Prolog

13 1 0
                                    

Tanggal 15, Bulan merah. Tanah Gerarion, Zirconia.


Malam itu tengah malam, didalam hutan yang masih dipenuhi pohon-pohon berusia ribuan tahun. Sinar bulan jatuh tepat diatasanya. Malam itu pula pertama kalinya Raphael Charlet Theodore Collier, seorang Alpha penguasa wilayah selatan, bertemu dengan pasangannya. Pemilik separuh jiwanya. Raphael nyaris gila dengan aroma kuat yang memenuhi seluruh kepalanya dalam sekejap. Kakinya yang senantiasa berdiri penuh wibawa serasa tak bertulang. Kepalanya yang senantiasa diangkat dengan sorot keangkuhan digantikan dengan tatapan luapan hatinya yang tak konsisten.

Raphael melihat wanita itu disana dengan dress putih selutut. Rambut hitam panjang yang dibiarkan tergerai. Beberapa bunga yang telah diubah menjadi flower crown diatas kepalanya. Kedua mata mereka bertemu. Senyum merekah dari kedua sudut bibir wanita itu melihat Raphael yang menghampirinya.

Tidak ada kata-kata yang keluar seolah ikatan batin telah terjalin secara alami menggantikan semua ucapan dimulut. Raphael hanya bisa menatap wanita itu. Didalam mata cokelat yang menatapnya hangat.

Raphael menarik sudut bibirnya. Tangannya ikut naik membelai rambut wanita didepannya. "Raphael Charlet Theodore Collier." Ujarnya memperkenalkan diri.

"Raphael? Boleh aku memanggilmu Raffe?"

Raphael tersenyum hangat. Lalu mengangguk.

"Aku Josephine. Floireans Josephine Wilhelm." Josephine memperkenalkan diri. Mata hijau gelap Raphael yang terarah padanya membuat Josephine utuh secara magis. Josephine bisa merasakan luapan emosi didalamnya. Josephine seakan dapat membaca Raphael bagaikan lembaran buku. Mata mereka saling bertaut. Pikiran mereka saling terhubung. Dan batin mereka saling memahami satu sama lain. 

Bagi werewolf terikat adalah hal yang sakral. Satu pasangan untuk seumur hidup dalam perjalanan keabadian.

Raphael menarik Josephine dalam pelukannya. Pelukan posesif seolah tak akan membiarkan siapapun menyentuh wanita itu. Mata Raphael terpejam, menghirup dalam aroma yang membuatnya gila. Menyimpannya keseluruh memori otaknya untuk diklaim bahwa ini miliknya.

"Kau tahu, aku menunggumu sepanjang hidupku, Josie." Suara Raphael berat membisiki telinga Josephine.

"Kau menungguku? Mengapa?" Balas Josephine yang hanyut dalam dekapan hangat Raphael. Aroma maskulin Raphael membuatnya merinding. Belum pernah ada pria yang memperlakukannya seperti ini. Josephine dapat mendengar suara detak jantung Raphael yang cepat tak beraturan. Suara geraman rendah yang menunjukkan naluri serigalanya. Josephine ingin berada dimomen ini selamanya.

"Karena aku membutuhkan Luna di pack ku."

Josephine sontak mendorong tubuh Raphael menjauh darinya. Matanya membulat."Luna?" Tanya Josephine dan mendapati ekspresi Raphael tetap sama. Bibirnya menganga seolah mendapatkan jawabannya. "K-Kau seorang A-Alpha?"

"Apa kau akan me-reject ku jika aku memang seorang Alpha?" Raphael membalik pertanyaan Josephine. Nada suaranya dingin dan sorot matanya tajam. Josephine terdiam. Ia tidak pernah menyangka hal ini sebelumnya. Ia dapat bertemu dengan pasangannya saja sudah membuatnya luar biasa senang. Artinya ia tidak akan sendirian dalam keabadian hidupnya. Namun pasangan seorang Alpha? Josephine merasakan tanggung jawab besar menantinya.

Melihat aura kuat yang terpancar dari Raphael membuatnya kembali tersadar. Mana ada werewolf yang mampu memasuki pikiran serta batin pasangannya dengan cepat jika ia bukan seorang Alpha. Werewolf biasa harus menunggu proses mating untuk dapat melihat keseluruhan jiwa pasangannya. Mana ada werewolf yang dapat menahan jiwa serigalanya keluar jika ia bukan seorang Alpha. Werewolf biasa pasti akan langsung mengubah bentuk tubuh mereka menjadi serigala untuk menandai pasangannya. Lalu proses mating terjalin. Itu naluri alam sebagai seorang werewolf. Sedangkan seorang Alpha, ia harus menahannya. Meyakinkan dulu pasangannya untuk menerimanya menjadi pasangan dari pemimpin kawanan. Ada pengorbanan besar dibalik itu semua. Pasangan Alpha harus menerima konsekuensi hukuman mati bila tanggung jawab yang telah diberikan padanya diketahui melakukan penghianatan.

Dilahirkan menjadi seorang Luna bukan pilihan, tapi siapapun yang terpilih dia memiliki sesuatu yang berharga.

Raphael menyentuh pipi Josephine, menghantarkan kehangatan yang dia miliki. Dari sorot mata Josephine ia menyimpan kegusarannya sendiri. Kita akan melaluinya bersama. Percaya padaku. Bisik Raphael melalui telepati yang secara magis telah terjalin diantara mereka.

Josephine meletakkan seluruh kepercayaannya pada Raphael tanpa ragu, karena Josephine tahu Raphael adalah pemimpin yang akan selalu menepati janjinya. Pemimpin yang pasti disegani seluruh anak buahnya. Sorot hijau gelap yang menatapnya tajam dan dalam itu tidak akan memberinya kebohongan barang sedikitpun.

Raphael menunduk lalu memiringkan kepalanya. Kedua matanya terpejam begitupun dengan Josephine. Bibirnya untuk pertama kali, menyentuh wanita itu. Memberinya satu kecupan hangat sebagai perjanjian awal mereka sebagai seorang pasangan. Menyalurkan seluruh emosi Raphael yang meluap-luap sedari tadi. Demi apapun, Raphael juga seorang werewolf, ia ingin menarik Josephine keranjangnya dan menandainya saat itu juga seperti werewolf lainnya. Tapi ia seorang Alpha. Proses mating yang terjalin diantara mereka harus sakral.

Tidak ada pertanyaan yang keluar diantara waktu itu. Pikiran mereka sama-sama saling menjelajah memahami lebih dalam satu sama lain. Komunikasi mereka hanya dinikmati melalui telepati. Dan diantara waktu yang singkat itu, pertemuan Raphael dengan Josephine tidak ada yang pernah tahu bahwa pertemuan awal mereka juga merupakan pertemuan terkahir mereka, salam perpisahan yang terasa hangat hingga membuat keduanya gila karena luapan emosi yang melebur dalam sentuhan hangat dibawah sinar bulan merah. Di tanah tak berpemilik. Di dalam hutan dan dikelilingi bunga hyacinth dan iris biru yang indah. 

BLUE IRISWhere stories live. Discover now