Hari ini adalah hari pertama Budi Hamidsson di kelas 2 Sekolah Menengah Pertama Pendidikan Sihir Dasar dan Persiapan Tempur XVI. Dia turun untuk makan pagi, lalu bersiap-siap berangkat ke sekolah. Kereta jemputan datang kira-kira lima belas menit lagi.
"Potion udah bawa?" tanya ibu Budi ketika melihat anaknya merapikan tas.
"Udah, Bu."
"Terus pedang udah diasah? Batu asahan pedangnya jangan lupa. Tameng udah disiapin juga?"
"Udah."
"Potion-nya bawa ekstra nih! Ntar kalo beli di luaran mahal! Ini Ibu kemarin beli grosiran dari toko Uda Dimas Lanselot jadi harganya lebih murah. Nih!"
Budi berkutat dengan jubah cadangan di dalam tasnya, berusaha memberi tempat untuk potion tambahan yang disodorkan ibunya. Dia tidak sengaja menyenggol tabung anak panahnya.
"Panahnya cukup nggak? Kamu bawa berapa?"
"Dua puluh, Bu."
"Ih, masa cuma dua puluh, Bud? Tambahin ya? Masukin tiga puluh masih muat kok ini. Kamu itu ya, kalau bawa panah sama potion jangan sedikit-sedikit! Nanti kalo habis tengah jalan pas lagi ada monster di kota kan gawat! Eh, iya, busurnya udah diminyakin belum?"
"Eh, iya ... Lupa, Bu ..."
"Haduuuhhh, kamu ini! Udah, kamu ambil panah di lemari sana! Ibu aja yang minyakin busurnya!"
Sementara Budi mengambil anak-anak panah dari lemari di ruang tengah, ibunya membawa masuk busurnya, menggerus sebutir kemiri hingga mengeluarkan minyak, lalu mengoleskan minyaknya ke tali busur.
Kereta jemputan yang ditarik oleh enam ekor kadal bipedal raksasa berhenti di depan rumah Budi.
"Udah yakin gak ada yang ketinggalan?" tanya ibu Budi untuk terakhir kalinya.
"Yakin!" jawab Budi seyakin mungkin hanya supaya ibunya tidak merecokinya dengan lebih banyak bawaan. Bisa-bisa barang bawaan Budi membengkak dari total tiga kilogram menjadi lima kilogram gara-gara ibunya membawakannya keju kambing sebagai cemilan dan lebih banyak potion.
"Ya udah." Ibu Budi memberikan ciuman selamat jalan di pipi kiri dan kanan anaknya. "Baik-baik di sekolah ya! Belajar yang bener, jangan malah telepati temen di kelas apalagi main poker sihir!"
Budi meringis. Ternyata ibunya tahu kalau waktu kelas 1 kemarin dia sempat disetrap gara-gara ketahuan main poker sihir bersama temannya di kelas lain sewaktu pelajaran.
"Iya, Bu ... Budi pergi dulu ya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Daily Lives From Medievapolitan
HumorKisah sehari-hari di sebuah tempat fiktif bernama Medievapolitan, di mana hal-hal klise dalam RPG bersetting medieval-fantasi berbentrokan dengan kehidupan metropolitan masa kini. **cerita ini adalah project sampingan dan iseng-iseng, jadi updatenya...