CATATAN 3

45 3 0
                                    

Angin menerpa rambutmu yang kian terburai hebat, menyibakkan keindahan di penghujung penantian, Wekend. Ya, inilah hari yang palingku nanti dengan dirimu yang penuh arti, walau harapan atas penantian sudah tak bisa kujabarkan lagi.

Duduk bersantai di pelataran taman, menjadi detik-detik yang tak akan pernah aku lewatkan, bersama guguran daun, kupandang manis wajahmu, indah matamu dan ranum bibirmu. Ketahuilah, jika kita sudah terjebak dalam nuansa jantung yang berdebar, kau sudah menemukan arti kecemburuan, bayangan dirinya selalu bermunculan dalam pikiran, itu tanda hatimu sedang terjebak dalam perasaan jatuh cinta. Terkadang itu baik, terkadang itu fana dan terkadang itu berbahaya, sebab jatuh cinta sering kali merusak nalar, membius melalui kenyamanan, membunuh melalui pandangan. Apa lagi dia seorang teman.

"Kamu tidak bosan?" katamu. Entah pertanyaan macam apa yang barusan kau lontarkan itu, bagaimana aku bisa bosan jika diriku tengan duduk bersamamu. Bosanku telah mati didetik pertama kita bertemu. rasaku telah hidup didetik pertama aku mengenalmu.

Kita duduk berdua dilatar yang sama, entah sebab apa kau memilihku sebagai teman menghabiskan waktu bersama, dalam ruang asa aku menggantungkan harap bahwa kau memiliki rasa yang sama. namun acap kali mulut ini ingin berucap, ketakutan selalu datang menyerang hebat. Butuh 1 detik aku mencintaimu, namun aku butuh berjuta detik untuk mengungkapan cinta padamu.

"Coba mainkan gitarmu," katamu. Kulakukan apa yang jadi pintamu, kumainkan gitar dengan nada yang mendayu, menyanyikan sebaris lagu dan kaupun ikut bernyanyi bersamaku. Maaf jika tidak kumainkan sedari tadi, sebab aku tak ingin menggagumu yang sedang asik membaca buku.

Hari ini kau lebih banyak bicara dari bisanya, tak apa, mungkin kau ingin bercerita, dengan aku sebagai wadahmu menungkan gundah guana. Sampai pada satu titik dibaris ceritamu kau pun bertanya, entah itu disengaja atau basa-basi belaka.

"Apakah kau mengerti soal cinta?"

Sejenak didetik pertama aku berfikir prihal pertanyaanmu, yang kurasa lebih sulit dari soal ekonometrika, dipersekian detik selanjutnya aku menjawab pertanyaanmu dengan bodoh dan apa adanya.

"Tidak, aku tidak mengerti cinta, karena cinta memang bukuan untuk dimengerti, tapi untuk dirasakan."

Lalu apakah kau meraskanya? Tanyaku dalam batin.

4 Mei -

(Perihal aku yang tidak mampu memehami apa itu cinta)

AFH

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 26, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Senandika Elegi (TELAH DITERBITKAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang