu sama lo Vi. Tapi keliatannya lo sedih banget kalo harus nginget itu. batin Chaca.

****

Hai, apa kabar?
Aku berharap keadaanmu semakin baik.

Kamu tau? aku rindu hehe.
Tapi aku juga tau,rindu gak bisa dipaksain kan?

Kadang aku juga mikir apa iya kamu rindu aku? apa iya kamu khawatir sama aku?
Tapi rasanya mustahil kalo kamu mikirin aku hehe.

Cepat kembali,aku masih setia menanti.
Miss you!

Seperti itulah isi diary yang baru saja ditulis oleh Chaca. Jika mengingat dia, Chaca akan melakukan hal yang sama dengan Viona,yap menangis. Cuma bedanya Chaca menangis dalam diam.

Malam ini adalah malam yang sunyi untuk Chaca. Mamahnya belum pulang kerja dan ayahnya masih diluar kota. Chaca tidak memiliki seorang kakak ataupun adik,maka dari itu Chaca selalu merasa kesepian. Hari harinya selalu sepi. Ia dirumah hanya ditemani oleh Bi Ani saja,tapi bi Ani juga harus pulang karena ia harus mengurus anaknya.

Chaca bukan tipe anak yang manja. Tapi Chaca punya segalanya. Uang ada,mobil ada, hingga supir pun ada. Tapi hanya satu yang belum Chaca miliki sepenuhnya, kasih sayang dari orang tuanya. Entah kenapa orangtua nya selalu menyibukkan diri dengan pekerjaannya. Dan seolah olah Chaca tidak ada dihidup mereka. Walaupun Chaca termasuk anak yang jarang diperhatikan oleh kedua orang tuanya, Chaca tidak pernah menjadi anak nakal,atau istilahnya badgirl. Paling paling malakin adek kelas doang hehe.

Ting Tong

"Siapa sih malem malem gini. Ganggu ae." gerutu Chaca.

Chaca turun dari kasurnya dan beranjak menuruni anak tangga untuk membukan pintu.

"Maaf,cari sia-"

Belum selesai mengucapkan kalimatnya, Chaca langsung memeluk pria berumur sekitar empat puluh tahun itu sambil menangis.

"Pa.. papa u-udah pulang? hiks hiks. Chaca kangen pa." ucap Chaca sambil menangis.

"Iya sayang. Papa pulang lebih cepet sekarang. Udah dong princess papa jangan nangis yaa, papa juga kangen banget sama Chaca." kata Papa Chaca yang bernama Ardan.

***

HOLLA!

Pakabar gaes?
Emm apaya,gatau ah bingung hehe
Jangan lupa ninggalin jejak yak!

HAPPY READING
Jangan lupa VOMENT nya yaa!

Trimakasi❤️






Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 03, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Anoyying BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang