CHAPTER 2

2.6K 196 17
                                    

Jin Ling berlari sendirian mengitari Gunung Dafan membunuh apa pun yang bisa dibunuh. Tuan putri "Lelaki" berusia 16 tahun itu untuk sekali ini bertingkah seperti layaknya seorang gentleman yang sesungguhnya dengan caranya sendiri.

Kemudian seolah menyadari sesuatu, Jin Ling berhenti dan memandang sekeliling. Fairy, anjing spiritualnya masih belum kembali.

“Fairy?” panggilnya tapi satu-satunya suara yang terdengar hanyalah gemerisik semak
belukar yang menggema balik padanya.

“Fairy!”

Jin Ling mendadak gelisah. Anjing spiritualnya itu nyaris tidak pernah meninggalkan sisinya juga tidak bodoh sampai bisa tersesat. Harusnya dia langsung datang saat dipanggil. Pasti sudah terjadi sesuatu.

“Fairy!”

Akhirnya Jin Ling memutuskan untuk berkeliling karena dia merasakan hal yang ganjil aneh. Sehingga dia bersiap berlari menyusuri hutan itu lagi.

“A-Ling.”

Tuan muda dari sekte Lanling Jin itu berhenti di tempat, jantungnya mendadak berdegup kencang saat kata-kata lembut itu dicerna dalam pikirannya. Jin Ling langsung berbalik dan wajahnya menampilan senyum sumringah.

“Dajie!” Dia berseru dengan lantang dan berlari ke arah gadis itu dengan lengan terbuka.

Sedetik kemudian kepala Jin Ling sudah terkubur di jubah putih sutra dari jie-nya,
menghirup aroma manis dari perpaduan berbagai bunga putih. Tapi kebanyakan yang bisa dia cium sekarang adalah bunga kacapiring. Setiap kali mereka bertemu jie-nya ini akan beraroma seperti salah satu bunga putih itu. Favoritnya adalah aroma bunga peony.

“A-Ling, kau sedang berpatroli sendirian di hutan ini lagi?”

Sepasang tangan lembut mengelus kepala pemuda itu dengan penuh kasih sayang,
membuat Jin Ling ingin semakin merapat ke pelukannya.

“Ya, untuk Kakak YueXe.”

Kakak perempuannya itu tertawa lembut suaranya lebih mirip nyanyian daripada tawa.

“Jangan konyol, walaupun aku menghargai perlindunganmu kau juga harus memikirkan dirimu sendiri. Kalau tidak salah pamanmu tidak tahu kau ada di sini, bukan?”

Jin Ling mendongak padanya dengan ekspresi tertekuk.

“Jie adalah jie-ku, jadi aku harus melindungimu. Dajie, kenapa kau tidak mau bergabung dengan Sekte Jin saja? Aku tidak ingin kau tinggal sendirian di hutan yang berbahaya ini.”

Yin YueXe tertawa kecil saat Jin Ling menyembunyikan wajahnya di balik jubahnya. Sang kakak sebenarnya tidak tahu harus menjawab apa karena dia sendiri tidak mengerti kenapa bisa berada di sini sejak awal. Perempuan itu tidak tahu kenapa dirinya bisa terbangun tanpa ingatan apa pun selain namanya sendiri di tengah hutan ini dan hanya mengenakan busana pemakaman putih yang sangat pendek. Setelah tiba-tiba menemukan sebuah pondok telantar di puncak gunung, dia pun memutuskan untuk tinggal di sana saja. Awalnya tidak terjadi apa-apa sampai dia memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar hutan dan kebetulan berpapasan dengan pangeran berpakaian keemasan yang sangat rupawan ini beraroma seperti bunga peony dan kepribadiannya tidaklah begitu cantik. Perempuan ini bisa mengingat seberapa kotor ucapan bocah itu saat memalingkan wajah yang merona sementara Yin YueXe merawat luka yang didapat bocah itu usai bertarung melawan hantu. Kemudian bocah itu terpaksa bermalam di pondoknya sampai keesokan hari pamannya datang mencari dengan
cambuk ungu dan wajah murka. Jin Ling bersembunyi di belakang perempuan itu saat memohon ampun pada pamannya.
Itu adalah awal mula kedekatan mereka. Yin YueXe membelanya dan berdalih supaya pamannya bisa tenang. Yang mengejutkan, pamannya benar-benar menarik kembali cambuknya dan membawa Jin Ling pulang tanpa mengucapkan apa-apa.

XICHENG UNTITLED
 By: Nycx_99
 [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang