First Meeting

3.6K 431 49
                                    

Kau mengikatku di dunia ini dengan darahmu, manis

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kau mengikatku di dunia ini dengan darahmu, manis.

.

.

Seorang lelaki dengan iris semurni emerald nampak memandangi kertas di tangannya yang bertuliskan kalau Slytherin café and bar di depannya ini membutuhkan seorang pramusaji. Lelaki berparas manis itu menghela nafas. Ia memasuki café and bar yang lebih mirip ruangan klasik dengan tema art deco. Restoran itu cukup ramai karena sudah memasuki jam makan siang. Beberapa pelayan nampak sibuk mengantar pesanan. Suara-suara dentingan peralatan makan, suara langkah kaki, suara dari dapur, aroma masakan dari dapur, dan suara-suara dari mulut manusia yang sedang makan dan berbicara.

Lelaki itu menatap sedikit takut-takut menjurus awkward terhadap sekitar.

"Selamat siang, ada yang bisa saya bantu?" Tanya seorang pelayan wanita berambut redish brown ramah yang menghampirinya. Ia membawa buku menu di tangannya dan menatap lelaki itu ramah.

"Um.. halo, nama saya Harry, Harry Potter. Apa saya bisa bertemu dengan pemilik? Saya lihat dari iklan kalau kalian membutuhkan pelayan." Lelaki itu-Harry- berusaha mengeluarkan wajah teramahnya. Wanita itu tersenyum.

"Bisa tunggu sebentar? Saya akan segera bicarakan dengan Manager. Silahkan duduk disana, silahkan ikuti saja." Wanita ramah itu menunjuk sebuah meja kosong untuk 2 orang yang berposisi di luar ruangan dan menghadap ke jalanan. Beruntung saat ini dia di lantai 2, jadi menonton manusia dari lantai dua adalah hal yang menyenangkan. Ia berusaha mengontrol emosinya yang daritadi bergejolak hingga membuat perutnya agak kaku. Ia memperhatikan orang-orang dari luar jendela. Seperginya wanita itu tadi, Harry merenung dalam diam, selain memikirkan nama café yang unik, ia memikirkan hidupnya. Matanya menonton pengunjung-pengunjung café ini.

Pasangan yang sedang bersama, remaja-remaja berumur belasan tahun-sekitar kelas 2 SMA- bercanda ria dengan makanannya. Ia menghela nafas. Harry bukan remaja (mendekati dewasa) yang beruntung. Orangtuanya meninggal saat dia berumur 7 tahun akibat kecelakaan dan membuatnya terpaksa diasuh oleh keluarga dari pihak ibunya karena keluarga pihak ayahnya tidak ada di London melainkan di Jerman.

Saat umur 17 tahun, ia memutuskan keluar dari rumah paman dan bibinya karena perlakuan mereka yang tidak menyenangkan dan diluar batas kesabaran Harry. Karena alas an ekonomi, ia memutuskan untuk tak melanjutkan pendidikannya dan lebih memilih untuk bekerja.

Dia tinggal sendiri di sebuah apartemen kecil di sudut kota selama beberapa tahun. Berita terburuknya, ia sudah di pecat 2 bulan lalu di sebuah restoran malam akibat meninju seorang klien penting dengan tangan gatal yang mencolek bokongnya. Dan tinju melayang sekuat tenaga dua bulan lalu. Tepat di rahang. Dan berakibat gigi palsunya lepas.

Pemiliknya dengan sangat tegas memecatnya. Namun ia cukup beruntung kala itu karena pemiliknya memberikan gaji terakhir yang sudah di potong.

"Kau mengecewakanku, nak. Kau yang membuat klien-klien pentingku betah disini namun kau pula yang membuat mereka pergi!" potongan ucapan atasan Harry kala itu terlintas dikepalanya dan ia hanya bisa menghela nafas.

LagunaWhere stories live. Discover now