Bagian 1

63 1 0
                                    

Suara khas dari vokalis Band Muse mengiringi perjalanan Via menembus macetnya Jalan Margonda. Jalanan ini memang tak pernah mati, siang dan malam sama saja ramainya. Akibat dari kota ini yang semakin tahun semakin bertambah manusianya dengan berbagai latar belakang. Dari sabang sampai merauke berkumpul dengan membawa berbagai alasan. Via adalah salah satu manusia itu, yang datang ke Kota ini membawa tekad kuat seorang anak kampung yang ingin menjadi wanita yang sukses di kota besar. awalnya Via datang untuk menempuh pendidikan di salah satu Universitas ternama di Negeri ini. Via yang memang seorang wanita yang berambisi tinggi menggapai angan dan impian, sampai akhirnya pun Via bisa bekerja sebagai dosen tetap di Universitas tempatnya menyelesaikan kuliahnya.

Kota ini semakin macet. Inilah yang menyebabkan Via lebih memilih rumah dekat dengan tempat kerjanya, paling tidak Via tak perlu berlama-lama di jalanan untuk sampai ke rumah. Hanya macet sepanjang jalan Margonda yang menyita waktu di jalanan, belok kiri sebentar kearah jalan Juanda, kemudian masuk kanan sudah ke gang rumahnya di Komplek Bumi Indah. Satpam kompleks tersenyum dan menganggukkan kepala ketika melihat mobil Via masuk ke area komplek. Akhirnya tiba juga di rumah impian Via, rumah kecil minimalis tanpa pagar bercat abu-abu, merah dan hitam dengan banyak tanaman di halaman rumah.

"Assalammualaikum" Via mengucapkan salam sebelum masuk ke rumah. Raut wajahnya terlihat lelah. Seharian Via di kampus full jadwal mengajar mahasiswa Magister yang hanya masuk di hari Jumat dan Sabtu.

"Waalaikumsalam" Sahut Bik Asih, Asisten rumah tangga sekaligus menjadi pengasuh anaknya membukakan pintu rumah.

"Kinara lagi ngapain, Bik?" Via menanyakan anaknya yang sedari pagi ditinggalkannya ke kampus. Diletakkan tas ranselnya, kemudian berjalan ke arah kulkas untuk mengambil air minum. Sepertinya segelas air dingin bisa mengurangi kepenatan isi kepalanya.

"Sudah tidur di kamarnya, Bu. Tadi Kinara sempat ngambek nangis minta jalan-jalan Bu, tapi Ndak lama setelah itu Kinara tidur" Bik Asih menjawab pelan

"Bapak belum pulang ya Bik?" Via kembali bertanya dengan Bik Asih

"Belum bu....saya permisi siapkan makan malam dulu ya bu"

"Gak usah Bik, Bik Asih istirahat aja duluan, biar nanti saya yang siapkan makan malam sambil nunggu Bapak pulang"

"Iya bu" Bik Asih berlalu kembali ke kamarnya.

Via seketika menarik nafas dalam, menyesal rasanya seharian ini tidak bisa bermain dengan anak perempuan kesayangannya dan mengajaknya jalan-jalan paling tidak hanya di taman dekat rumah, sudah hampir 1 semester ini, Jumat adalah jadwal terpadat di kampus. Via sengaja memadatkan jadwal mengajarnya di hari Jumat, agar hari Sabtu-Minggu bisa istirahat dirumah membayar hari-hari nya yang sudah sibuk dengan aktivitas di luar rumah. Bagaimanapun keluarga tetaplah nomor satu dibandingkan yang lain.

Via melangkahkan kaki ke kamar Kinara. Kamar Kinara terang benderang, karena Kinara tak suka tidur dalam keadaan gelap. Kinara Larasati Putri lahir tepat di di usia 1 tahun pernikahan Via dan Aryo. Kado terindah untuk Anniversary pertama pernikahan mereka, dan kini Kinara sudah berumur 4 tahun. Via mengusap lembut rambut Kinara dan mencium keningnya dengan perlahan, takut membangunkan Kinara yang sedang tidur lelap.

Perlahan Via meninggalkan kamar Kinara. Via berjalan menuju kamarnya, sambil melirik jam besar tertempel di dinding ruang keluarga yang sudah menunjukan pukul 21.15 WIB. Sebentar lagi suaminya tiba di rumah. Via pun segera membersihkan tubuhnya. Via harus terlihat lebih segar dan wangi. Paling tidak, sedikit menyenangkan suami yang sudah penat dengan pekerjaan-pekerjaan kantornya. Yaaaaa...Aryo bekerja di salah satu perusahaan swasta di Jakarta, yang mengharuskan dia bekerja dengan keras agar bisa mencapai target setiap bulannya. Aryo memang hanyalah staf biasa tapi Via sangat memahami bahwa suaminya adalah pekerja keras, yang suatu saat nanti karirnya akan menjadi lebih baik. Walaupun begitu hidup mereka sudah sangat serba cukup, tak pernah ada berselisih paham tentang ekonomi keluarga.

"Via..."

"Ya Mas, kamu udah pulang? Bentar Mas,Via belum selesai mandi"

Via cepat-cepat menyelesaikan mandinya, dan keluar kamar mandi. Ternyata Aryo sudah berdiri di depan kamar mandi sambil tersenyum.

"Ya ampun Mas, ngapain berdiri di depan kamar mandi"

"Nungguin Nyonya Besar mandi lama amat. Mas udah keburu lapar ni hehee"

"oalaaaahh Mas maaf ya sayang, Via juga baru nyampe td, langsung mandi, sementara Via ganti baju, Mas mandi dulu gih biar segeran, abis itu Via siapin makan malam kita ya.." Aryo menganggukkan kepalanya sambil menuju kamar mandi.

Hampir setiap hari seperti ini mereka jalani, makan malam yang sudah sangat malam. Dari awal pernikahan, hampir tak pernah sedikitpun terlewatkan untuk makan malam bersama. Kebiasaan yang memang sudah disepakati Via dan Aryo sebagai konsekuensi hidup di kota besar seperti Jakarta. Mereka berdua memang harus bisa menyiasati kehidupan agar lebih efektif dan efisien, termasuk waktu untuk bersama. Duduk bersama di meja makan setiap hari pada saat makan malam, membahas kegiatan masing-masing seharian cukup efektif membuat satu sama lain antara Via dan Aryo tidak merasa kehilangan ruang untuk saling berbagi cerita.

"Kinara udah lama tidur?"

" Sudah Mas, tadi Via pulang, Kinara udah tidur, Kata Bi Asih tadi Kinara nangis minta jalan, aku pikir-pikir memang udah berapa minggu ini kita di rumah aja ya Mas"

"Ya udah, besok kita ajak Kinara jalan, kamu gak capek kan kalo besok kita jalan?"

"Gak kok Mas, mau kemana besok mas?"

"Ehmmm...gimana kalo ke Bogor aja, sekalian kita main ke rumah Mbak Gendis, udah lama kita gak ke sana"

"Boleh juga tu Mas, Bik Asih diajak juga ya, siapa tau Bik Asih kangen sama Mang Asep pengen ketemu" Aryo pun tertawa terbahak-bahak. Kalau ada Bik Asih pasti udah tersipu malu salah tingkah.

"Udah ah...istirahat yuk"

"Mas duluan aja, Via beresin ini sebentar ya, ntar Via susul"

Via pun membereskan piring dan gelas makan malam mereka. Mencucikannya sendiri dan langsung menyusun di rak piring. Hal-hal kecil yang bisa dilakukannya sendiri, tak pernah Via meminta Bik Asih mengerjakannya. Bik Asih memang bisa mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga. Tetapi Via menyadari sesibuk apapun Via di luar rumah dan secapek apapun, Via tetaplah seorang Ibu dan seorang Istri yang harus mengerjakan tugas-tugas rumah tangga dengan sendirinya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 28, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

ANDAI KESEMPATAN ITU DATANGWhere stories live. Discover now