1

7.2K 418 25
                                    

Meskipun nggak kepengen, Helen bisa mendengar percakapan keduanya dengan jelas.

"I feel something," ujar Jonan, dengan suara parau yang bikin bulu kuduk Helen sebadan-badan merinding disko karenanya.

"Love at first sight?"

"Feels more like an erection, actually."

Alih-alih tersinggung, si cewek malah tertawa keras. Dia memperbaiki posisi duduknya di atas pangkuan Jonan, kemudian melingkarkan kedua tangannya—yang tampak berat karena setumpuk gelang besi bergaya bohemian—ke leher cowok itu.

"Fuck you!" begitu balasnya, dengan suara menggoda dan mata berkabut karena gairah.

"Are you offering?" tanya Jonan, kemudian membasahi bibirnya dengan ujung lidah.

SO NASTY! Helen mendengus jijik dari kejauhan.

Dan sebelum dua orang yang nggak tahu diri itu melucuti pakaian masing-masing dan melakukan live porn di atas sofa apartemennya, Helen membulatkan tekad untuk menegur dengan suara batuk keras.

"OHOK-OHOK!"

Keduanya langsung mengalihkan pandangan hampir bersamaan, ke arah Helen yang berdiri di tengah-tengah ruangan dengan ekspresi judes dan kedua tangan dilipat di dada.

Si cewek langsung mencelat dari pangkuan, sebelas-dua belas dengan kecepatan kecoa saat kepergok tamasya di lantai kamar mandi. Gelang-gelangnya bergemerincing heboh ketika buru-buru memperbaiki kaus ketat yang yang nggak disadarinya telah bergulung naik sampai ke dada—terang-terangan mengekspos bra berenda mahal di baliknya. Nggak perlu IQ level Einstein untuk menebak siapa pelakunya.

"Oh. My. God! Is she your girlfriend?!" pekiknya panik.

"Nggak mungkinlah," jelas Jonan dengan malas. "Dia... temen kakak gue."

"Oh." Meski begitu, kewaspadaan di wajahnya nggak lantas memudar.

Ketimbang meluapkan kemarahan ke si cewek, Helen merasa Jonan-lah yang seharusnya disalahkan. Pikiran itulah yang membentuk enam tekuk di wajahnya, yang bertambah masam ketika Helen menatap lurus-lurus ke cowok itu. "Jon, gue butuh ngobrol empat mata sama lo."

Jonan menggeleng. "Nggak bisa. Gue lagi sibuk."

"Yes, I can see that." Helen nggak bisa menahan dengusan kesal keluar dari lubang hidungnya. "Naikin dulu ritsleting celana lo baru kita ngomong."

Alih-alih menjawab, Jonan malah melirik ke arah partner make out-nya. Tanpa disadari, Helen pun melakukan hal serupa.

"You know what, this is awkward." Si cewek merona malu. Dengan harga diri yang masih tersisa di dalam dirinya, cewek itu menarik tali tas tangan di dekat kaki sofa, lalu menyampirkannya di bahu.

Berdeham pelan, cewek itu berpamitan ke Jonan—dan hanya Jonan.

"See you soon, euh...." Hening sesaat. Saking terlalu asyiknya make out dengan cowok itu, dia sampai lupa menanyakan namanya. Yang dia ingat hanya nama ID-nya di dating app. "Tattoo Daddy."

Jonan membalas dengan senyum tipis. "Euh, okay. Sori ya udah ngecewain lo."

"Whatev."

Jonan menggeram pelan ketika memandangi goyangan bokong mungil dan kencang milik almost hookup-nya, yang perlahan-lahan menjauh hingga akhirnya menghilang di balik pintu apartemen yang barusan ditutup kasar dari luar.

Sejak mendapat notifikasi 'it's a match' karena sama-sama nge-swipe ke kanan, Jonan langsung dihampiri firasat kalo cewek tadi—Stellarose (kemungkinan besar bukan nama sebenarnya)—nggak bakal sulit diajak tidur. Mulai dari kesan menggoda di foto profilnya (selfie yang memamerkan sepasang payudara indah mencuat dari atasan berkerah V-nya), bibirnya yang dipulas lipstik merah menyala, dan tatapan membara yang terang-terangan menyiratkan gairah.

MADE FOR SIN [a #jboyfriend Birthday Project]Where stories live. Discover now