-Good Night (Prologue)-
Akachi's POV :
Tuhan. Apakah kalian percaya adanya Tuhan? Jiwaku mempercayai hal itu. Tapi, untuk tujuan apa manusia diciptakan? Apakah tidak melelahkan?
Itu yang kupikirkan saat itu. Aku sedang berbaring di atas kasurku, di kamarku yang gelap namun hangat. Tatapan mataku nanar, menatap langit-langit kamar yang tak terlihat apapun, kecuali berkas sinar bulan purnama yang menembus sela-sela ventilasi udara kamarku. Rasanya sangat tentram, aku bisa puas berangan-angan dengan pertanyaanku sendiri. Namun hal itu terkadang membuatku gelisah, karena ketidaktahuan membuatku gila, membuatku haus akan rasa ingin tahu kenyataan apa yang akan dihadapi oleh dunia ini. Mataku perlahan menutup, lelah karena memang sudah waktunya anak kecil sepertiku untuk tidur. Bahkan Mama sudah memberiku kecupan selamat malam padaku.
"Selamat malam, sayang"
Apakah kehidupanku akan selalu bertahan seperti saat ini? Apa yang akan kulakukan saat aku tumbuh dewasa? Apakah aku boleh bekerja bersama Papa di laboratoriumnya?
Ah... Waktunya tidur.
.
.
Aku Akachi. Aku anak satu-satunya dari keluarga kecil ini. Aku adalah putera dari seorang wanita yang memiliki keturunan darah spesial yang terkenal dengan rambut merah terangnya, dan seorang professor yang dipenuhi rasa ingin tahu yang luar biasa, sehingga kepribadian itu juga menurun padaku. Papa adalah profesor yang meneliti darah sebagai sumber material yang memanipulasi unsur senyawanya menjadi 'Besi Merah', atau 'Blood Ferum' yang terkenal dengan nama 'Blood Metal' di Black Market. Harganya begitu mahal, dan merupakan salah satu barang langka, karena pembuatannya yang begitu kompleks, dan juga ilegal karena proses pembuatannya yang... tidak manusiawi.
Kami tak punya marga keluarga. Karena, itu bukanlah hal yang penting bagi kami. Keluarga kecil kami begitu tentram. Sampai... malam itu terjadi. Tragedi yang mengubah jalan hidupku.
Aku turun dari ranjangku, dengan rasa penasaran. Dengan mata setengah mengantuk, aku masih berpikir-pikir, kenapa Papa selalu melarangku untuk memasuki lab prakteknya? Apakah seberbahaya itu?, pertanyaan-pertanyaan itu sudah berulang kali muncul di dalam pikiranku sejak dulu. Aku muak dengan ketidaktahuanku... Sepertinya, sudah saatnya aku mencari tahu sendiri. Aku memberanikan diri, menentang semua larangan itu. Lalu kakiku berjalan perlahan keluar kamar gelapku, dan melewati lorong rumah dengan hati-hati, memastikan tidak ada siapapun yang menyadari keberadaanku.
Akhirnya, tibalah saatnya. Aku berdiri tepat di depan pintu besi yang dingin... dan berwarna merah darah. Namun ada hal yang janggal, biasanya Papa tidak pernah membiarkan pintu itu terbuka, barang sedikitpun. Aku semakin bersemangat untuk sedikit 'mengintip' ke dalam, tanganku mulai berkeringat dingin, perasaan senang dan penasaran menjadi satu.
"Baiklah..." Gumamku dalam hati, tidak sabaran. Tanganku sudah menyentuh ganggang pintu itu.
KRIIIT
Apakah Papa menyadarinya? Aah. Bau apa ini? Bau anyir ini... Bau darah? Ini hal yang sudah biasa.. Tapi, ini pertama kalinya aku mencium bau darah yang sepekat ini. Eh?
"...?"
"...?!!"
"AAAH??!!"
"TIDAK... TIDAK MUNGKIN..."
"INI TIDAK MASUK.. AKAL..."
Membatu. Terbungkam.
Ini mimpi? Kebohongan apalagi ini? Otakku tidak bisa mencerna apapun, pandanganku kabur, kepalaku sakit... Apa yang kulihat barusan, aku tak mau mengingatnya... AKU TIDAK INGAT...
"UWWAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAARRRGGHHHHHHHHHHHHHHHHHHH!!!!!!!!!!"
Tubuhku bergerak sendiri, aku tidak ingat apa yang kulakukan. Semuanya gelap, memoriku terformat begitu saja malam itu... Hanya itu yang kuingat... APA YANG TERJADI? KUMOHON... TUHAN, AKU TIDAK INGAT, TOLONG AKU... BIARKAN AKU SEDIKIT MELIHAT APA YANG TERJA-..!!"
-PATS-
Akachi's POV end.
"AAH?!" Akachi terbangun, ia kaget karena tiba-tiba saja berada di tengah kerumunan orang-orang berkemeja putih, jas hitam... Hitam... Putih... Monokrom.
"Akachi, ada apa?!" Seseorang memanggil nama Akachi, terdengar begitu panik. Ia kebingungan.
"Akachi! Oi!" Ternyata itu Shizuka, suara Shizu-kun. "Oi, kita masih di tengah pelajaran!" Tegurnya.
"Eh?" Akachi yang tengah kebingungan karena barusan bermimpi tentang 'malam itu', lagi. Tiba-tiba sosok tua yang sedang berjalan menghampiri Akachi. Guru sastra Jerman, Iyami-sensei.
"Akachi, kau kenapa? Berteriak tidak jelas seperti tadi?" Tegur beliau, dengan buku tebalnya. Semuanya di kelas menatap tidak percaya kearah pelajar yang berkepala merah terang ini. Akachi, yang merupakan siswa teladan di kelas ini. Tertidur di tengah pelajaran sastra Jerman.
"Maaf, sepertinya saya kurang tidur tadi malam" Sahut Akachi dengan wajah pucat, sambil menundukkan kepala dengan lemas.
"Mari kita lanjutkan pelajaran hari ini... sampai mana kita tadi..."
"Akachi... ya, namaku Akachi... Hanya itu yang kutahu, aku tak punya marga apapun... Sedih ya?"
Selanjutnya, akan kuingat kembali.. Apa yang sebenarnya terjadi malam itu, apa yang kulihat, rasa takut apa yang kurasakan malam itu...
-PROLOGUE- END
KAMU SEDANG MEMBACA
RED.INK
Science FictionRosso Stift. Rosso dalam bahasa Italia yang artinya merah, dan Stift dalam bahasa Jerman yang artinya pena. Sebuah pena merah yang diciptakan dari sebuah tragedi malam itu... Yang memiliki ukiran labirin kompleks misterius di permukaannya, dan hanya...