Dinner : Dessert

703 47 10
                                    

Jawaban tee saat itu ialah tee ingin berfikir dulu. Tee juga gak terlalu yakin dengan apa yang akan ia katakan saat itu. Namun tae menerima keputusan tee.

Seperti perkataan tee waktu itu

‘jangan menyerah, kamu pasti bisa’

Mulai saat itu, tae mulai memberikan perhatian lebih kepada tee. Hampir tiap hari mereka bertemu. Jika mereka tidak bertemu satu hari saja, tae akan menelpon bahkan video call dengan tee. Bercerita mengenai hari-harinya, mengenai pekerjaannya, dan sampai dia makan apa saja di kantor dan makan malam.

Sebisanya tae mengantar tee pulang pergi dari rumah tee ke kantor tee. Tee pun bingung dengan sifat tae. Terlalu aktif.

“tae, sudahlah, aku bisa bawa mobil sendiri kok. Kamu nanti repot tau antar jemput aku terus” keluh tee saat tae menjemput tee setelah pulang kerja.

“nggak kok, nggak repot. Malah aku senang, bisa charge diriku lagi dengan ketemu denganmu.” Tee hanya memutar mata.

“makan yuk” ajak tae

“aku.... sudah makan di kantor tadi” kata tee

“tumben, makan apa ? ada acara ya ?” tanya tae seraya melajukan mobilnya meninggalkan kantor tee

“iya, tadi prem ulang tahun, jadi dia mesen pizza buat kita semua. Oh iya prem itu manager di kantor ku” jelas tee

“ohh, tapi pizza .... apa kamu bisa kenyang dengan pizza aja ?” tee berfikir sejenak

Ia merasakan perasaan di perutnya saat ini. nggak kenyang dan nggak lapar kok. Masih ada tenaga.

“gimana ?” tanya tae lagi

“errr.... gimana ya, untuk saat ini aku nggak kenyang atau lapar sih” jawab tee ragu.

“kalau gitu kita jalan aja dulu, mungkin habis itu kamu bisa laper lagi” tee cemberut. Tae seakan membuat program tee agar lapar terus.

Walau cemberut, tee tetap mengangguk. Tae membawa tee jalan seperti tee membawa tae dikala tae sedang sedih beberapa bulan yang lalu.

Ya, hubungan tae dan tee sudah berjalan selama 3 bulan, tapi masih hubungan dalam konteks teman.

Tae berhenti di sebuah pantai. Malam ini bintang terlihat sangat banyak dan terang. Angin dan suara ombak menemani mereka berdua. Mereka tidak duduk di pasir, tapi mereka duduk di salah satu pondokan yang ada di pantai itu.

Tidak ada yang memulai pembicaraan sejak mereka sampai. Mereka terlalu menikmati waktu di pantai ini dengan merenung.

Tee menghela nafas pelan yang didengar oleh tae.

“kenapa ?” tae memperhatikan tee

“nggak” kata tee dan masih menatap taburan bintang di atas langit

“kamu serius ?” dahi tae mengeryit bingung.

“serius apa ?” tanya tae

“serius suka sama aku ?” tee mengalihkan wajahnya menatap tae.

“serius kok, emang kamu pikir aku gak serius ?”

“aku.... aku bukan pelampiasan kan ?” konfir tee

“nggak lah” tegas tae nan lembut.

“tapi kenapa ?”

“kenapa ?” tae bingung kembali

“kenapa kamu suka denganku, apa yang kamu lihat ?” tanya tee dengan wajah polos dan alis yang terbentuk turun

Tae berfikir sejenak lalu ia tersenyum.

DinnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang