私の母への手紙

12 1 1
                                    

Bagiku, ibuku adalah seorang malaikat.

Kami selalu nyaman berada disampingnya.

Senyumannya yang menenangkan jiwa.

Rambut bergelombangnya yang selalu tertata rapi.

Manik gelapnya yang bisa menjadi tajam bila ia menemukan orang yang menganggu kehidupan kami, terutama musuh ayah kami.

Dan sifatnya yang berusaha seperti orang mayoritas, meskipun kami tahu ibu kami berasal dari suku terasing di negara ini.

Dia selalu menceritakan bagaimana suasana di hutan yang selalu ia anggap sebagai rumah selama ini.

Dan kadang menceritakan kisah cinta antara dia dan ayahku dan harus kuakui aku sangat menyukai kisah cintanya.

Dia juga orang pertama yang mengenalkan kami dengan sastra dan juga cara melindungi diri.

Dia juga orang pertama yang mengajari kami untuk mandiri dan sering berkata "roda itu selalu berputar"

Meskipun pada awalnya aku tak mengerti apa arti itu.

Tapi dia berkata kepada kami untuk terus menuntut ilmu walaupun kamu miskin sekalipun.

Bagiku dia sudah sempurna sebagai ibu dimata kami.

Tapi tidak dengan keluarga besar kami, ibu kami adalah sebuah kesalahan.

Apakah kesalahannya gegara ia membela tanteku untuk tidak menikah dengan pria sialan itu?

Apakah karena ibuku tidak bisa memasak dan melakukan pekerjaan rumah seperti wanita di keluarga ini dan lebih senang menulis dan menuntut ilmu?

Atau apakah karena ibu kami berasal dari suku minoritas dan keluarga kami menganggap bahwa pernikahan orang tua kami hanya mengacak gen suku kami?

Tapi ayah kami selalu bersumpah lebih baik dia mati seppuku daripada dia kehilangan cinta sejatinya dan kami.

Ya walaupun pada akhirnya, mau nggak mau aku dan ayahku harus berpisah dengan ibu dan kembaranku demi melindungi kami.

Aku masih ingat, saudaraku menangis kencang memelukku seolah berat meninggalkanku

Dan ibuku berusaha tegar walau kulihat ada sebulir air mata yang jatuh dari pipinya.

Dan sejak saat itu, aku terkurung disini.

Dikandang burung yang orang bilang adalah keluarga.

Aku dituntut menjadi wanita sempurna seperti mau mereka.

Yang harus patuh pada perintah pasangannya, walau sesalah apapun dia.

Aku pun menolak!

Ibuku tidak pernah mengajariku seperti ini!

Ibuku selalu bilang bahwa kedudukan pria dan wanita itu sama.

Tidak ada namanya diatas dan dibawah.

Wanita itu harus anggun dan cantik demi lelaki.

Padahal ibuku sering mengajari kami bahwa kita berpenampilan baik itu demi diri sendiri, bukan demi orang lain.

Maka aku pun teringat salah satu kata kata ibuku.

Walaupun kamu wanita, kamu bukanlah burung!

Kamu manusia yang berhak bebas dan semua kalimat itu benar.

Bagiku wanita yang sempurna adalah ibuku.

Dia tidak cantik dengan penampilan saja, tetapi pola pikir yang mumpuni

Dan aku mau seperti dia.

Mulailah aku berusaha menbuka gembok dikandang ini.

Dengan bermodalkan tinta dan kertas.

Aku menuangkan semuanya, membiarkan jari jariku menari diatas kertas.

Membongkar hal hal yang tabu bagi dikeluargaku.

Aku tak peduli walaupun mereka ingin menebas tanganku karena ulahku.

Atau mematahkan tanganku sekalipun.

Asalkan aku bisa bebas menemui ibu dan saudaraku bersama ayahku.

Asalkan aku bebas bagaikan burung dilangit sana.

Asalkan aku bisa memeluk ibuku lagi.

Orang yang paling kuhormati selama ini.

Orang yang paling menginspirasiku untuk menulis ini.

-Kurokawa Akane, Sapporo 19XX

NB: Happy belated international mother day! Mom, although sometimes we have huge fight. Youre my angel and my inspiration for me.

Once Upon A TimeWhere stories live. Discover now