2

18 1 30
                                    

Sebelum memulai, aku lebih suka kalian spam komen. Jadi jangan lupa spam komen ya!!!

°°° Happy Reading °°°

——————————



Sekarang, aku berakhir duduk di sebuah Restoran dengan cara terpaksa. Bagaimana tidak? Lelaki yang sedang berada di hadapanku ini memaksaku untuk ikut menemaninya untuk ke sini.

Oh, Lihatlah dia. Pria di depanku ini tengah asik memakan makanannya dan mengabaikanku.

Bukannya aku berharap lebih, melainkan bisa-bisanya ia menghabiskan waktuku setengah jam disini hanya untuk menemaninya makan?

Wahai otakku yang malang, berpikirlah. Mengapa aku tidak bisa punya alasan untuk kabur dari sini?. Aku akui aku memang bodoh, tapi aku juga tidak bodoh dalam semua hal!

Dan sekarang, siapa sangka lelaki yang memiliki wajah sangar ini ternyata memiliki sisi lembut juga.

Ok, mari kita katakan dia penggila makanan karena matanya semakin berbinar-binar saat pesanan es krim-nya sudah datang.

Sejenak aku bingung, bagaimana dia tetap bisa menjaga badannya walau sudah makan sebanyak itu? Nasi sudah habis dilahapnya sebanyak 3 piring, 5 porsi daging sapi panggang, 1 porsi besar samgyetang , bibimbap, 2 mangkuk kimchi, dan jjajangmyeon. Sekarang ia makan es krim? Heol. Lambungnya terbuat dari apa hingga bisa menahan makanan sebanyak itu?.

'Ck. Dasar.' batin Yoowon

Baiklah Yoowon, cukup. Sekarang, Kau harus apa?

"Wahhh!!! Mantul es-krimnya." ujar lelaki yang belum kuketahui namanya itu.

Sial, baru saja kalimat lelaki itu selesai diucapkan, Perutku berbunyi.

Tentunya, suara perutku mengalihkan lelaki yang dihadapanku ini.

"Lo nggak lapar?." Tanyanya.

"Tidak." Aku berbohong. Setidaknya aku masih punya tata krama, tidak seperti dia yang bisa makan serakus itu tanpa menawari makanan pada orang yang ada di depannya.

Aku bukan berharap, tapi tata kramanya dimana? Dia seperti anak kecil yang tidak tahu apa-apa.

"Sebelumnya, Kita belum memperkenalkan diri satu sama lain, Nama kamu siapa?." Kalimat itu terlontar dari mulutku sendiri, bukan lelaki itu.

"Lee Jeno."

Singkat, padat, dan jelas. Tetapi, Apa ia hanya tau memperkenalkan dirinya saja? Well, aku tidak berharap apa-apa dari dia, hanya saja hal itu membuatku sedikit kesal. Dan juga, aku tidak tahu pasti asalnya & pekerjaannya, Siapa tahu saja, ia adalah seorang perampok?/

Ok, berhenti membayangkan hal yang tidak-tidak, yoowon.

"Usiaku 19 tahun, Asalku dari Seoul, gue nggak kuliah, tapi gue adalah pemilik perusahaan ternama di kota ini. Dan, gue bukan orang jahat."

Aku memasang ekspresi kaget, karena bagaimana bisa ia tahu isi pikiranku?

"Gue nggak bisa membaca pikiran lo kok."

Heol. Hal yang gila.

"Jadi, Jawaban lo?"

Deg.

Perkataan Lelaki itu- Maksudku Jeno membuatku terpaku.

"Maaf. Aku tidak bisa." Jawabku dengan penuh keberanian tanpa memandang wajahnya. Dan aku mempercepat langkahku, meninggalkannya tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Sekilas aku melihat kebelakang, Terlihat sekali bahwa Jeno sedang menampakkan 'smirk' -nya.

Dia tidak mengatakan apapun, tetapi aku paham sekali apa yang dia katakan melalui 'smirk' nya tersebut.

Dia seperti mengatakan 'Aku tidak akan menyerah, aku akan mendapatkanmu, karena engkau adalah milikku'










Aku berjalan pulang ke rumahku, sambil menyeruput kopi sbux yang sempat kusimpan di dalam tasku, karena restoran tadi tidak mengizinkan makanan/minuman dari luar untuk dimakan atau diminum disana.

Sesekali aku melihat ke arah langit. Indah sekali, berwarna biru cerah. Aku suka cuaca hari ini.

Aku melihat ke arah jam tanganku, Waktu menunjukkan pukul 14.00.

Aku memutuskan untuk pergi ke perpustakaan untuk membaca buku dan membeli buku-buku pelajaran yang kubutuhkan untuk menghadapi UN yang diadakan sebulan lagi.

Aku sampai di perpustakaan yang amat cukup luas ini. Sudah lama aku tidak pergi ke perpustakaan ini, Pasalnya perpustakaan ini baru saja selesai direnovasi sekitar 2 hari yang lalu.

Akupun berkeliling sambil memperhatikan buku-buku yang kuperlukan-

'Wah!'

Pekikku pelan, karena dalam barisan ini, sangat banyak buku-buku pelajaran yang tertata rapi.

Akupun mulai membawa beberapa buku tersebut untuk mempelajarinya.

Tak!

Terdengar suara batu kerikil yang mengenai kepalaku. Aku tidak mengaduh, aku hanya diam. Aku tahu siapa dia.

"Ngapain lo disini? Lo gak pantes ada disini!!! Pergi lo!!! Gue sama Teman-teman gue mau duduk disini!"

Suara itu, Song Marry. Ketua dari group para pembully di Sekolahku.

Sebenarnya, aku ingin mengumpat padanya. Tapi, hal itu hanya akan memperburuk keadaan.

Aku pun berpindah ke meja paling ujung di perpustakaan ini, dan mulai belajar kembali. Terkadang, aku menulis beberapa hal penting pada buku tulisku, dan juga menggunakan handphone untuk mengambil foto pada info bagian buku yang sangat penting.

Hari ini, aku cukup beruntung. Karena Para pembully itu tak berkutik sedikitpun, mereka hanya sibuk pada handphone mereka masing-masing. Untungnya, mereka tidak berulah lagi di tempat umum.

Tidak terasa, sekarang sudah waktunya senja. Aku memutuskan untuk pulang, dan tak lupa membeli buku pelajaran tersebut.




Sekarang, aku berada di dapur sambil mengiris bawang dan menyiapkan bahan-bahan lainnya yang diperlukan untuk memasak nasi goreng.

Dan bodohnya lagi, Karena saking asiknya bekerja, aku lupa untuk makan siang sedari tadi.

Ting!

Bunyi notifikasi handphone–ku berbunyi. Segera kuberhentikan pekerjaanku, untuk melihat siapa yang mengirim pesan kepadaku.

+62 8XX XXXX XX34
| Lagi masak ya?
| hehe.







TBC..
————————————————
Vomment juseyo zheyenk❤

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 11, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lie ; Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang