3. Kena Hukum

22 3 0
                                    

"Nih" ucap Devan sambil memberikan roti dan minuman kepada Alma.

"Apa ini?" tanya Alma.

"Ya ampun cantik. Ini namanya roti, dan ini namanya minuman. Masa kamu gak tau sih?" jawab Devan sambil tersenyum.

"Menurut lo??? Gue juga tau kali! Maksud gue, untuk apa lo ngasih gue ini? Gue masih mampu beli kok!" jawabnya ketus.

Devan yang mendengar ucapan Alma yang begitu pedas dan menohok hanya bisa tersenyum. Ia tahu, bahwa Alma ini memang selalu bersikap dingin dan cuek. Lagipula Devan tidak pernah mengambil hati ucapan Alma. Ia hanya menganggapnya sebagai candaan.

"Aku cuma peduli sama kamu. Ya, kalo kamu gak mau gak apa-apa. Aku gak akan maksa kok." ucap Devan sambil duduk disebelahnya. "Kalo kamu gak suka ya udah gak usah di ambil." lanjutnya, sambil membuka-buka buku miliknya dan mulai menulis.

"Hmm, maksud gue bukan gitu. Ya udah deh gue terima makanan dari lo. Gue juga minta maaf deh sama lo, karena gue udah bersikap cuek sama lo. Bay the way makasih ya untuk makanannya." Alma sangat merasa bersalah karena bersikap cuek sama Devan. Akhirnya ia pun menerima pemberian dari Devan.

"Nah, gitu dong. Kalo gini kan aku jadi makin sayang sama kamu." Saat-saat seperti ini pun Devan masih saja menggombal. Ia seperti tak pernah bisa lepas dari yang namanya gombal.

"Apaan sih? Jangan geer deh gue cuma kasihan aja sama loh." ucap Alma.

"Ah masa??" goda Devan.

"Iya!" jawab Alma penuh penekanan.

Tettttttttt
Tiba-tiba bel masuk pun berbunyi. Semua murid yang tadinya sibuk dengan aktivitasnya masing-masing kini langsung masuk ke dalam kelasnya.

****

Satu jam telah berlalu. Kini, mata pelajaran pun tinggal satu lagi. Semua murid di kelas XI IPA 1, merasa tegang dan gelisah. Pasalnya, guru yang akan masuk ke kelas mereka adalah guru yang terkenal sangat tegas dan tak pernah membedakan mana laki-laki dan mana perempuan. Jika ada muridnya yang buat onar, ia tak segan-segan menghukumnya dengan hukuman yang sangat berat.

Dari luar, telah terdengar suara langkah kaki yang begitu keras dan penuh dengan penekanan.

Tap...tap...tap...tap...

Langkah kaki itu kian mendekat hingga akhirnya berhenti di ambang pintu. "Selamat siang." sapa pak Subroto. Ya, namanya Subroto. Walaupun ia terkenal sangat tegas. Tapi, ia juga tak pernah cuek terhadap muridnya. Salah satu bukti perhatiannya, yaitu dengan memberi sapaan kepada semua muridnya. Namun, bukannya membalas sapaan pak Subroto. Semua murid yang ada di dalam kelas kala itu malah terlihat pucat, dan tak menggubris sapaan pak Subroto.

Selang beberap menit, ada salah satu murid yang membalas sapaan pak Subroto. "Siang juga pak." jawab Devan sambil tersenyum manis ke arah pak Subroto.

"Nah, gitu dong. Kalo ada yang ngucapin selamat siang, kalian harus jawab bukan malah melongo!"

"I...iya pak." jawab semua murid dengan serempak dan gugup. "Baiklah, kita akan mulai pembelajarannya." ucap pak Subroto.

"Hari ini ada tugas ya?" tanya pak Subroto tegas.

"Hah??!! Mati gue, mana gue belum ngerjain lagi." guman Devan, sembari bertingkah aneh. Ia mencari buku pelajaran kimianya. Namun, hasilnya nihil.

"Devan!! Sedang apa kamu?" suara pak Subroto mampu membuat semua murid dikelas itu kaget dan semua pasang mata langsung tertuju ke arah Devan.

"Ngg..nggak kok pak, gak cari apa-apa." jawab Devan, gugup.

"Lalu, kenapa kamu seperti orang yang sedang panik gitu?" ia menjeda perkataannya."jangan-jangan kamu belum mengerjakan tugas yang saya berikan ya?!" lanjutnya.

"Kata siapa? Udah kok pak." jawabnya bohong. "Oh ya sudah, tunggu apa lagi? Kumpulkan sekarang!!" titah pak Subroto kepada Devan.

"Tapi...bukunya ketinggalan pak." ucapnya ragu.

"Kamu ini, ada saja alasannya. Sekarang juga maju ke depan!!" Ucap pak Subroto dengan suara yang menggelegar.

"Tapi pak..." belum selesai Devan bicara, tiba-tiba pak Subroto memotong perkataannya. "Gak usah tapi- tapian!! Cepat maju ke depan!! Mau kamu yang kesini atau saya yang kesana?!" ucapnya tegas.

"Baik pak." Devan langsung maju ke depan, dan mengangkat satu kaki nya disertai tangan yang disilang dan mencubitkannya ke telinga.

"Disini siapa lagi yang belum mengerjakan tugas? Kalo ada, langsung ke depan! Jangan bertele-tele! Saya gak mau, jam pelajaran saya terbuang sia-sia cuma gara-gara sikap kalian yang mengulur-ngulur waktu!"

"Kamu! Siapa kamu? Kenapa saya baru lihat kamu di kelas ini!" ucap pak Subroto sambil menunjuk gadis yang tadi duduk di sebelah Devan. Ya, gadis itu adalah Alma. Ia sangat kaget ketika pak Subroto menunjuknya. Ia merasa bahwa pak Subroto itu akan menghukumnya.

"Ssa..saya pak?" tanya Alma gugup. "Iya kamu!! Siapa kamu? Kenapa saya baru lihat kamu di sini?" tutur pak Subroto.

"Saya Almaera Az-Zahra pak. Kebetulan saya baru pindah ke sekolah ini." jelasnya. "Oh, berarti kamu anak baru ya? Oke kalo begitu. Saya mau tanya, apa kamu sudah mengerjakan tugas yang saya berikan minggu lalu?" tanya pak Subroto tegas.

"Ssaa..saya kan baru masuk pak. Lagian, saya juga gak tau kalo ada tugas dari bapak. Nama bapak saja saya belum tau. Apalagi tugas bapak?" ucap Alma gugup namun cukup jelas.

"Di sekolah ini gak ada alasan ya!! Mau kamu baru masuk, ataupun kamu udah lama disekolah ini, apa masalahnya? Kamu kan bisa tanya sama teman-teman baru kamu. Jangan banyak alasan! Baru masuk aja udah buat masalah!! Sekarang juga ke depan!! Ucap pak Subroto tegas dan disertai dengan suara yang menggelegar.

"Baiklah pak." kemudian Alma pun maju ke depan dan menirukan gaya Devan yang sedari tadi sudah berdiri di depan. "Maaf pak, kenapa Alma harus dihukum? Dia kan gak salah pak! Wajar dong kalo Alma tidak mengerjakan tugas. Dia kan baru masuk pak. lagipula, mau tanya ke siapa? Dia kan belum punya banyak teman di sekolah ini." Devan yang mulai jengkel akan kelakuan pak Subroto langsung menegurnya dengan emosi yang hampir meledak-ledak. Sebenarnya, Devan juga tidak mau melakukan itu. Tapi, ya mau gimana lagi? Kali ini pak Subroto benar-benar kelewatan!

Dasar bocah ingusan! Beraninya dia membentak saya! Batin pak Subroto.

"Jangan kurang ajar ya! Saya tau apa yang harus saya lakukan, dan menurut saya, alasan yang ia berikan tidak masuk di akal. Kalo cuma gara-gara gak tau kan bisa tanya. Lagian, kenapa kamu gak kasih tau dia!! Kamu kan udah lama sekolah disini!" pak Subroto benar-benar marah dengan sikap yang ditunjukan Devan. Pasalnya, ia tak pernah merasa aneh, jika Devan melakukan itu. Tapi, kali ini Devan sudah berhasil membuatnya marah besar.

"Tapi kan pak dia ud..." Devan berusah menjelaskan semuanya. Namun, pak Subroto langsung memotong perkataan Devan. "Diam kamu!! Sekarang juga kalian lari keliling lapangan sampai bel pulang!!" kesabaran pak Subroto sudah habis. Akhirnya, ia menghukum Devan dan juga Alma dengan hukuman yang lebih berat. Hal itu, dilakukan agar dapat membuat mereka jera dan tak akan mengulanginya lagi.

"Baiklah pak." ucap Alma dan Devan bersamaan.

Bel pulang tinggal 15 menit lagi. Namun, Devan dan Alma masih saja berlari mengelilingi lapangan basket. Mungkin jika dihitung, mereka berdua sudah melakukan lebih dari 30 putaran.

"Al, kamu masih kuat kan?" tanya Devan sambil terus berlari di belakang Alma. "Mm..masih kuat kok. Tapi, cuma sedikit pusing aja." jawabnya dengan wajah yang sudah mulai pucat dan mengeluarkan keringat dingin.

"Kamu yakin?" tanya nya lagi. "Iya. Aku cum..." belum sempat melanjutkan perkataannya, Alma langsung terjatuh dan pingsan. Ia sudah tidak kuat berlari. Hingga akhirnya Devan menangkap Alma, dan langsung membawanya ke uks.

"Devan!!" ucap seseorang di dekat pintu uks.

Bersambung...

DEVANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang