💐 Prolog 💐

5.7K 222 1
                                    

"Hmmm... aku sangat suka wangimu," ujar Colin.

"Hentikan, Colin," timpal Lexa sambil tertawa renyah saat kekasihnya menciumi lehernya sejak tadi.

"Apa kamu tidak akan berubah pikiran?" bujuk Colin lagi pada kekasihnya.

"Maafkan aku, aku mencintaimu tapi jika kamu memang mencintaiku, aku ingin kita menunggu hingga aku seutuhnya menjadi milikmu maka aku akan menyerahkan diriku seutuhnya padamu."

"Ya, tentu saja aku juga mencintaimu dan aku akan sabar menunggu hingga kamu seutuhnya menjadi milikku," ucap Colin sambil memagut bibir Lexa dengan perlahan.

"Oh...Lexa, kamu benar-benar menyiksaku," ucap Colin dengan suara serak menempelkan kepalanya pada Lexa, mencoba menghentikan dirinya berbuat lebih jauh pada kekasihnya.

Lexa hanya bisa tertawa dengan perlahan karena dirinya juga begitu tersiksa dengan sentuhan-sentuhan Colin padanya. Sejak mereka menjadi kekasih selama hampir enam bulan ini, ia sangat ingin membuang prinsipnya tapi ia tidak mungkin melakukan hal itu karena prinsip yang diterapkan kedua orangtuanya padanya sudah melekat begitu erat di dalam dirinya.

Ya, Lexa berprinsip tidak akan melakukan hubungan seks sebelum menikah dan dirinya bahagia bisa mengenal Colin yang mengerti akan hal itu dan tidak memaksanya untuk memberikan mahkotanya yang paling berharga sebelum mereka menikah.

"Apakah kamu sudah siap untuk bertemu mamaku?" tanya Colin sambil kembali memeluk tubuh Lexa dari belakang.

Hari ini Colin berencana mengenalkan Lexa pada mamanya karena itulah pagi-pagi sekali ia sudah datang ke apartemen Colin.

"Ya, walaupun aku sangat gugup, tapi aku rasa aku sudah siap," ucap Lexa sambil memalingkan wajahnya menatap Colin, menatap laki-laki yang begitu dicintainya ini.

Colin sudah bertemu dengan kedua orang tua Lexa dan sekarang gantian Lexa yang harus bertemu dengan Mama Colin karena Papa Colin sudah meninggal enam tahun yang lalu saat Colin baru berusia 21 tahun, sejak saat itu semua perusahaan diserahkan pada Colin.

"Baiklah, aku akan mandi dan berganti pakaian dulu kemudian setelah itu kita bisa segera berangkat."

"Hmmm," balas Lexa sambil tersenyum.

"Apa kamu mau memandikan aku?"

"Hentikan, Colin," ucap Lexa sambil kembali tertawa dengan lembut dan menatap kekasihnya dengan penuh cinta.

Colin membalas senyum kekasihnya dengan senyuman jahil khas dirinya dan kemudian berlalu dari sana untuk masuk ke kamar mandi.

Saat keluar dari sana Colin hanya memakai handuk dan Lexa terpaku di tempatnya saat menatap dada bidang laki-laki itu yang masih tampak basah dengan tetesan-tetesan air di sana.

"Berhenti menatapku seperti itu, Sayang."

"Kenapa?" tanya Lexa polos.

"Karena mungkin aku akan lupa diri dan melemparmu ke atas ranjangku," ucap Colin tersenyum dengan kepolosan kekasihnya itu.

"Ohhh...maafkan aku," ujar Lexa dan memalingkan wajahnya dari dada Colin.

Setelah Colin selesai berpakaian mereka kemudian segera berangkat. Saat sampai di rumah Mama Colin, seorang pelayan membuka pintu untuk mereka.

Lexa sedikit takjub dengan tempat di mana Colin dibesarkan. Walau pun keluarga Lexa bukan dari kalangan bawah tapi jika dibandingkan dengan kekayaan keluarga Colin mereka sangat jauh lebih kaya dibanding keluarganya.

Lexa merasa sangat cemas. Cemas jika bagaimana Mama Colin tidak menyukainya dan tidak merestui hubungan mereka.

"Colin," panggil Lexa pelan saat mereka berjalan bersama menuju ruang makan keluarga Colin.

Lexa (TERSEDIA VERSI CETAK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang