Bisikan Tuhan: Kekaguman

153 3 0
                                    

Selama 20 tahun aku melang-lang buana hidup di dunia, sejarah telah tercipta. Rekam jejak hidupku tak pernah sekalipun terukir nama seorang wanita yang istimewa.

Terus tumbuh dewasa, semakin terasa haus dan lapar akan yang namanya cinta. Melihat teman-temanku yang kian mesra, sabar itupun semakin sirna, dan rasa iri kian membara. Terhembus dalam asa, hasutan untuk memiliki, menikmati, bahkan menjadi budaknya sekalipun.

Aku bukan seperti laki-laki cupu yang gemetar menghadapi wanita. Kerap kali aku menghabiskan waktu dengan mereka. Semua berjalan baik-baik saja. Ya, walaupun aku sedikit harus berjaga. Sebab, suasana hati dapat sekejap berubah. Ramah menjadi marah, gundah menjadi cerah, terarah menjadi salah kaprah. Begitu kata mereka jika sedang dilanda kebocoran bulanan. Itu keunikan wanita.

Awal Maret 2016...

Pidato berapi-api menyeruak dari mulut dosen, mengganggu kedua telinga. Mahasiswa lain tajam memerhati. Dan aku? acuh tak acuh, menyingkir dari pusaran doktrin-doktrin teori.

"Lineee..." Terdengar bunyi notifikasi.

Seketika pikiranku buyar, tercecer seperti kepingan puzzle yang menghampar. Detak jantungku, denyut nadiku, seluruh jiwa ragaku, tertuju pada ponsel yang berada pada saku.

Segera kuambil ponsel dari saku, penasaran. Kulihatnya dengan seksama.

"Permintaan pertemanan anda diterima."

Tampilan isi notifikasi pada sebuah aplikasi.

Mataku mulai tajam mengamati. Terlihat tampilan foto profil bernama Sekar. Seorang wanita berparas cantik nan dewasa, tersenyum dengan lesung pipi membahana. Kulitnya kuning langsat, rambutnya lembut, tergerai lurus dan lebat berwarna hitam pekat. Begitu yang kulihat sekilas dari kacamata maya.

"Hai, thanks udah di acc," Aku mengiriminya pesan.

Itulah percakapan pertamaku. Kuumbar tanpa sedikitpun rasa ragu. Ya, walaupun terkesan sederhana, semoga saja hasilnya diluar duga, menembus cakrawala.

Pertengahan Maret 2016...

Semua berjalan hampir sempurna dengannya. Sayup-sayup percakapan terus mengisi hari-hariku. Mulai dari obrolan receh hingga yang aneh-aneh. Malam-malamku terasa lebih berwarna. Aku mulai tahu tempat mengadu, tempat bercerita, tempat berbagi, dan tempat memecahkan masalah.

Sosoknya membuatku meronta-ronta, kagum tak terhingga. Intelektualitas yang dimilikinya sangat kaya. Tahu segala macam hal dari berbagai belahan dunia. Bahkan beberapa kali aku dibuatnya dungu. Otakku dipaksanya berputar tak menentu. Lalu ditertawakannya aku dengan lugu.

Padahal kami sama, seusia. Aku mahasiswa, dia pekerja. Tapi dia pekerja profesional di perusahaan internasional. Jabatannya pun bukan abal-abal, cukup tinggi untuk seorang yang masih tergolong milenial. Jadi, bila dirinya terlihat pintar, kupikir sangat wajar. Begitulah kesan pertamaku tentangnya.

Pernah aku usil bertanya. "Bagaimana bila karyawan yang lebih tua dengan jabatan yang lebih rendah ingin menyapamu? Kamu kan masih muda?"

Dia menjawab dengan tawa, "Mereka memanggilku nyonya. Nyonya Sekar."

...

Berjalannya waktu, aku mulai sedikit jenuh. Sepertinya aku harus mengajaknya berbicara empat mata. Karena dalam dunia maya, bagiku sama saja hampa. Mengenalnya secara langsung akan lebih terasa. Segalanya akan lebih hidup dengan tatapan mata.

Akhir Maret 2016...

Akhirnya, dari sekian karut-marut pekerjaannya yang menyita banyak waktu, aku berkesempatan untuk bertemu. Tepatnya pada malam Minggu, di selatan Jakarta, Cloud Longue nama tempatnya. Dia yang mengatur segala teknikalitas pertemuan kami. Mulai dari kostum yang serasi hingga durasi. Aku tercengang dan hanya bisa mengikuti.

Bisikan Tuhan: KekagumanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang