TONGKAT SIHIR

4 0 0
                                    

Apa yang terjadi semalam benar-benar menguras logika dan tenagaku, awalnya seorang gadis yang sedang tidur santai dirumah lalu seseorang mengetuk pintu kamarnya dan entah apa yang terjadi tiba-tiba sekarang ia ada di tempat yang aneh ini, itulah aku. Pengalaman pertama yang harus aku lalui ialah melihat si tuan ‘perjaka’ yang hampir saja kehilangan nyawanya dan sekarang? Kita semua harus menjadi seorang penyihir?!
Sejak lahir sampai sekarang, hal itu tidak pernah terlintas di pikiranku sama sekali, ini benar-benar gila.
“terkadang memang hal yang tidak terduga bisa saja menjadi takdir yang harus kita lalui.” aku menoleh dan sudah dipastikan seseorang yang bisa membaca pikiranku adalah Alerron.
“apa membaca pikiran orang menjadi salah satu dari keahlian kalian?” dia duduk disampingku dan hanya tersenyum.
Sekarang aku hanya ingin mengosongkan isi pikiranku dengan duduk dibawah pohon yang besar ini lalu menatap langit yang malam ini tidak ada bintangnya sama sekali. Kota ini indah, orang-orang yang berada disini juga sangat ramah, Alerron dan Calandra sepertinya bukan orang yang jahat tapi bukan berarti aku mempercayai mereka sepenuhnya, ini bisa saja taktik mereka agar kami tetap tinggal disini. Haahh.. tidak ada pilihan lain untuk saat ini karena aku belum siap mati diluar sana.
“kalau profesor sudah tau sejak awal aku sudah sadar, kenapa tidak memberitahu yang lainnya atau bisa saja membangunkanku?” kami memutuskan untuk memanggil mereka profesor karena untuk kedepannya mereka akan menjadi ‘guru’ kami.
“itu kenapa aku meninggalkanmu di ruang tamu.” itu bukan jawaban yang memuaskan! Terserahlah, hal ini datang terlalu tiba-tiba dan untuk saat ini aku tidak ingin berdebat dengan siapapun.
“jadi apa yang kalian katakan sebelumnya itu benar-benar akan terjadi? Hanya dalam waktu 300 hari.” 300 hari berarti tidak sampai setahun, dan kami harus menjadi penyihir dalam waktu sesingkat ini.
“kamu tau, selain bisa membaca pikiran, kami juga bisa melihat masa lalu seseorang, sekarang aku akan bertanya padamu, kenapa kamu memilih untuk bergabung?”
“kenapa? Tidak ada alasan khusus dan seharusnya kalian tau kalau ada beberapa orang yang tidak suka jika orang lain terlalu masuk dalam kehidupan mereka, aku salah satu dari beberapa orang itu.” bukan bermaksud untuk marah, tapi setiap manusia mempunyai hak untuk menyimpan masa lalu mereka hanya untuk diri mereka sendiri.
“aku tau.”
“Ini sudah larut malam, besok kalian harus mencari bahan untuk tongkat sihir kalian jadi jangan tidur terlalu larut, Fi.” lanjutnya, ia lalu pergi. aku tidak berniat mengikutinya karena udara disini sangat menenangkan pikiranku sebelum hari esok datang dan kami akan berjalan mendekati kematian.

.

.

.

Pagi yang cerah, cuaca yang sempurna, untuk kematian yang akan datang.
Masakan Calandra ternyata dapat dikonsumsi oleh manusia seperti kami, saat mendengar kata ‘penyihir’ aku mengira masakannya seperti yang ada di dongeng-dongeng.
"Kalian sudah selesai makan? Saatnya kita berpetualang!!" Dia sangat bersemangat untuk melihat kematian kita dan tidak ada yang bisa kami lakukan selain mengikutinya tanpa tau apapun namun yang sudah pasti adalah  mendekati ajal.
Setelah berjalan cukup jauh dari kota, kami memasuki hutan yang indah, tidak sesuai dengan apa yang ku bayangkan, hutan ini sangat sejuk dan tenang, bahkan aku tidak keberatan kalau harus berlama-lama disini.
“oke sebelumnya, apa kalian menginginkan sesuatu untuk melindungi diri?”ucap Alerron, kalau boleh aku menginginkan nyawa kedua, jadi kalau mati bisa hidup kembali.
“belum ada sihir untuk membangkitkan kembali orang yang sudah mati, jadi kami tidak bisa memberikan nyawa kedua kepada kalian.” dia membaca pikiranku lagi!.
“sudah ku bilang, berhentilah membaca pikiranku.” ia kembali tersenyum dan yang lainnya menatap ku aneh.
“aku ingin pedang, aku pernah belajar menggunakannya” Rae bisa menggunakan pedang, diluar dugaanku.
“aku bisa menggunakan panah dengan baik.” Kyra menggunakan panah? Itu akan sangat keren. Sudah pasti dia berasal dari keluarga kaya dengan cara berpakaian bak seorang tuan putri itu.
Apa yang harus kupakai? Aku tidak handal menggunakan pedang, jangan tanya tentang panah, melihatnya saja hanya di sinetron-sinetron yang ku tonton.
Indira ingin menggunakan tombak, Zee dan Gilvan hanya memilih sebuah perisai untuk melindungi diri mereka.
"Aku juga hanya ingin perisai." Melindungi diri adalah hal terbaik untuk saat ini.
Alerron mengeluarkan tongkatnya dan hanya dengan mengayunkannya, semua yang di butuhkan sudah ada didepan kami. Luar biasa!.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 13, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

para terpilih dan hutan kematianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang