PERTEMUAN

7 0 0
                                    

Tok.. Tok.. Tok..
“aku sedang tidak ingin bermain Ric, besok saja.” teriak seorang gadis dari dalam kamarnya tanpa berniat membukakan pintu.
Tok.. Tok.. Tok.. Tok.. Tok.. Tok..
Ia merasa jengkel mendengar suara ketukan yang berulang kali lalu berjalan ke arah pintu kamarnya.
“sudah ku bilang aku sedang ti—, kalian siapa?” ia mengira adiknya yang sedang mengerjainya namun setelah membuka pintu, yang berdiri depannya sekarang ialah dua orang yang memakai jubah hitam dengan tatapan yang menyeramkan.
NECIUS.” seketika gadis itu tidak sadarkan diri.
“kami juga sedang tidak ingin bermain denganmu.” lanjutnya lalu membawanya pergi.
Tak berselang lama setelah mereka pergi, sekelompok penyihir datang dan hanya menemukan kamar yang kosong serta orang tua dari sang anak yang terkena sihir.

“kita terlambat, mereka sudah membawanya pergi. Flat face! Lacak keberadaan anak itu.” muncul sesosok hantu muka rata yang menerawang mencari keberadaan anak tersebut lalu muncul tulisan-tulisan yang melayang.
'Saya menemukan keberadaannya tuan dan ada juga ada dua anak lainnya yang dikelilingi oleh kekuatan jahat. berhati-hatilah.'
“aku tidak peduli, anak-anak itu tidak boleh jatuh ke tangan mereka.” mereka lalu pergi mengikuti sosok hantu tersebut.
.

.
“apa dia sudah sangat putus asa atau mungkin dia sudah gila sehingga menanamkan benda itu pada tikus-tikus ini? Kerjaan ini bahkan tidak menguras energiku sama sekali.” ucapnya seraya menatap jijik anak-anak yang telah mereka tangkap.
“e...enghh..” suara tersebut memecah keheningan yang ada didalam ruangan itu.
“sepertinya salah satu tikus ini sudah bangun.”
“ini dimana? Mimpi?” ucapnya heran, ia melihat sekelilingnya hanya ada dua orang yang berdiri depannya dan dua anak yang masih tertidur.
“mimpi? Anggap saja seperti itu, tidak akan lama lagi kalian akan bangun dari mimpi ini, tapi mungkin di dunia yang lain.” anak tersebut hanya melihat mereka dengan penuh tanda tanya di dalam pikirannya.
“kalian siapa?” tanyanya tanpa mencerna perkataan dari wanita itu sama sekali.
“mulai hari ini, tempat ini akan menjadi rumah kalian hanya sampai tuan kami bangkit dari tidurnya. Sekarang hanya perlu mencari tiga tikus lagi dan pekerjaan ini akan selesai.” mendengar ucapannya membuat anak ini mengernyitkan alis dan dahinya.
“jadi kalian adalah.. Ummm.. Penculik?” tanyanya.
“nona, sepertinya anak ini terlalu banyak bicara. Apa perlu—”
“tidak.” ia lalu berjalan mendekati anak tersebut.
“saya akan memberimu pelajaran.” lanjutnya.
“pelajaran? Pelajaran apa? Jangan mendekat! Wa-walaupun aku masih per-per-perjaka, aku tidak berniat melakukannya dengan wanita tua yang memiliki gigi taring tajam sepertimu.” ucapnya seraya berjalan mundur menjauhi wanita tersebut.
DHAWUHE!”
“WAAAAAHH!!” teriaknya karena tangan-kakinya terikat dan ia terbang dengan sendirinya ke arah wanita tersebut.
“saya tidak perlu keperjakaanmu, yang saya perlukan ada disini.” ia menunjuk ke arah jantung anak tersebut.
“jantungku? Jadi kalian—, jangan-jangan kalian adalah penjual organ manusia?!” mendengar ucapannya membuat wanita itu merasa jengkel lalu mencekik anak tersebut.
“kami adalah penyihir.” ucapnya menekankan kata ‘penyihir’.
“sepertinya saya akan menunjukkan padamu apa yang saya butuhkan, lagi pula nantinya kalian juga akan mati.” lanjutnya.
TRAVIXTE.” ia mengarahkan tongkat sihirnya dan menarik sesuatu dari dalam tubuh anak tersebut.
“AARRGHH.. AARRGGKKHH! SA-KIT!” sakit yang luar biasa dirasakan oleh anak itu dan juga cahaya putih memancar dari tubuhnya.
“ini tidak akan lama, sebentar lagi sakit itu akan hilang, begitu juga dengan nyawamu.” ucapnya dengan tawa yang sangat keras.

Sesuatu yang berwarna hitam pekat mulai tampak keluar dari tubuhnya dan ia semakin bercahaya. Rasa yang teramat sakit bahkan mulai membuatnya sesak nafas.
*apa ini akhirnya? Apa aku akan mati?.*
“dan sekarang, MATI—”
BLAST!!”  dua bola api yang mengakibatkan ledakan yang cukup besar membuat wanita tersebut melompat menjauhi anak tersebut.
*zzeeppp*
“uhuk.. Uhukk.. Haah.. Haah.. Haah..” benda tersebut kembali masuk ke dalam tubuh anak tersebut, ia memegangi dadanya yang terasa sangat sakit, kesadaran dirinya mulai hilang. Ia ingin tau siapa yang datang menyelamatkannya namun semuanya menjadi hitam untuknya.
“sepertinya aku tidak terlambat. Lama tidak berjumpa, Natiqa.” mendengar namanya disebut oleh suara yang tidak asing baginya membuatnya wanita itu  tersenyum dan menoleh ke asal suara tersebut.
“begitu juga denganmu, Alerron.” Alerron berjalan mendekati anak itu dan mengecek keadaanya.
“sepertinya batu itu sudah kembali ke tempat asalnya, jadi kami akan membawa mereka kembali.” ucapnya.
Ia dan dua penyihir lainnya membawa anak-anak tersebut namun dihadang oleh Natiqa dan pengikutnya.
BLAST!”  tiga bola api raksasa yang mengarah pada Alerron menyebabkan ledakan yang lebih besar daripada yang sebelumnya.
ARMARIA.”  muncul perisai besar yang melindungi mereka dari ledakan yang diciptakan oleh Natiqa.
FLETXA!” tiga anak panah berhasil mengenai bahu Natiqa dan membuatnya mengerang kesakitan.
NEBULA.” kepulan-kepulan asap memenuhi ruangan tersebut.
“sampai saat kita berjumpa lagi, aku akan merindukanmu Natiqa.” lalu mereka menghilang.
“ALERRON!” teriak natiqa.

para terpilih dan hutan kematianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang