Assalamu'alaikumHari ini, adalah hari penerimaan rapor kenaikan kelas untuk para siswa SMA Garuda khusus kelas X dan XI.
Semua orang terlihat begitu excited dan sangat tidak sabar untuk melihat hasil kerja kerasnya selama setahun belajar.
Begitu juga dengan Anisa, seorang gadis berhijab yang saat ini sedang berhadapan dengan wali kelasnya.
Hanya tinggal dirinya yang belum menerima hasil rapornya. Semua para siswa telah menerimanya. Dan kini, dikelas XI Ipa 2, hanya ada dirinya dan Buk Niken sang wali kelas.
"Anisa Raodatul.. " panggil Buk Niken.
" Iya Buk? " sahut Anisa dengan keringat dingin yang telah membanjiri sekujur tubuhnya.
Tentunya ia cemas. Biasanya, pada tahun tahun sebelumnya Anisa akan selalu menjadi bintang kelas. Namun ini? Posisinya telah digantikan oleh Mentari yang meraih juara pertama yang dulu di duduki oleh Anisa itu.
Bahkan juara kedua dan ketiga juga bukan dirinya. Anisa semakin dibuat cemas karenanya.
"Sebelumnya Ibu minta maaf yang sebesar-besarnya.. Ibu tidak tega jika harus mengatakan semua ini oada kamu.. " lirih Buk Niken.
" Ada apa Buk? " tanya Anisa yang memang sudah sangat penasaran.
" Absen selama satu bulan, membuat kamu tidak bisa mengejar semua ketertinggalan kamu.. " kata Bu Niken dengan sorot mata tidak tega.
" Sekali pun nilai kamu bagus saat Ujian akhir kemarin, tapi tetap kehadiran kamu harus diperhatikan.. Kamu tidak masuk selama satu bulan penuh tanpa satu pun kabat dari pihak keluarga.. "
Anisa semakin menunduk lesu. Otaknya semakin berpikiran yang tidak-tidak.
" Jadi, pihak sekolah memutuskan bahwa kamu, tahun ini, akan mengulang kembali di kelas sebelas.. " ucap Buk Niken sebelum pada akhirnya pergi meninggalkan Anisa yang terdiam mencerna setiap kata-kata Buk Niken yang seakan lebih menyulitkan dari rumus kimia.
" Tinggal kelas? " gumam Anisa tidak percaya.
Seumur-umur? Tinggal kelas adalah sesuatu yang sangat dihindari dari seorang Anisa. Sekuat tenaga Ia mengejar kembali pelajarannya yang tertinggal akibat libur satu bulan lamanya. Tapi sepertinya ia sudah ketinggalan cukup jauh.
Semua ini karena kejadian itu. Kejadian yang dimana membuat Anisa harus terbaring tak berdaya di atas brankar rumah sakit selama sebulan lamanya.
Anisa tidak merutuki takdir yang dituliskan tuhan untuknya. Hanya saja, Anisa masih bekum bisa menerima kejadian yang baru saja menimpa dirinya. Ya, tinggal kelas adalah suatu bencana alam terbesar dalam hidup Anisa.
Jika saja, hari itu kejadian buruk itu tidak menimpa Anisa, mungkin Anisa tidak akan menanggung kenyataan yang begitu sangat menamparnya itu.
Ya, kejadian buruk yang bukan hanya menimpa dirinya, tapi juga beberapa orang lainnya yang berada di dalam bus kota.
Flashback on..
Sepulang sekolah, Anisa langsung menuju halte bis karena tidak sabar untuk segera sampai di rumah. Uncle nya dari Bandung pulang hari ini, dengan membawa Fatih anaknya yang baru berumur dua setengah tahun itu.
Bus kota berhenti tepat dihadapannya. Dan Anisa langsung masuk ke dalam bersama dengan beberapa siswa SMA Garuda yang juga menaiki Bus tersebut untuk sampai di rumahnya.
Anisa telah terduduk di salah satu kursi penumpang yang letaknya tepat disamping jendela.
Anisa suka duduk disana. Karena dengan begitu, ia bisa memandangi jalanan padat Jakarta yang entah mengapa membuat perjalanan pulang Anisa tidak terasa membosankan.
Drrt drrt..
Handphone yang berada di saku baju Anisa bergetar. Anisa langsung merogoh sakunya dan mengangkat telepon yang ternyata panggilan dari Ibunya.
"Assalamu'alaikum Bu... " salam Anisa begitu telepon terhubung.
"Hallo,,kakak..kapan pulang?"
Bukan suara Ibunya melainkan suara manis menggemaskan yang terdengar dari sebrang sana. Sudah dipastikan bahwa ini Fatih si anak laki-laki menggemaskan itu.
"Hallo Fatih.. Ini kakak lagi di mobil.. Di jalan pulang.. Fatih sudah kangen ya.. " sahut Anisa.
" Kanen banyet kak.. " kata Fatih dengan nada cadelnya.
Lidahnya memang belum bisa menyebutkan kata-kata yang terlalu sulit. Tapi itu wajar karena usia Fatih yang memang baru menginjak dua setengah tahun. Wajar bukan? Kecuali umur sepuluh tahun masih bekum bisa berbicara fasih. Baru itu ada apa-apanya. Atau bahasa lembutnya, Fatih cadel permanen.
"Kakak bentar lagi sampai kok... Fatih sabar ya.. Mau kakak beliin apa nanti? " tanya Anisa. Karena dia teringat ada sebuah mini market di depan komplek perumahan yang ia dan keluarga tinggali.
"Fatih mau ech klimmm.." teriak Fatih dari sebrang telepon.. Membuat Anisa yang mendengarnya terkekeh geli sambil membayangkan betapa menggemaskannya wajah sepupu kecilnya itu saat ini.
"Oke.. Nanti Kakak beliin ya.. "
" Iy-"
Tiiiiiiiiiinn.....
Cciiiiiiitttt...
Suara klakson dan rem tersebut saling bersahutan sehingga mengalihkan fokus Anisa yang awalnya fokus pada Fatih menjadi ke arah samping kirinya dimana sebuah taksi dengan kecepatan tinggi melaju dengan arah berlawanan dengan bus yang ia tumpangi.
Bus yang Anisa tumpangi sudah bersusah payah meng klakson supaya taksi di depannya berhenti, namun semuanya nihil karena kecepatan dari taksi tersebut, tidak bisa lagi ditahan sehingga membuat taksi itu menabrak dengan teramat kuat bus yang Anisa tumpangi dari bagian kiri Bus. Tepat dimana Anisa berada.
Bus terguling guling akibat tabrakan hebat dari taksi tersebut. Tubuh Anisa langsung terhempas entah kemana karena ialah yang terdekat dari inti kecelakaan itu.
Taksi tersebut menabrak tepat dibagian dimana Anisa duduk.
"Kakak... Itu cuala apa? "tanya Fatih yang bingung mendengar suara tabrakan yang memang dahsyat itu.
Hingga akhirnya, Anisa tidak tahu lagi apa yang terjadi padanya.
Flashback off..
Setetes bulir air mata kembali mengalir membuat anak sungai di pipi Anisa.
Rasanya selalu sakit jika ia kembali mengingat kejadian dua bulan yang lalu itu. Kejadian yang membuatnya koma selama satu bulan lamanya.
Anisa mengusap air matanya, lalu berjalan dengan langkah tertatih karena kakinya yang masih sedikit terasa sakit untuk dibawa berjalan.
Tapi Anisa harus tetap bersyukur karena Ia masih diberikan kesempatan untuk kembali hidup. Karena saat selama satu bulan Anisa koma, dokter telah menvonis nya tidak akan selamat mengingat kecelakaan yang menimpa Anisa tidak bisa dikatakan kecelakaan biasa. Bahkan luka pada sekujur tubuh Anisa sangat memperkuat dugaan dokter jika Anisa tidak akan bisa selamat.
Namun sepertinya takdir berkata lain. Setelah satu bulan koma, akhirnya Anisa kembali membuka matanya.
Huft... Bab 1 segini aja dulu ya.. Maaf kalau mengecewakan.. Kalau ad saran, silakang komen, atau dm aja langsung.. Babay
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta 2 Keyakinan
Teen Fiction"Sampai kapanpun kita tidak akan bersatu, karena takdir memang tidak mentakdirkan kita bersatu." "Apapun akan saya lakukan, sekalipun itu menujar keyakinan saya. " " Jangan jadikan saya alasan untuk kamu berhihrah!"