Hari itu, kota bandung sedang gerimis. sema sedang menunggu angkutan kota. Dia ingin cepat-cepat pulang ke rumah karena harus ada yang ia kerjakan.
"Aduh angkot lama banget sih, sekalinya ada pasti penuh, ogah naik angkot penuh" gerutu sema.
Memang dia salah satu lelaki yang tidak membawa motor di sekolahnya. Ya karena memang dia dari keluarga yang cukup sederhana yg hanya mempunyai kendaraan sepeda milih ayahnya untuk berangkat kerja.
Jarum pendek pada jam tepat berada di angka 3 sema sampai dirumah, dia ingin mengerjakan sesuatu yang sudah menjadi rutinitas nya yaitu, menulis puisi. Sudah tak terhitung berapa puluh bolpoin yang sudah dia habiskan untuk menulis puisi.
Dia menulis puisi terinspirasi dari sosok chairil anwar, karena kata-katanya yang menyentuh dan enak untuk dibaca. Menurutnya ada keajaiban di dalam kata kata di puisi karya chairil anwar.
Angin
Aku ingin seperti angin, orang-orang tidak mempedulikan darimana asal dan bagaimana bentuknya, selama itu menyejukan orang-orang akan senang.Sema admawija.
Begitulah puisi pendek karya sema yang baru saja ia karang dan tulis sepulang sekolah. Banyak sekali kepalan kertas berserakan di kamarnya, karena cukup banyak kesalahan di dalam puisinya. Tak heran jika sema harus menghabiskan banyak kertas setiap harinya.
Hidup sema setiap harinya hanya melakukan rutinitas seperti membuat puisi, membantu ibunya membuat beres beres, belajar, dan tidur. Terdengar membosankan memang, tapi sema begitu menikmatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Sema
Teen FictionSema Admawija adalah seorang penulis puisi yang kurang bisa bersosialisasi terutama pada perempuan. hingga suatu hari ia bertemu dengan Nawahera siswi pindahan yang kini menempati kelas yang sama dengan nya dan sema mulai memberanikan diri berbincan...