~BAGIAN 6~
Pagi Sabtu yang cerah syasya bersiap siap seperti biasa untuk berangkat sekolah. Di jam istirahat sekolah syasya pergi ke perpustakaan untuk membaca buku. Setelah sampai didepan perpus tiba tiba syasya ditarik Betriana dan Difa lagi lagi kegudang sekolah. Bang Fathir melihat ketika syasya ditarik, ia pun penasaran dan mengikuti syasya.
" Mau ngapain aku dibawa kesini?" Tanya syasya takut.
"Lo emang ngak dengerin apa kata gue kemaren ya sya, berani Lo ternyata." Kata Betriana sambil mendorong bahu syasya.
"Emangnya ada apa bet?"tanya syasya bingung.
"Jangan pura pura ngak tau deh, kemaren lo masih pulang sama Bimo kan, emang Lo ya kalo ngak diberi pelajaran tambah ngelunjak. Gue gak mau tau Lo harus putusin Bimo atau gue turun tangan buat Bimo mutusin lo" ancam Betriana.
Betriana memberi pelajaran ke syasya dengan mendorong kencang tubuh syasya kelantai sedangkan Difa mengambil tas bahu kecil syasya secara paksa dan menghamburkan semua barang didalamnya. Dorongan kencang itu membuat syasya tiba tiba sesak napas sambil memegang bagian dadanya dan akhirnya syasya pun pingsan tak sadarkan diri. Bang Fathir menghintip dari jauh sehingga ia tau apa yang dibicarakan mereka dan apa yang terjadi. Melihat syasya tak sadarkan diri bang fathir langsung berlari menghampiri syasya. Betriana dan Difa pun kabur.
"Sya, sya, ini Abang, bangun sya" menepuk pipinya pelan pelan.
"Woy, kalian berdua" kata bang fathir memanggil dua orang teman syasya yang tidak ia kenal.
Bang Fathir langsung membereskan barang barang syasya yang berhamburan dan menggendong tas bahu kecil syasya setelah itu mengangkat syasya ke UKS. Bang Fathir menunggu syasya sadarkan diri di UKS duduk di samping syasya. Tak lama kemudian syasya sadar. Bang Fathir hanya bisa menatap syasya antara kasian dan kesal. Syasya pun kembali kekelas dan bang fathir pun juga kembali ke kelas.
"Sya, dari mana?" Tanya Bimo sambil senyum.
"Dari perpus" jawab syasya sengaja cuek.
"Sya, kok kamu agak beda tambah kesini hubungan kita?" Tanya Bimo bingung dan sedih.
"Ngak papa kok Bim." Jawab syasya sambil membaca buku.
"Pulang aku antar ya sya" kata Bimo.
"Eh , ngak usah Bim aku dijemput mama" jawab Tasya gelisah.
"Ngak mau tau pokoknya kamu harus aku antar pulang pokoknya". Paksa Bimo curiga.
"Tapi Bim." Kata Tasya terpotong.
" Ngak ada tapian tapian" sambung Bimo.
Bel pulang pun berbunyi, Bimo langsung memegang tangan syasya dan membawanya ke parkiran tempat Bimo memarkir motor nya, syasya sangat gugup dan takut karena ia masih dekat dengan Bimo, syasya takut apa yang dilakukan Betriana dan Difa selanjutnya akan lebih parah. Bimo pun mengantar syasya sampai rumah dan menunggu syasya sampai masuk rumah setelah itu baru Bimo pulang kerumahnya.
Syasya pun masuk kedalam kamar nya. Tiba tiba bang Fathir mengetuk pintu kamar syasya.
"Tok tok tok, sya Abang mau bicara." Kata Abang Fathir dengan raut wajah serius.
"Masuk aja bang Fathir" jawab syasya.
"Sya, kok kamu ngak bilang Abang si gara gara itu kamu kemaren sedih" kata Abang Fathir kesal.
"Paan si bang" jawab syasya cuek.
"Abang tadi liat kamu dikeroyok gitu dan diancam."kata Abang emosi.
"Abang ngapain ngikutin aku" kata syasya dengan balas emosi.
"Gila Lo sya gara gara Lo mau Deket sama Bimo, kamu rela dikeroyok kayak gitu" Abang Fathir teriak marah.
"Abang ngak usah ikut campur urusan ku deh" jawab syasya marah.
"Jelas Abang ikut campur, mending kamu putusin deh Bimo buat kamu menderita tau ngak sya." Teriak bang Fathir sambil menunjuk muka syasya.
Mendengar perkataan emosi bang Fathir syasya tertekan, ia langsung sesak napas dan memegang bagian dadanya. Perlahan penglihatan syasya ke abangnya buram dan gelap akhirnya syasya pingsan tak sadarkan diri di kamarnya. Bang Fathir terkejut dan panik melihat syasya begitu. Ia segera mengangkat syasya ke atas kasur dan memanggil mama dan ayahnya.
"Ma, yah" teriak bang fathir panik memanggil mama dan ayahnya.
"Iya ada apa nak?" Jawab mamanya terkejut menghampiri bang Fathir di kamar syasya.
"Syasya." Kata Bang Fathir melihat syasya.
"Astaghfirullah, syasya kenapa ini" kata mamanya sambil memukul pipinya syasya pelan pelan.
Mamanya syasya pun mengolesi minyak kayu putih ke bagian leher dan hidungnya syasya. Tak lama kemudian syasya pun sadar, bang Fathir sangat merasa bersalah.
"Maafin Abang ya sya." Kata bang Fathir pelan dan merasa bersalah.
Syasya hanya mengangguk dan tersenyum.
"Yaudah kamu Istirahat aja." Kata bang Fathir menuju ke luar kamar syasya dan setelah itu menutup pintu kamar syasya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY SYASYA [SELESAI]
Teen FictionYang paling ditakutkan dari sebuah pertemuan adalah mengikhlaskan suatu perpisahan.