2

360 53 2
                                    

Jung Yerin menatap rumah yang ada dihadapannya dengan raut wajah yang terkejut. Apakah dirinya salah mendatangi alamat yang diberikan oleh lelaki itu? Jawabannya tidak setelah kembali mengecek kertas yang ada ditangannya dengan tulisan yang ada dihadapannya. Oh my god! Yerin tak menyangka bahwa lelaki itu memiliki rumah yang sangat besar dan mewah.

Gadis itu dengan ragu menekan bel yang terpasang pada dinding pagar rumah tersebut. Tak lama kemudian muncul seorang lelaki paruh baya yang diketahui Yerin adalah tukang kebun setelah melihat gunting rumput yang dipegang oleh lelaki paruh baya itu.

"Cari siapa nak?"

"Em.. Maaf pak, saya kesini ingin cari Oh Sehun. Apakah ada dirumah?"

"Oh, tuan Sehun? Silahkan masuk dulu"

Lelaki paruh baya itu langsung membuka gerbang dan mempersilahkan Yerin masuk.

"Mari masuk ke dalam, jangan sungkan"

"Ah! Maaf, saya tunggu disini saja pak"

"Eh, kamu adalah tamu. Tidak baik membiarkan tamu menunggu diluar rumah"

"Tidak apa-apa, saya akan menunggu-"

"Ada tamu yang datang?"

Sebuah suara menginterupsi percakapan antara Yerin dan lelaki paruh baya itu. Sosok lelaki berperawakan tinggi kini berdiri di beranda yang tak lain adalah sang pemilik rumah, Oh Sehun. Mata Yerin menatap kagum ke arah Sehun. Lelaki muda itu mengenakan kaos putih polos yang dipadukan dengan celana panjang berwarna hitam. Sehun yang menyadari tatapan itu langsung tertawa.

"Apakah saya terlihat tampan dimata kamu, Jung Yerin?"

Skakmat! Gadis itu langsung tersadar dan meruntuki sikap bodohnya itu.

"Eh, maafkan saya"

"Ngapain kamu berdiri diluar, ayo masuk"

Yerin pun menundukkan tubuhnya menandakan berterima kasih kepada tukang kebun yang bekerja dirumah Sehun dan masuk mengikuti langkah Sehun. Mata gadis itu tak berhenti menatap takjub yang ada didalam rumah Sehun. Ini rumah atau istana, pikir gadis itu.

"Kamu masih betah berdiri disitu?"

"Ah! Maaf"

"Ayo, bukankah kamu ingin mengajari saya memasak?"

Sesampai didapur, Yerin langsung menuju kulkas, membuka dan mengeluarkan bahan makanan yang diperlukan. Sehun yang sedari tadi diam berdiri hanya bisa menatap gadis itu.

"Kenapa kamu diam disitu?" tanya Yerin.

"Jadi saya harus ngapain?"

"Kamu harus mengupas bawang dan merajang cabai ini"

"Saya tidak bisa melakukannya"

"Kenapa?"

"Karena saya tidak mengerti"

"Kalau begitu sini saya ajari kamu"

Sehun pun mendekati gadis itu dan menatap ke arah tangan mulus milik Yerin yang terlihat mengupas bawang. Tak lupa telinganya mendengar dengan baik setiap perkataan yang keluar dari mulut Yerin. Sehun pun akhirnya mencoba. Memang dasar naas, tangan Sehun teriris pisau.

"Astaga!" teriak Yerin saat melihat darah yang keluar dari luka irisan Sehun. Tanpa disadari, jari tengah Sehun diemut oleh Yerin. Lelaki muda itu merasakan hal yang aneh saat melihat gadis itu menghentikan lukanya menggunakan bibir mungil itu.

"Kenapa kamu begitu ceroboh?" sungut Yerin sambil membawa Sehun ke wastafel dan mencuci tangan lelaki itu.

"Sudah saya katakan, saya tidak mengerti urusan dapur"

"Apakah semua lelaki tahunya cuma makan saja? Dimana kotak P3K kamu?"

"Tidak usah"

"Apakah kamu tidak takut kalo lukamu akan infeksi jika dibiarkan begitu saja?"

"Luka kecil ini tak masalah buatku"

Yerin menatap heran pada lelaki itu.

"Kalo begitu aku pulang saja"

"Bagaimana dengan memasak nasi gorengnya?"

"Mood memasakku sudah hilang. Kalo begitu aku-"

Tangan Yerin ditarik oleh Sehun dan mendarat dipelukan lelaki itu. Mata keduanya saling menatap satu sama lain. Tak ada yang enggan mengakhiri kegiatan mereka sampai seorang pelayan menjatuhkan sebuah ember kecil. Yerin pun mendorong tubuh Sehun. Begitu juga dengan Sehun yang langsung menatap tajam ke arah pelayan yang menimbulkan keributan kecil.

"Ma.. Maaf tuan, saya tidak-"

"Ah! Kalo gitu saya pulang dulu. Terima kasih" pamit Yerin dengan canggung dan langsung pergi meninggalkan Sehun di dapur.

"Bibi Ahn!"

"I.. Iya tuan?"

"Kamu bersihkan ini semua"

"Ba.. Baik tuan"

Sehun pun meninggalkan dapur menuju ruang kerjanya.

"Bibi Ahn, apakah kamu tidak lihat ada yang berbeda dari tuan muda?" tanya sang tukang kebun yang ternyata mengintip kebersamaan Sehun dan Yerin sedari tadi.

"Iya, sudah lima tahun saya tidak melihat tuan muda membawa gadis mana pun ke rumah ini"

"Semoga saja gadis itu tidak seperti kekasih tuan muda sebelumnya"

"Iya, saya pun berharap seperti itu"












~

Hocus FocusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang