Siapa?

8 0 0
                                    

" ANI!"

" Iya kenapa Fariq?"

" Kau ketua kelas dan bisa bela diri?"

" Iya, kau juga bisa bela diri- kan Fariq dasar menyusahkan saja." Ujarku seraya menaiki angkot. Sebelum pergi bersama si kembar ibu mengizinkan aku dengan catatan jangan pulang terlalu sore.

" Iya maaf, terima kasih. Tapi kalau kau sudah tau, kenapa tadi kau turun tangan?" Fariq benar namun disisi lain aku punya tanggung jawab.

" Karena aku sebagai ketua kelas. Bertanggung jawab atas semua ulah anak kelasku di sekolah. Jika tidak siap-siap kelas dicap onar." Ujarku menjelaskan.

" Berat ya?" Ujar Fariq. Entah bertanya atau kasihan.

" Menurutmu?"

" Tergantung. Kalau kau dapat anak kelas bandel jadi seperti itu. Tapi kalau anak kelas yang isinya semua kau si pendiam mungkin tidak."

" Heh! Memangnya aku terlihat sependiam itu apa?"

" Menurutmu?" Tanya Fariq.

" Ish, aku kan bertanya. Lagipula kalau sekelas isinya pendiam semua mungkin sedikit agak gimana gitu."

"Tuh tahukan dirinya sendiri." Ujar Fariq terkekeh.

" Ukh, kau menyebalkan Fariq."

" Memang."

" Diam!" Kami menoleh pada Ardhan yang sedari tadi membaca buku.

" Itu buku siapa Ardhan?"

" Kau."

" Oke."

" Krik."

" Fariq hentikan. Kau menganggu."

" Eh, menganggu apa nih?"

" Fariq diam!"

" Siap bu!" Ujar Fariq terkikik. Dan aku hanya manyun. Menyebalkan kedua kembar ini begitu berbeda sifatnya.

Beberapa menit kemudian kami bertiga sampai di area Ruko Kejora. Tepat di area gerbang perumahan kami ditanya oleh satpam.

" Kalian pada mau kemana dik?"

" Kealamat ini pak." Ujar Ardhan. Aku mengamati sekeliling. Beberapa tahun sebelumnya aku ingat betul halaman rumah dua kembar ini ditumbuhi tanaman pohon srikaya. Karena area ini dibangun dengan beberapa ruko yang cukup besar dan tinggi serta baru. Aku jadi tidak terlalu memperhatikan letak rumah mereka.

" Oh dek maaf. Dahulu disini memang dibangun beberapa rumah besar namun karena yang punya sudah menjual seluruh tanahnya akhirnya dibangunlah beberapa ruko besar ini."

" Fariq memangnya kau ingin mencari apa sih?"

" Dahulu kami mengubur sebuah kotak yang berisi album dan kenangan kami sewaktu kecil di halaman rumah. Kalau tidak salah ada di dekat pohon kaya."

" Pohon srikaya. Untuk apa kotak itu?"

" Nah itu dia maksudnya. Kalau kau mau tahu untuk apa tanyakan pada Ardhan. Karena dia yang bersikeras mencarinya hingga kesini."

" Ardhan beritahu aku untuk apa kotak itu?"

" Bukan urusanmu." Tolak Ardhan tegas.

" Fariq beritahu aku!"

" Hah bisakah kita fokus pada pencarian?"

" Baiklah."

" Oh, dulu bapak pernah lihat pohon srikaya disekitar sini tidak?" Tanyaku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 25, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Si Pendiam AniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang