Cinta Suci Seorang Adiba

195 64 170
                                    

Kreeekk ....
Aku terbangun dari tidur pulasku, suara gesekan gorden itu sangat mengganggu. Dengan cepat aku bangun, dan mengucek mata. Ingin segera melihat siapa sih yang sudah merusak kenyamanan tidurku saat ini.

"Ahh, silau sekali." Sinar matahari menembus kaca bening kamarku. Aku pun mengitari seisi kamar, mencari dalang pembuat rusuh di pagi hari. Namun nihil, tidak ada seorangpun selain aku, hanya menyisakan pintu kamar yang terbuka setengah, dan gerakan kecil dari tirai kerang di pintu kamar. Apa mungkin yang membangunkanku baru saja pergi. Tapi, siapa? Bukankah teman satu kamarku sedang mudik?

Sambil berfikir, pandanganku pun terjatuh pada jam beker berwarna biru, yang menunjukan bahwa sekarang sudah pukul 09.00 pagi. Aku pun ber-oh ria, setelah mengingat kembali bahwa hari ini adalah hari Minggu, biasanya kakak senior dan seluruh anak asrama putri ini sudah mulai bersiap-siap untuk menjalankan rutinitas yaitu gotong royong bersama. Pasti salah satu dari mereka membangunkanku, agar tidak telat nanti.

Perkenalkan, namaku adalah Shakila Adiba Atmarini, biasa dipanggil Diba. Aku adalah seorang gadis remaja yang sedang merantau ke kota orang untuk menuntut ilmu. Saat ini, aku adalah mahasiswa Jurusan Sastra Inggris di Universitas Negeri Semarang. Karena keinginanku untuk mandiri, dan mengasah skill-ku, maka dari itu aku memutuskan untuk tinggal di asrama yang khusus dibangun oleh pihak prodi untuk mahasiswa Sastra.

Di sana, diwajibkan berbahasa Inggris setiap saat sesama teman, kakak senior pembimbing, serta guru yang ditugaskan untuk memberi materi setiap harinya. Kecuali, memang ada keperluan privasi seperti berbicara dengan orang tua lewat telepon, dibolehkan berbahasa Indonesia.

Pukul 12.15 aku telah menyelesaikan rutinitas seperti hari-hari libur sebelumnya, yaitu bersih-bersih kamar, mengikuti gotong royong, sholat, dan masak. Kini, aku sedang duduk santai di taman belakang asrama, sambil mendengarkan murottal Al-Qur'an. Surah yang kuputar kali ini adalah an-Naba', lalu diikuti dengan ar-Rahman, murottal dari ust.Hanan Attaki. Keduanya merupakan surah dan hafidz favoritku.

Tiba di ayat ke 25 yang berbunyi, fa bi' ayyi aalaaa'i rabbikumaa tukazzibaan, aku baru ingat kalo besok adalah hari senin, dan ada 2 tugas rumah yang harus dikumpulkan. Aku pun segera melepaskan earphone, dan kembali ke kamar untuk mengambil alat tulis, dan laptop, lalu membawanya ke taman kembali. Tapi, seperti ada yang kurang ... cemilan. Ya, sepertinya aku harus keluar sebentar untuk mencari cemilan. Karena persediaan cemilan di kamar sudah kosong.

"Where are you going, Diba?," tanya salah satu temanku.

"I'm going to the store in front of the dormitory, do you wanna join?," jawabku.

"Oh, no. My pen just happened to run out. Please buy one like this." Pintanya.

"Ok, i will buy it, wait a moment later".

Dan dibalas dengan "Thank You, Diba. "

Setibanya di toko, aku memilih semua cokelat yang aku inginkan, termasuk titipan dari temanku. Setelah terkumpul semua, aku pun mendekati kasir.

"Om, ini semua berapa?," tanyaku dengan nada rendah, dan menunduk.

"Kak, jangan panggil saya om, memangnya umur Kakak berapa?,"

"Saya 17 tahun," jawabku dengan nada polos.

"Lah, kita cuma beda 3 tahun. Jangan panggil om, ngga enak dengernya. Panggil saya abang aja."

Lalu aku pun memandang sebentar ke arah abang itu. " SubhanAllah," ucapku dalam hati. Bagaimana mungkin, dari awal aku memang menunduk, paling tidak memandang bajunya saja, hingga tidak menyadari orang di depan ku ini, masih sangat muda. Aku pun meminta ma'af. Setelah bayar, dan berbincang sedikit, aku segera kembali ke taman, di mana laptop dan tugasku berada. Serta tak lupa memberikan titipan temanku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 21, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cinta Suci Seorang Anak RantauanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang