The Symptoms of A Chronic Desease

899 120 51
                                    

Seperti rencana, hari ini Can dan Tin makan siang dengan Ae dan Pete. Mereka bertemu di kafe sebuah mal. Can duduk di sebelah Tin dan di seberang Ae. Sedangkan Pete duduk di sebelah Ae dan di seberang Tin.

Phu tidak ikut karena menurutnya lebih baik ia kencan dengan gebetannya dari pada menjadi obat nyamuk di acara kencan orang - orang tua ("bukan kencan! Hanya makan siang!" teriak Can dari belakang). Setelah mendapatkan beberapa lembar uang makan+transport+bensin+nonton+belanja untuk dua orang dari Can, Phu membawa mobil Can untuk jalan.

Can makan dengan lahap, tapi pikirannya melayang. "Aku masih bingung." Aku Can setelah menelan makanannya. "Phu tadi meminta uang transport dan bensin untuk dua orang. Padahal ia membawa mobilku yang bensinnya masih penuh."

Ae tertawa. "Kau ditipu lagi oleh bocah itu? Tidak bisa dipercaya."

Pete tersenyum, menepuk bahu Can. "Kau memang sangat baik, Can."

"Itulah sebabnya aku tidak memberinya uang." Tin berkomentar dengan santai.

"Kau bilang kau tidak ada uang tunai?!"

"Memang. Tapi ada mesin ATM di lantai dasar. Aku hanya tidak mau mengambil saja." Jawab Tin santai sambil meneguk lemon teanya.

Ae tertawa. Pete tersenyum. Can menatap Tin tidak percaya.

"Kau benar-benar licik! Kau harus ganti uangku!" Tuntut Can.

"Bukan salahku kau tidak mengerti isyarat dariku untuk tidak memberinya uang."

"Arrgh. Awas saja kalau bocah itu meminta uang lagi!"

"Itu yang selalu kau katakan, Can. Tapi masih saja memberinya uang." Timpal Ae.

"Sudahlah. Nanti aku belikan kau es krim." Bujuk Tin.

"Kau pikir aku anak kecil hah?!"

"Ya sudah kalau tidak mau."

"Ya aku mau. Tapi aku juga mau nonton. Belikan juga popcorn dan soda."

"Apapun yang kau inginkan, Cantaloupe."

"Enaknya kita nonton apa?" Tanya Can pada Ae dan Pete. "Tin yang akan bayar."

"Aku hanya setuju untuk membayar tiketmu." Bohong. Tin tau saat ia bilang setuju, artinya ia setuju dengan satu paket. Can, Ae, Pete dan dirinya.

"Shu shu!" Can melambaikan tangannya untuk 'mengusir' Tin. Tin memutar bola matanya menanggapi Can. "Aku ingin film horor."

"Pete tidak suka film horor." Timpal Ae, yang akhirnya membawa mereka ke perdebatan sengit dalam menentukan film.

"Kau baik-baik saja, Tin?" Tanya Pete khawatir. Pete mengenal Tin sudah sangat lama. Ia busa dengan sangat mudah kengetahui perubahan mood Tin.

Tin tersenyum pahit. Semua orang mengkhawatirkannya. Mereka menyadari bahwa Tin tidak dalam kondisi sempurna. Kecuali Can. Orang yang biasanya paling pertama tau bahwa ada yang tidak beres dengab Tin. "Kuharap."

"Apa maksudmu dengan 'kuharap'? Kau tau kau bisa mempercayaiku."

"Ada masalah kecil di antara kami yang menyakiti kami berdua."

Skipped TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang