"Lalisa!" Panggilan itu membuatku berlari lebih cepat. Aku tak mau berhenti, tak mau pemilik suara itu menangkapku. Sudah cukup membiarkan mereka menyiksaku. Sudah cukup, aku ingin bebas.
Tinggal satu belokan lagi dan aku akan tiba di halte. Aku mempercepat lariku, berteriak maaf kepada orang-orang yang tak sengaja tertabrak. Belokan itu ada di depan, tetapi yang aku lihat adalah cahaya putih dan suara klakson yang kencang.
Apa yang terjadi? Aku tak merasakan apapun. Di hadapanku hanya ada cahaya putih dan bising suara orang.
"Lalisa!" Ah, suara itu lagi. Aku tak mau mendengarnya.
Apa aku mati? Tidak. Aku tak ingin mati. Aku ingin bebas. Aku ingin hidup!
"Aku bisa mengabulkan satu permintaanmu."
Siapa?
"Katakan saja permintaanmu."
Mataku semakin berat. Apa permintaanku akan dikabulkan? Kalau ya, aku ingin hidup bahagia bersama keluarga yang mencintaiku.
"Permintaanmu benar-benar detail ya. Beruntung, aku sangat menyukaimu. Akan kukabulkan. Kali ini, hiduplah dengan bahagia."
"Hua! Hua!"
Mataku terbuka dan suara berisik itu yang pertama kudengar. Suara siapa itu?
"Huwaa!"
Ah, berisik! Bayi mana yang menangis?
Derap langkah kaki yang terburu menghampiri. Seorang wanita berambut abu-abu berdiri di sampingku. Senyumnya menghangatkan. Rambutnya digulung, membuatnya terlihat elegan. Ia menggunakan gaun hitam khas seorang maid. Heh, apa ini? Kenapa dia menggendongku dengan mudah?
"Ah, nona muda waktunya tepat sekali. Nyonya sudah menunggu di kamarnya." Ucapannya membuatku heran.
Kuulurkan tanganku dan kini aku percaya. Aku kembali menjadi bayi. Heh? Apa-apaan?
Oke, Lalisa, tenang. Tarik napas, buang, coba tenangkan dirimu dulu. Terakhir kali yang aku ingat adalah suara klakson dan tubuhku terhempas. Artinya aku kecelakaan dan harusnya aku sudah meninggal. Akan tetapi aku terbangun dan menjadi bayi, lagi? Apa ini? Aku bereinkarnasi?
Tahun berapa ini? Bangunan ini terlalu tua untuk ada di tahun 2015. Atapnya tinggi, dindingnya terbuat dari marmer dengan banyak lukisan. Lantai yang kupijak terdapat karpet merah. Ini seperti kastil atau istana? Entahlah. Wanita yang menggendongku juga menyebutku, milady. Apa aku kembali ke abad 17? Apa ini Prancis? Atau Inggris?
Ugh, semua ini membuat kepalaku pusing.
"Huhuwaaaaaaa!"
Dari segala hal, suara ini membuatku semakin marah. Aku ingin bertanya! Aku tak ingin menangis!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Only Daughter of Lancaster
FanficMereka memanggilku Amabel Lancaster ketika aku membuka mata.