Siang itu mentari beradu indah denganmu, mensiratkan kecerahan dalam selimut kegelisahan, sebab katamu Grub Band favorit yang kau nanti akan segera pentas, aku tak khawatir perihal Grub Band itu, yang ku khawatirkan adalah dirimu yang mulai berhenti berpentas didalam ruang fikir dan hatiku, lenyap dengan mimpi hidup bersama, tanpa bisa memiliki, untuk sekedar membangun rasa yang sama.
Langkah kakimu yang tak ber-ritme, hampir beriringan dengan hatiku yang tak bertempo, sebab dirimu tengah mengandeng tanganku tanpa ragu, menggenggam tangan kasarku dengan dekapan lembut tangan mungilmu.
"Ayo cepat!" katamu, "Iya," jawabku.
Sulit untukku mendiskrpsikan keadaan saat ini, tapi yang jelas untuk kali pertama dalam hidupku, aku tak ingin buru-buru, berjalan dan berlarian mulai menjadi hal yang paling menyenangkan, sampai di tempat tujuan mulai menjadi hal yang paling tidak diharapkan. Karena itu tanda akan beakhirnya dekapan tangan.
Wajah gelisah seketika berubah menjadi senyum yang merekah, menghapus segala lelah dalam nuansa yang meriah, bersama alunan musik cinta, kau ikut bernyanyi, bersama kau yang ceria aku ikut terdistraksi, merusak seluruh indar, karea seluruh syaraf mulai teralih padamu yang sedang berbahagia. Yang penting kau bahagia, karena bahagia memang bagianmu.
Sudah sejauh ini aku masih belum mampu mengungkapkan rasa, sudah sejauh ini pun aku khawatir kau tak memiliki perasaan yang sama. Berkelut didalam ruang kira-kira hanya akan membuahkan hasil yang terkadang tak sesuai realita, dan hanya akan meninggalkan lara.
"Hei, menyenagkan ya, dan terima kasih sudah mau menemaniku, kamu teman terbaikku," katamu. Sebuah ucapan penuh arti, yang seketika memberi perasaan lega dan kecewa. Lega bisa mendengar kau yang bahagia, kecewa telah mendengar jawaban atas kira-kiraku. Ya, kau anggap aku teman, sekedar teman. Tapi aku bersukur selama masih ada lebel 'Terbaik', disitu aku masih merasa lebih baik. Aku baik-baik saja.
3 Mei –
(Perihal aku yang belajar mengkesampingkan kecewa)
AFH
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandika Elegi (TELAH DITERBITKAN)
Romance- Senandika Elegi - Hanya serpihan rasa, yang dihiasi dengan balutan kata-kata, tanpa mengerti apakah kita akan baik-baik saja setelah membacanya.