Takeshi menatap hutan itu dalam dalam, namun ia tidak menemukan sesuatu yang bergerak. Semuanya terlihat normal. Akhirnya ia mengalihkan pandangannya kepada Yuta yang menepuk pundaknya.
"Kita harus melanjutkan perjalanannya sekarang, Takeshi-san," Takeshi mengangguk dan kembali menaiki kudanya.
Keduanya kembali melanjutkan perjalanan setelah mentari sudah sedikit miring. Mereka mulai memasuki hutan belantara, suara burung dan juga serangga saling beradu. Takeshi terpukau melihat indahnya hutan itu, sangat berbeda jauh dengan hutan yang terletak di belakang istananya. Keduanya terus masuk lebih dalam, hingga ketika mereka ingin membangun tenda, sebuah rintihan terdengar tak jauh dari lokasi mereka.
"Yuta, kamu dengar itu?" Takeshi melihat sekelilingnya, namun tidak menemukan sumber suara.
"Iya..." Takeshi dan Yuta saling bertatapan, hingga sang pangeran menarik pedangnya dari sarungnya.
"Kamu berjaga disini ya Yuta, aku akan mencari sumber suara itu," Takeshi mulai berjalan menjauh dari Yuta, menuju sumber suara.
Walau ia mencoba mengikuti sumber suara tersebut, namun ia tak menemukannya, hingga ketika ia ingin berjalan kembali ke tendanya, sepasang mata bersinar terlihat diantara semak semak.
"Siapa disana?!" Takeshi mengacungkan pedangnya, sebelum sosok itu bangkit dan keluar dari semak semak. Seorang pemuda tampan yang terluka cukup parah menatapnya dengan tajam. Ia menggeram rendah dengan menunjukan taringnya. Melihat kondisinya Takeshi menurunkan pedangnya, namun ia tetap waspada.
"Kamu... kamu tidak apa apa?" Takeshi menatap pemuda di depannya dengan khawatir. Sang pemuda menatap Takeshi dengan ragu sebelum ia melihat logo kerajaan pada gagang pedang Takeshi.
"Kamu berasal dari kerajaan Nealaria?" Pemuda itu bertanya tanpa menjawab pertanyaan Takeshi yang tentunya mengejutkan sang pangeran. Takeshi mengangguk dengan ragu sebelum ia bisa melihat pemuda di hadapannya itu lebih tenang. Sang pemuda membungkuk pada Takeshi yang tentu saja membuat Takeshi terkejut sekali lagi sebelum ia mencoba berdiri dan gagal. Sang pangeran segera menangkap tubuh pemuda di hadapannya itu sebelum ia terjatuh ke tanah.
"Hati-hati! Lukamu cukup parah, ayo kembali ke camp dulu," Takeshi membopong pemuda itu kembali ke camp yang disambut oleh Yuta yang terkejut.
"Yuta, siapkan perban dan antiseptik," Takeshi dengan cepat mendudukan pemuda itu di alas bersih yang berada dekat api unggun, agar ia bisa melihat lukanya dengan jelas. Sang pangeran mengeluarkan cadangan air mereka untuk membersihkan bagian yang terkena tanah atau lumpur. Pemuda itu mengerang pelan ketika Takeshi mulai membersihkan lukanya.
"Tahan sebentar ya," ujar Takeshi dengan lembut ketika ia mulai memberikan antiseptik sebelum menutup lukanya dengan perban. Sang pangeran tersenyum puas ketika ia selesai memerban tubuh pemuda di hadapannya dan Yuta juga sudah selesai dengan makan malam mereka.
"Terima kasih yang mulia, nama saya Sonoda, Keigo Sonoda," Takeshi baru saja mau mengucapkan 'sama-sama' ketika ia sadar Keigo memanggilnya yang mulia.
"Wh- k-kamu tau bahwa aku adalah-"
"Pangeran? tentu saja, saya dulu mengabdikan diri pada kerajaan," Keigo tersenyum sebelum menyamankan posisinya yang bersandar pada batang pohon di belakangnya. Takeshi mengerutkan keningnya. Ia tidak pernah melihat Keigo dimana pun, padahal ia hampir familiar dengan semua muka orang yang bekerja di istana.
"Mungkin anda tidak pernah melihat saya karena saya mengundurkan diri ketika anda masih bayi," Ah, pantas Takeshi tidak pernah melihatnya. Sang pangeran mengangguk sebelum duduk di sisi Keigo. Yuta yang sedari tadi sebenarnya memasak kembali dengan dua mangkuk penuh dengan sup ayam jamur untuk tamu mereka dan juga sang pangeran.
"Menu malam ini adalah sup ayam jamur, saya harap Sonoda-san suka," Yuta tersenyum sebelum ia pergi sebentar untuk mengambil nasi dan juga porsi miliknya. Ketika ia kembali, Keigo dan Takeshi sedang mengobrol ringan.
"Ah iya, Sonoda-san, ini Yuta Watanabe, ia adalah anak dari kepala maid di istana," ujar Takeshi sembari menepuk pundak Yuta. Keigo tersenyum dan mengangguk, sebelum menjabat tangan Yuta.
"Senang bertemu denganmu,"
*
Malam itu Takeshi berjaga di luar tenda, ia sengaja meminta Keigo untuk beristirahat di tenda mereka karena ia tidak mungkin kembali ke tempat tinggalnya dalam kondisi seperti itu. Sang pangeran melihat sekelilingnya. Hutan itu sangat berbeda dengan hutan di belakang istananya.
Disini ia merasa bahwa ia sedang di perhatikan oleh ribuan mata yang membuatnya terus merasa waspada. Ia juga merasa tempat itu lebih sepi, seolah olah semua hewan hewan yang memang sewajarnya aktif di malam hari menghilang. Jika pada siang hari ia masih bisa mendengar suara serangga, pada malam hari benar benar sunyi.
Takeshi terlalu fokus pada sekelilingnya sampai ia tidak sadar kalau Keigo terbangun dan keluar dari tenda. Ia hampir terlonjak kaget ketika Keigo menepuk pundaknya.
"Yang mulia?"
"Ah- Sonoda-san- Takeshi, panggil saya Takeshi saja," Takeshi tersenyum, sebelum ia kembali relax ketika Keigo duduk di sampingnya.
"Kalau begitu panggil saya Keigo," Keigo tersenyum sebelum ia mengambil kayu di dekatnya dan melemparnya ke api unggun.
"Ah, baik... Keigo-san tidak beristirahat?" tanya Takeshi sembari menguap dan megambil air minumnya. Keigo hanya menggeleng dan mengambil ranting panjang untuk mendorong kayu tadi agar kini ia berada di atas kayu yang masih membara.
"Saya terbiasa untuk tidur sebentar jika sedang berada di luar rumah," Keigo tampak begitu serius sebelum melihat kearah Takeshi.
"Yang mu- ah maksud saya Takeshi-san tidur saja, biar saya yang berjaga," Keigo tersenyum kearah Takeshi. Sang pangeran yang memang sangat mengantuk hanya mengangguk sebelum kembali ke tenda.
Ketika ia sudah memastikan bahwa Takeshi sudah benar benar di dalam tenda dan tertidur, ia menatap ke arah ke gelapan dengan pandangan gelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rules (Kingdom X Dragon AU)
FanfictionBxB Takeshi Kamura x Keigo Sonoda Side Yuta Watanabe x Hiroyuki Endo Ketika biru dan emas bersatu, manusia dan mahluk raksasa di pertemukan, dan aturan yang menghalangi segalanya Kingdom x Dragon AU!