The mistress of all evil

898 121 44
                                    

Can dengan gugup berjalan beriringan dengan Tin memasuki ballroom salah satu hotel keluarga Daichapanya, keluarga besar Ming. Acara amal katanya. Tapi lebih mirip dengan acara pamer. Semua orang mengenakan gaun mewah dengan perhiasan mahal. Pembicaraan merekapun tak jauh dari aset ini dan itu.

Berkali-kali Can memeriksa penampilannya. Ia tidak mau membuat Tin malu jika ada yang salah dengan penampilannya. Apalagi 5 malam terakhir Can tidak bisa tidur dengan nyenyak, semakin membuat Can mengkhawatirkan penampilannya.

Can menjadi sulit tidur sejak Phu pulang ke rumah orangtuanya. Setiap malam ia akan gelisah. Lalu ia akan ke dapur untuk minum (meski sebenarnya ia tidak haus) sekalian mengecek keadaan Tin yang tidur di kamar tamu. Tidak ada yang tau kapan penculik akan beraksi kan?

"Kau terlihat sempurna, Can." Bisik Tin membuat wajah Can memerah.

Tin memang memiliki efek yang aneh pada Can. Hanya dengan memujinya saja, Tin sudah bisa membuat jantungnya berdebar. Saat melihat Tin tersenyum untuknya, Can akan merasakan ribuan kupu-kupu beterbangan di perutnya. Melihat Tin marah atau kecewa, membuat Can sesak, sangat menyiksanya.

Salah satu alasan dalam 6 hari ini Can sudah beberapa kali memasak makan malam dan sarapan untuk mereka berdua adalah untuk mendapatkan senyum dari Tin. Tin bilang bahwa ia menyukai masakan Can, meski menurut Can masakannya tidak terlalu enak. Bahkan Can menolak ajakan Chao untuk makan seafood demi memasak untuk Tin. Untuk bisa merasakan kupu-kupu di perutnya. Rasa yang aneh, tapi Can menyukainya.

Memasak untuk Tin bukanlah satu-satunya alasan kenapa Can menolak ajakan Chao. Can merasa aneh, seperti ada yang mengganjal di hatinya saat Chao mengajaknya makan seafood berdua. Berbeda saat ia makan berdua dengan Good atau temannya yang lain.

"Tidak bisakah kita pulang saja?" Pinta Can dengan wajah memelas.

Tin menghela nafas. "P'Ming sudah banyak membantuku, Can. Ini adalah hal kecil yang bisa aku lakukan untuk menghormatinya." Jelas Tin. "Bersabarlah, please?"

Can mengangguk meski masih cemberut. Mengikuti Tin menemui Ming, Kit dan sepasang paruh baya. Can dan Tin memberikan wai pada mereka.

"Ah, Can, sudah lama aku tidak bertemu denganmu." Ungkap si wanita paruh baya ramah.

"Itu karena ibu jarang di Thailand." Jawab Ming.

"Apa paman dan bibi akan lama di Thailand?" Tanya Tin.

"Seminggu." Jawab si pria paruh baya, yang Can yakin adalah ayah Ming. "Kami kesini hanya untuk mengecek pekerjaan P'mu ini saja, Tin." Lanjutnya dengan melirik Ming. "Perusahan masih belum terbakar. Jadi kami bisa kembali jalan-jalan dengan tenang."

"Kalian nikmatilah pestanya, kami akan menyambut tamu yang lain."

"Tadi aku bertemu orang tuamu datang bersama Neena." Ungkap Kit setelah orang tua Ming pergi.

Can kembali gugup. Can tidak siap bertemu mereka.

"Kurasa nanti kami akan menyapa mereka." Ucap Tin santai. "Sesama pebisnis harus saling menjaga hubungan baik."

Can menatap Tin. Dibalik eksterior ketidakpeduliannya, matanya memancarkan kesedihan. Ada luka yang sangat dalam di sana.

"Kau benar. Aku harus berusaha mendapatkan simpati mereka karena mereka masih membenciku." Aku Ming dengan tawa.

"Ya, karena P' membantu anak mereka kabur dari rumah." Balas Tin. "Maksudku, mereka berfikir jika bukan karena P'Ming menjadi penyandang dana perusahaanku waktu itu, aku akan pulang setelah kehabisan uang." Lanjutnya. "Sangat bodoh. Aku tidak akan kembali meski aku harus tinggal di apartemen studio selamanya." Lanjutnya dengan menggenggam tangan Can. Urgh, kupu-kupu peliharaan Can kembali menyerangnya.

Skipped TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang