2. Gereja

2.6K 303 102
                                    





Yoongi brengsek-brengsek begitu ia adalah idaman semua pria akademi, ia terlalu tangkas untuk dijatuhkan saat latihan taekwondoã…¡bahkan namanya berada di puncak tanpa tandingan, si elok yang dielu-elukan, shooter three point termutakhir dalam basket, dan kaki kecil pucat yang selalu tertutupi celana training kedodoran milik Jimin itu bisa selincah kangguru; dia striptis unggul di kasur Park Jimin, sayangnya otaknya tak pernah sinkron, molekulnya membelah diri terlalu banyak sampai hobinya mengeluh pusing karena otaknya kian menumpul nyaris tak berguna.

"Jimin, aku sedang berpikir." Rambutnya kuncir apel, mata sipitnya mekar berambisi; menatap kelawan arah dengan wajah muak dan kembali berseri ketika melihat Jimin. Yoongi membawa lightstick dengan wajah Jimin tertempel disana.

Jimin menghela nafas, mendudukkan diri disudut sembari berkumur. "Dalam kasusmu itu hal yang berbahaya," Saut Jimin, matanya menelisik Yoongi dan tangannya tiba-tiba menarik karet rambut lucunya. "Aku tidak tau sejak kapan aku tidak senang melihatmu kelihatan imut dan jadi pusat perhatian." Ujar Jimin posesif dengan decihan mengembang disudut ucapan.

Yoongi menyambitnya dengan handuk. "Men, aku sedang memikirkanmu, pacarku. Kenapa kau tega sekali mengataiku?"

"Itu kenyataannya. Kau memang tak berotak."

Yoongi menekankan handuknya lebih keras pada keringat Jimin. Pertandingan ronde kedua akan segera di mulai. Baju putih Taekwondonya basah, sedangkan Jimin masih harus berupaya untuk menanggalkan lawannya. "Menurutku kau harus menendang bokong Kim Taehyung itu beruntun." Aju Yoongi tak kira Jimin akan menoyor 'kan tangannya ke keningnya.

"Tentu saja. Aku lebih dendam padanya dari pada kau." Jimin menoleh ke arah tim soraknya yang ribut diatas tribune mereka. Memang ada banner besar disana. Bertuliskan cintanya Min Yoongi semangat berwarna kuning terang. Norak sekali tapi Jimin merasa ia berbunga-bunga dengan perut kepenuhan kupu-kupu terbang; Perasaan dia tak pernah menelan satu ekorpun serangga cantik yang cepat mati itu.

"Kenapa?" Jimin menghentikan jari Yoongi yang menelusuri lebam di pelipisnya. Bukti tendangan memutar Kim Taehyung yang menyakitkan. Taehyung itu kurus-kurus bisa seperti singa jantan lepas dari kandang kalau memasuki pertandingan. Apalagi lawannya Jimin.

"Dia mantan pacarmu."

Mata Yoongi membulat tak percaya dengan raungan sarkas."Hanya mantan. Kau kekasih."

"Kekasih bisa jadi mantan." Kata Jimin tak mau kalah, jika ada yang disebut penjinak Yoongi, Park Jimin namanya, ia dengan wajah tak kalah sengak berani mendebat si pucat sampai hilang napas dan tertekan emosinya sendiri.

"Kau mau jadi mantanku?"

Final Yoongi berniat menyeringai karena Jimin setelahnya membungkam dengan delikan bingung kentara. "Tidak," Jimin membuka bibir untuk tertawa kecil mencemooh wajah sebal Yoongi. "Kau kan cinta matiku."

Yoongi terbatuk kencang, air mineral Jimin ia tenggak sampai kosong, tak sangka akan digombali padahal nyawa Jimin tengah dipertaruhkan. Ia menarik napas, kerah baju Jimin diangkat lalu mengecup bibir Jimin tak tau tempat. "Semangat pacarku!" Ucapnya membara. Wajahnya merebak merona, lipbalmnya melapisi kulit luar bibir Jimin. "Aku tidak butuh pembantu lain selain Park Jimin! Kau dengar aku?"

"Yeah," Kenapa harus sefrontal itu sih Min Yoongi? Pembantu katanya. Dia kan kekasih mutlaknya. "Babe."

Yoongi berkedip, seluruh sendinya pasti nyilu tiap kali Jimin menyebutnya begitu. "Apa?"

"Apapun yang terjadi tatap ringnya, karena kau harus mempersiapkan diri melawanku di final nanti."

Park Jimin si sialan itu telah mendeklrasikan kemenangan padahal tak jua bertanding merobohkan kateha.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 26, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SiklusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang