Hari itu cerah seperti biasanya. Cahaya mentari masuk menembus jendela mengenai wajah Anti yang sedang tertidur pulas di bangkunya. Sedang disamping kanannya Agus menyandarkan kepalanya di atas meja dengan kedua tangannya yang saling terkait. Kedua orang itu memang tak dapat ditebak, seolah mereka punya dunianya masing-masing.
Dunia seperti apa itu?
Tak ada yang tahu
Arian masuk dengan membawa setumpuk kertas. Bersyukur bagi mereka karena hari guru-guru sedang rapat entah perihal apa. Ia lalu meletakkan tumpukan kertas itu di atas meja guru. Kevin yang kemudian masuk ke kelas sambil membuka bungkus permen langsung saja menghampiri Arian yang penasaran dengan tumpukan kertas itu.
"Woi Bro!" Sapanya. Kevin bukan orang yang bicaranya termasuk sopan. bahkan ia termasuk blak-blakan.
"Hm" Berbeda dengan Arian yang menjawab kelewat singkat.
"Ngirit kata banget sih lu. Btw itu kertas apa?" Tanyanya yang mulai kepo.
"Ohh... ini. Ini ulangan Biologi" Setelah mendengar kalimat itu sontak saja yang lainnya maju ke depan mengerubuni meja.
"Woi anjirr! Jangan lihat nilai gue"
"Woii ulangan gue mana woi?! Mau gue bakar"
"Bangsat ini mah minta direfund ke Maha Kuasa"
"NILAI GUE JELEK BANGET!!!!"
Jikalau yang lain sibuk dengan kertas ulangannya. Dua orang yang duduk di bangku pojok kanan masih saja tertidur. Masih dengan posisi sama, dimana Anti tidur dengan posisi duduk dan Agus dengan kepalanya yang diletakkan di atas meja. Seolah tak terpengaruh dengan keributan yang terjadi. Arian memperhatikan mereka. Ada rasa sedih yang menyelundup di hatinya. Dia terkadang berfikir , bagaimana caranya menjadi Agus? Namun dengancepat menggelengkan kepalanya. Membuang jauh-jauh pikiran itu.
"Gue ke ruang OSIS dulu ya Kev" Kevin mengerjap melihat Arian.
"Terus kenapa lo kasi taunya ke gue?" Tanyanya sambil menunjuk dirinya sendiri.
"Ngak tahu. Wanti-wanti aja sih, siapa tahu nanti lo bakalan rindu" Ucapnya, lalu mengedipkan matanya sebelah. Setelah itu pergi.
"Anjirr!!" Umpatnya.
"Woi Kev" Seorang cewek dengan bandana pink menghampirinya.
"Ya" Jawabnya singkat
"Lu dapet berapa nih?" Tanyanya dengan muka yang emang kelihatan kepo banget.
"Apaan sih lu Naila?" Tanyanya risih dan mulai melipat kecil kertas ulangannya.
"Bilang aja kali kalau lu juga dapet merah" Ucap Naila tertawa
"Eh anjirr! Asal lu tau ya gue yang ganteng ini pinter juga" Ucapnya sombong.
"Au ah ngomong ama lu bikin gue mau muntah" Setelah itu mereka berdua tertawa terbahak-bahak.
***
Malam itu sangat dingin, Arian duduk di dekat jendela dengan wajahnya yang menghadap ke langit malam. Tak ada satupun bintang di sana. Ekspresinya datar, matanya yang hitam jernih tampak kosong. Suara tawa yang berasal dari lantai bawah terdengar jelas di telinganya. Arian kemudian tersenyum kecut.
"Aku benci semuanya" Dia masih saja melihat langit malam. Suara tawa itu semakin kencang, itu membuat dirinya muak dengan kehidupan ini. Ia beranjak dari posisinya lalu mengambil jaket yang tergantung di pintunya.
"Gue ngak tahan" Ia kemudian turun menyusuri satu per satu anak tangga. Ketika ia mendengar suara tawa itu lagi, ia sejenak berhenti untuk melihat seorang wanita dewasa yang lagi berada di suasana mabuk cinta
"Aku juga suka sama kamu" Ketika ia mendengar kalimat itu ia mengepalkan tangannya menahan amarah. Dengan langkah yang terburu ia berjalan melewati sepasang kekasih yang sedang mabuk cinta. Hatinya sakit melihat pemandangan itu.
Ia berjalan di sekitar kompleks, hanya berjalan dengan tatapan kosong seolah jiwanya telah hilang entah kemana. Gadis yang baru saja keluar dari sebuah warung bakso melihat Arian berjalan seperti itu langsung menghampirinya.
"Arian" Serunya. Lanngkahnya terhenti, ia berbalik. Matanya tertuju pada seorang perempuan bertubuh mungil dengan rambut kepang yang kini telah memandangnya dengan tatapan cemas. Manis.
"Kayla" ucapnya lirih. Ia langsung memeluk perempuan itu dengan erat. Meluapkan segala emosi yang berkecamuk sedari tadi di dalam hatinya. Kayla tertegun. Sadar dengan keadaan Arian, ia pun menepuk-nepuk punggungnya dengan pelan.
"Tenang ya" ucap gadis itu lembut.
....
"Jadi?" Tanya Kayla
"Jadi apa?" Kayla mendengus mendengar perkataan Arian.
"Kesel gue lama-lama sama lo. Orang lagi khwatir juga lo malah kek gitu. Anjirlahh" Cerocosnya. Arian hanya terkekeh melihat tingkah perempuan yang satu ini.
"Makasih" Ucap Arian tulus. Dia memainkan rambut Kayla dengan senyum kecil.
"Arian lain kali kalau lo ada masalah langsung aja ke rumah gue. Kita cerita aja di sana. Mengerti?" Arian mengangguk pelan. Patuh. Jika bersama Kayla, Arian selalu merasa tenang.
"Oke kita pulang" Katanya lalu menggandeng tangan Kayla. Kayla tersenyum lalu menggangguk. Arian berharap waktu berjalan lebih lambat. Biarkan malam ini dia bersama gadis mungil di sampingnya ini. Terasa nyaman dan tenang.Meninggalkan taman komplek yang memang tadi hanya ada mereka berdua.
Jadi momen 2anya bukan hari ini hehehehehe. pengen aja tuh tulis kisah Arian. So jangan bosen baca ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
2A
Teen FictionAnti tahu bahwa dunianya sama sekali tak indah. Masa lalu kelam, penyakit jiwa yang dihadapinya membuat ia selalu merasa runtuh. Tapi, suatu hari dia datang. Menyodorkan sekotak kecil susu kepadanya. Pada saat itu pagi tak begitu cerah. Langit keab...