Prolog

332 35 1
                                    

Warning! This is gonna be so cliché, so enjoy.

Di suatu daerah terpencil, berdirilah sebuah kerajaan kecil yang memiliki kehidupan yang makmur. Kerajaan tersebut tak memiliki wilayah yang seberapa, tetapi memiliki rakyat yang luar biasa. Tak ada kelaparan maupun kesengsaraan di kerajaan itu.

Kerajaan itu dipimpin oleh seorang raja dan ratu yang bijaksana, dengan keturunan seorang pangeran muda yang gemar menjelajah. Pangeran muda tersebut bernama Takeshi Kamura, seorang pangeran berwajah manis dengan kulit putih bersinar. Sang pangeran, yang baru saja berusia 25 tahun sangat gemar bangun di pagi buta hanya untuk pergi ke hutan yang berada di belakang kerajaannya pada saat hari liburnya, menjelajahi hutan tersebut hingga ke perbatasan kerajaannya. Ia akan kembali ketika mentari sudah mulai menyembunyikan sinarnya, dan menyantap makan malam bersama keluarganya.

Biasanya, sang pangeran yang biasa disapa Takeshi, pergi menjelajah dengan anak salah satu maidnya, bernama Yuta Watanabe yang berusia 8 tahun lebih muda darinya.

Namun, pagi itu berbeda. Kerajaan dirundung duka, sang permaisuri divonis tidak akan bertahan dari penyakitnya oleh tabib kerajaan. Takeshi berdiri di pojok ruangan, memerhatikan sang ibunda yang terbaring lemah, dengan wajah pucat dengan sang ayah menggenggam tangannya erat. Takeshi tidak berdiri sendirian, di sampingnya berdiri Yuta, yang sudah di anggap sebagai adik oleh Takeshi.

Sang ayah lalu mendekati tabib yang hendak keluar ruangan, dengan pintu tak jauh dari Takeshi. Sang pangeran muda awalnya tidak peduli, namun ketika telinganya menangkap pembicaraan mereka, ia mulai tertarik.

"Apakah kau yakin tidak ada obat yang mampu menyembuhkan penyakitnya?" Sang ayah terdengar begitu putus asa, namun sang tabib menggeleng.

"Maafkan hamba, namun tidak ada yang Mulia. Kecuali sebuah obat yang hanya pernah saya baca di buku pengobatan kuno. Namun hamba sendiri kurang yakin dengan keberadaan bahan baku obat tersebut," sang tabib tertunduk, tidak mampu menatap rajanya yang ia abdikan selama hidupnya.

"Apa? Apa bahan bahan obat tersebut?"

"Sebuah sisik naga biru yang berada di gunung tersembunyi. Hanya seseorang dengan niat suci yang bisa memasuki tempat itu," Takeshi diam diam mendekati sang ayah yang masih terlihat frustasi.

"Dimana?"

"Kalau dari istana, ke arah selatan, melewati hutan istana,"

"Kalau begitu bi-"

"Biar aku saja yang pergi ayah!" Takeshi memotong perkataan ayahnya, ia tidak peduli kalau apa yang ia lakukan sangat lancang, yang ia pikirkan sekarang adalah keselamatan ibunya.

"Tidak! Kamu harus berada di istana untuk menjaga ibumu,"

"Tapi ayah, hanya aku dan Yuta yang mengenali hutan di belakang istana luar dalam," sang raja terdiam, tidak rela melepas putranya. Juga dengan kemungkinan ia bisa kehilangan putra tunggal dan pewaris tahtanya di perjalanan itu.

Namun, akhirnya sang raja mengijinkan, dengan syarat Yuta harus pergi bersama mereka. Sang raja juga menyuruh prajurit kepercayaannya untuk ikut, tetapi putranya menolak keras.

Terjadi pertengkaran kecil, namun berakhir dengan kemenangan Takeshi. Akhirnya, setelah beberapa hari persiapan, kedua pemuda itu siap di atas kuda putih mereka dengan perbekalan yang terbilang cukup untuk satu minggu.

"Bagaimana Yuta, sudah siap?" Takeshi terlihat bersemangat, karena ini pengalaman pertamanya melewati perbatasan. Pakaian yang dikenakan oleh Takeshi berwarna biru dongker, dengan kemeja putih emas di dalamnya. Dua buah belt kulit melingkar di tubuh sang pangeran, dengan beberapa pouch juga pedang menggantung di pinggangnya. Sarung tangan kulit berwarna coklat melindungi tangan Takeshi dari tali kuda juga sinar mentari yang begitu menyengat.

Sementara Yuta mengenakan pakaian berwarna coklat dengan dalaman kemeja putih, di pinggangnya terlilit sebuah ikat pinggang yang menjadi tempat menggantungnya pedang yang ia bawa.

"Ya," Yuta mengangguk dengan semangat, walau di hati kecilnya ada keraguan meninggalkan sang ibu di istana sendirian. Takeshi menepuk pundak sahabat kecilnya itu, memberikan senyuman menenangkan.

"Ibumu tidak apa apa Yuta, beliau akan bangga saat kita kembali nanti," kalimat Takeshi cukup menyenangkan Yuta, dan dengan itu mereka memulai petualangan mereka.

Takeshi Outfit:

Takeshi Outfit:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yuta Outfit:

Yuta Outfit:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Rules (Kingdom X Dragon AU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang