I'm married to who?

2K 157 20
                                    

Can masih sangat marah pada si brengsek anak IC itu. Apa haknya mencuri ciuman pertamanya? Aaasrrgh! Ai brengsek! Can sangat membencinya.

Sibuk dengan pikirannya, Can tidak sadar bola datang ke arahnya. Menghantam tepat di wajahnya dengan keras, yang membuatnya pingsan seketika.

___

Can merasa sangat nyaman. Selain makan, tidur adalah hal favoritnya. Apalagi tidur di kasur seempuk ini, dengan dada bidang telanjang sebagai bantal dan lengan kekar yang memeluknya dengan kuat dan posesif. Sangat nyaman. Pagi yang sempurna bagi Can. Can menghela nafas dalam. Menikmati aroma khas post sex. Seulas senyuman tersungging di bibir tipisnya.

Tunggu.

Dada bidang? Lengan kekar? Aroma khas sex?

Can seketika membelalakkan matanya. Melihat dada bidang dan perut six pack di hadapannya. Kemudian Can menaikkan pandangannya, dan

"Pagi, Cantaloupe." Sambut pemilik dada-bidang-lengan-kekar-perut-six-pack dengan senyuman.

"Aaaargh!!!!"

Can mendorong laki-laki seksi pemilik dada-bidang-lengan-kekar-perut-six-pack slash Ai Asshole Tin, yang dengan refleknya yang bagus, Tin bisa menjaga keseimbangannya untuk tidak jatuh ke lantai dan berdiri telanjang di depan Can tanpa rasa malu sedikitpun.

"Ke-kenapa kau telanjang, Brengsek?" Teriak Can sambil menutup matanya.

Tin tersentak mendengar pertanyaan Can. "Can, apa yang terjadi?" Tin mendekati Can dengan khawatir.

Can yang kebingungan dengan keadaan ini, dengan reflek dia mengambil handphone yang ada di stand sebelahnya dan kabur ke kamar mandi yang ada di dalam kamar asing ini.

Kemarin Can pingsan saat bertanding sepak bola, bagaimana bisa dia sekarang berada di kamar Ai Asshole Tin dalam keadaan sama-sama telanjang?

Apa mereka berhubungan sex? Ah, sepertinya iya jika mengingat ada sedikit rasa ngilu pada lubang Can. Wajahnya memerah memikirkan kemungkinan yang telah Tin lakukan kepadanya.

Can melihat bayangannya di cermin. Bekas kissmark di mana-mana di tubuh Can. Di leher, dada, lengan, sampai ke pahanya. Dan yang paling aneh adalah, itu bukanlah Can yang kemarin. Can yang kemarin memiliki warna rambut hitam alami. Sedangkan Can di dalam cermin memiliki rambut yang diwarnai kecoklatan. Dan Can di dalam cermin terlihat lebih dewasa dari Can yang kemarin. Dan juga, Can di dalam cermin, memakai sebuah cincin di jari manisnya.

Can mengangkat tangan kirinya, mengamati cincin emas yang melingkar pada jari manisnya.

"What the fuck?"

Tidak. Tidak. Ini semua hanya mimpi. Ini tidak nyata.

"Can?" Panggil Tin dari luar. Suaranya terdengar khawatir. "Apa yang terjadi, Can? Kau baik -baik saja?"

"Aku- aku," Can mulai panik. "Aku baik-baik saja."

Tin tidak langsung menjawab. "Baiklah. Aku di luar kalau kau memerlukanku." Tin terdengar ragu dengan jawaban Can. tapi setidaknya dia memberikan waktu untuk Can.

Can duduk di toilet, menggenggam erat handphone yang ia tau bukanlah miliknya. Come on, dia tidak sanggup membeli hanphone model ini.

Can memperhatikan layar handphone yang dia pegang. Ada dua pilihan: scan sidik jari atau menggambar pola. Tanpa berpikir, Can menempelkan jari telunjuknya pada scanner sidik jari handphone itu, dan berhasil.

'Oh, Ini handphoneku?'

Can membuka menu panggilan masuk. Banyak nama dan nomor yang sama sekali tidak dia kenal, 'Cantaloupe' muncul beberapa kali. Di menu panggilan keluar, 'Cantalouope' berada di paling atas dan muncul paling sering. 'Jadi ini bukan handphoneku.'

Skipped TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang