#04

27 4 1
                                    

BAPER ?

-----

Tok tok tok

Terdengar suara ketukan di depan pintu. Alea yang baru saja hendak memejamkan matanya kembali membukakanya. Sedangkan kedua sahabatnya masih terlelap dalam tidurnya. Alea sedikit meninggikan volume suaranya untuk menyuruh masuk dari tempat tidurnya.

Seorang wanita paruh baya memasuki ruangan uks. Dia Bu Nani sang pembina uks. Dia telah lama mengabdikan dirinya di sekolah ini kurang lebih sudah tiga puluh tahun. Bu nani tersenyum hangat kepada Alea. Lalu menanyakan kabar Alea. Setelah mendapat jawaban dari Alea, dia membangunkan dua sahabatnya yang tertidur pulas.

"Ini sudah jam lima loh, nggak mau pulang?"

"Mhhhhhhh, ibu ngusir kami?" ucap Jesi dengan polos dan mendapatkan jitakan dari Gladis. Ia kembali berdebat dengan Gladis.

"Sudah sudah, gih pulang nanti orang tua kalian nyariin." Lalu menoleh ke arah Alea Kamu bisa kan Alea. Alea tak tahu pasti ia bisa, tapi ia menganggukkan kepalanya kepada Bu Nani.

"Sini Ibu bantu," ucap Nani ketika melihat Alea hendak bangkit dari kasurnya. Alea mati-matian menahan perih lukanya.

Setelah dapat berdiri, kedua sahabatnya pun menghampiri dan menopang tubuh Alea agar bisa berjalan.

Mereka telah sampai di parkiran walau Alea sangat kesakitan dengan lukanya itu. Supir Gladis telah datang menjemputnya lalu di susul oleh ayahnya Jessi.

Mereka berdua sudah memberikan tawaran agar Alea ikut salah sau dari mereka. Sayangnya Alea menolaknya, alasannya ia sudah tidak pulang dari semalam.

Ia hanya bilang untuk satu malam saja berada di rumah Gladis. Alea lebih memilih untuk naik taksi saja katanya. Padahal perlahan lahan hari menjadi gelap.

Alhasil, kedua sahabatnya mencari akal agar Alea dapat pulang dengan selamat. Jessi menemukan seseorang di sebrang sana yang sedang santai bersama kawanannya.

Jessi memberikan isyarat kepada Gladis dengan matanya. Gladis paham lalu memanggilnya. Tak butuh waktu lama, cowo itu pun menuju ke arah mereka.

"Ngapain sih, Glad panggil cowo solim itu?" Alea kini terpancing emosinya. Entah mengapa jika melihat cowo itu ia mendadak darah tinggi.

"Buat anterin lo lah. Lagian juga sepertinya dia bawa mobil deh,"

"Gua nggak mau!" sambung Alea cepat.

"Haduh Alea. Ribet banget deh, liat lutut lo. Jangan egois dong, lo itu lagi kesakitankan. Dari uks sampai kesini itu, lo sudah gigit-gigit bibir nahan kesakitan," Jessi jengkel dengan sifat bawaan lahir Alea, keras kepala.

Cowo itu sudah ada dihadapan mereka. Suara Gladis yang kaya toa masjid ya pasti kedengeran lah dari sini ke situ. Tak panjang lebar Gladis menanykan apakah ia bawa mobil atau motor. Tapi tebakan Gladis dan Jessi meleset.

"Gua nggak bawa keduanya. Mobil gua di rumah dan motor gua di bengkel. Emangnya kenapa?" Alea yang mendengar jawabannya ia pun bisa bernafas lega.

"Tadinya gua sama Jessi itu nyuruh lo untuk nganterin Alea. Alea nggak mau ikut gue ataupun Jessi. Gua kira lo bawa kendaraan, panjang lebar Gladis menjelaskannya.

Supir Gladis sudah lama menunggu ia tak enak kepadanya. Gladis pamit kepada mereka. Disusul oleh Jessi. Mereka berdua selalu menawarkan untuk ikut tapi Alea selalu menolaknya. Kini hanya tersisa Alea dan cowok itu.

Hening

"Ngapain lo disini," tanya Alea sewot.

"Nungguin lo." jawabnya.

DIA SEMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang