Rumah Sahabat

27 9 0
                                    

Hallo!! Langsung aja ya, komen dong kalau memang ceritanya terlalu kaku atau bagaimana menurut kalian. Ok, selamat menikmati.♡♡



Anna sudah selesai dari kegiatan isi mengisi kolom dalam kertas biodata registrasi itu. Sekarang waktunya dia dan padrenya pulang, pulang dalam arti yang berbeda.

Anna menyalakan stater motor honda PRESS CUB 50 miliknya dengan tipe KLX125CGF dan kapasitas mesin 49 cc.

Anna memakai helm arai GP-J3 helm full face warna putih dan padrenya memakai helm yang sama hanya berbeda warnanya saja.

Suara bising knalpot kembali mengisi halaman sekolah yang entah apa nama sekolahnya, Anna lupa melihat nama sekolah ini.

Di perjalanan pulang banyak sekali mobil mewah dengan jenis Toyota Camry 201 yang melewatinya, seperti arak-arakan.

Anehnya lagi orang-orang berbaris dan berseru-seru seperti menyaksikan parade, Anna bingung sendiri, lalu padrenya?

Padrenya hanya tersenyum tipis sekali dengan kejadian itu.

Apakah ada bangsawan, pejabat negara, atau sebentar lagi akan ada parade di jalan ini nanti???.

Anna tidak ambil pusing dengan kejadian ini, tujuannya sekarang hanyalah pulang.
Pulang bukan dalam makna yang sebenarnya, Anna terlebih dahulu mengantarkan padrenya ke rumah yang padrenya sebut-sebut sebagai salah satu sahabatnya dulu.

Entah apa yang mau padrenya itu lakukan disana, karena biasanya padrenya akan segera pulang jika sudah menyelesaikan urusannya. Selain itu juga alamat rumah sahabatnya padrenya itu terdengar asing ditelinganya, mungkin Anna memang  benar-benar kudet.

Motor tuanya kini sudah memasuki jalan setapak yang berbatu. Jalanan berbatu ditambah dengam tanah yang bercampur dengan air gerimis tadi sedikit membuat Anna susah mengendalikan motornya itu. Berkali-kali motornya hampir saja jatuh karena jalanan yang sama sekali belum tersentuh dengan kemajuan zaman seperti aspal.

" Padre katakan yang sebenarnya, kita mau kemana?. Tidak mungkin bukan jika rumah sahabat padre itu tinggal disini kecuali sahabat padre itu termasuk manusia purba. Lihat saja padre, jalanannya tak berbentuk seperti ini".

Anna merenggut kesal karena sedari tadi dirinya tidak diberitahukan harus melewati jalan yang rusak ini. Padrenya hanya tersenyum menanggapi perkataan nonynya itu

" Anna berhentilah mengeluh. Jika padre memberitahu tentang jalalanan ini sebelum kita berangkat, padre yakin kau tidak akan mau mengantarkan padre".

Anna memanyunkan bibirnya mendengar jawaban padrenya itu, Anna sangatlah tidak suka pergi kemanapun kecuali itu urusan mendesak saja. Anna lebih suka berdiam diri di kamar bersama setumpuk novel dan mesin tik manualnya untuk mengetik naskah novelnya.

Akhir-akhir ini memang Anna sedang menekuni dunia penulisan novel setelah membaca beberapa novel yang digadang-gadang menjadi novel best seller. Tapi kegiatannya itu harus tersedat untuk hari ini karena permintaan padrenya itu.

" Hei Nony, berhentilah memajukan bibirmu seperti itu atau kau mau bibirmu itu akan seperti itu terus selamanya ?".

Anna terkekeh pelan, itu membuatnya teringat cerita rakyat yang sering terdengar jika ada seorang pemuda yang durhaka pada ibunya pemuda itu dikutuk menjadi sebuah batu. Dan sekarang padrenya seperti seorang ibu dalam cerita itu, tapi padrenya bukan mengutuknya menjadi sebuah batu tapi menjadikan bibirnya maju atau monyong.

Padrenya ini benar-benar berbeda, mampu membuatnya tersenyum meskipun tahu kalau Anna sedang merajuk.

PadreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang