Them

14 4 2
                                    

Pagi itu tampaknya Mentari sedang ingin memanjakan seisi kota dengan sanyup-sanyup sinar mentari diiringi dengan suhu dingin di pukul 07.30 . Walaupun demikian, lalu lintas tetap macet seperti biasanya karena mencari nafkah tidak memperdulikan cuaca.

Redup cahaya mentari menembus hordeng kamar Asa yang bernuansa pink pastel dan membangunkan perempuan bertubuh mungil dengan wajah blasteran Sumatera-Korea itu, sesekali ia mengerdipkan matanya memastikan bahwa nyawanya 100% sudah berada di dunia nyata dan tidak mengalami sleep paralyz.
'Mampus!' teriak Asa, saat melihat jam dindingnya yang sudah menunjukkan pukul 08.00 sedangkan dirinya ada kelas matakuliah pendidikan pukul 08.30. Asa langsung meloncat dari kasur dan menuju kamar mandi , mandi seadanya yang penting sikat gigi , cuci muka dan sabunan. Ia langsung memilih baju dengan asal dan mengambil tas yang berada diatas meja.

'Aksa!' teriak Asa, yang mengagetkan sesosok lelaki yang sedang menyantap roti isi yang dengan tenang itu

'kamu kampus jam berapa?' panik Asa, karena mobil miliknya sedang berada dibengkel untuk melakukan servis bulanan dan satu-satunya harapan adalah meminta Aksa untuk mengantarkannya ke kampus

'ini baru mau berangkat' datar Aksa yang langsung bangkit dari kursi meja makan dan berjalan menuju pintu keluar

'bareng ya!' manja Asa dengan puppy eyes-nya

'hmmmm' Aksa kembali merespon datar namun bagi Asa itu berarti setuju.

Namanya Aksa Mahardika Saputra, kerap disapa Aksa oleh banyak orang yang mengenalnya, lelaki yang hampir satu tahun tinggal bersama Natasha Sabhira Utama atau yang dikenal dengan Asa disebuah Apartement minimalis namun cukup luas untuk ditinggal dua orang. Aksa tidak pernah memandang seorang Asa sebagai perempuan karena Asa memiliki porsi makan yang begitu banyak dan sangat suka menonton film horor , berbeda dengan kebanyakan wanita feminim lainnya, ya walaupun tidak bisa dipungkiri Asa  memiliki paras yang begitu cantik dengan mata almond dan pipi sedikit  chubby, ditambah bibirnya yang begitu penuh, Asa juga tipe wanita yang tidak perlu mengukir alis karena alisnya sudah tertata rapi dan bisa dikatakan  tebal.
Sedangkan, Asa pun juga tidak terlalu menganggap Aksa sebagai teman satu kamarnya karena Aksa bisa dikatakan jarang berada di apartement, sosoknya yang aktif berorganisasi ditambah dengan kemampuan dirinya yang sangat pandai dalam bidang hukum membuat Aksa berkutat di antara sekre Bem atau Perpustakaan , satu-satunya hobi Aksa adalah bermain futsal. Aksa sangat dikenal karena wajahnya yang begitu tampan dan tubuhnya yang begitu atletis, karena dirinya merupakan keturanan Ayahnya yang berdarah Paris dan Ibunya yang dikenal sebagai Kembang Bandung pada masa itu, tak heran bahwa Aksa memiliki mata yang tajam dengan bintik coklat pekat dan hidungnya yang begitu runcing, bibirnya yang tipis dengan dagu yang tegas diturunkan langsung dari gen ayahnya.

Mereka menjadi terjebak di sebuah apartement yang sama hanya karena orang tua mereka sangat akrab, dan jauh sebelum mereka berada disatu atap yang sama, mereka sudah berteman dekat namun karena sebuah keharusan untuk berpindah tempat tinggal maka mereka tidak pernah ketemu dalam waktu yang begitu lama. Walaupun mereka tinggal di satu atap yang sama tetapi terkadang mereka lebih terlihat seperti saudara, bukan seperti dua orang wanita dan laki-laki yang memiliki perasaan yang sama , terlalu besar harapan dari kedua orang tua mereka agar anaknya berjodoh.

'udah sampe' ucap Aksa menarik rem tangan

'pulang nanti sama siapa?' Lanjut Aksa menahan Asa

'delivery Grab aja bisa' Singkat Asa yang memerhatikan jam tangannya

'jam berapa balik?' tutur Aksa seolah tak ada habisnya

'jam 6, gue rapat bem fakultas dulu. Udah ah gue udah telat ini' ujar Asa langsung membuka pintu mobil dan berlari memasuki Gedung belajar.

*One unread message*
Aksa👣 : pulang nanti tunggu gue.

Asa hanya membaca notification yang masuk itu melalu toggle notifications tanpa membukanya. Hal ini biasa bagi Asa, ia sadar bahwa Aksa akan dicerca banyak pertanyaan kalau sampai dirinya terluka ataupun pulang terlalu larut malam, trakhir kalinya Aksa membiarkan Asa pulang pukul 11 malam, orang tua mereka langsung datang ke apartement dan menindas Aksa dengan kalimat mematikan setelah saat itu Aksa sedikit overprotective terhadap Asa.

Aksa berjalan memasuki kelasnya yang cukup riuh karena banyak dari temannya sedang menghafal materi Ujian hari ini, hanya dirinya yang duduk tenang memandangi timeline instagram seperti tidak memiliki beban Sks. Ini bukan pemandangan yang luar biasa dari seorang Aksa karena dirinya memang dipandang sebagai seorang mahasiswa Hukum yang cukup pintar dengan jaminan masa depan yang cerah sebagai Jaksa.

'Sa, Futsal kuy sore ini' Celoteh Daniel teman karib Aksa sejak mahasiswa baru

'malem ajalah' Nego Aksa kepada Daniel, disisi Lain Aksa begitu ingin bermain Futsal tetapi dirinya juga harus menjemput Asa dan mengantarkannya pulang dengan selamat

'kenapa kagak sore aja elah' ucap Daniel datar, ia mulai bisa membaca Ekspresi Aksa. Dan benar saja dugaan Daniel 'mau jemput Asa dulu' ujar Aksa dengan ekspresi Datar. Bagi Daniel tidak ada di dunia ini yang bisa mengacaukan jadwal Aksa kecuali Asa.

'bucin sejati yatuhan' ujar Daniel menggelengkan kepalanya

'gua gak pacaran sama dia goblok' caci Aksa

'iya, tapi tingkah lu ini udah melebih-lebihkan anak SMP yang baru pacaran' Cela Daniel tak mau kalah

'belum siap mental, jiwa raga gua mau di omelin bokap nyokap' eluh Aksa pada Daniel

'bucin'caci Daniel tak menghiraukan Respon Aksa.

***

Disisi lain, Asa memandangi jam tangannya tiada henti, rasa bosan mulai menyelimuti dirinya, sesekali ia pandangi seisi kelas yang juga merasakan hal yang sama dengan dirinya, ia hanya berfikir kapan dirinya bisa pulang dan memakan satu cup besar eskrim coklat.

'Pc Aksa ahh' gumam Asa dalam hati

Asa : sa!
Aksa👣: apalagi?
Asa : gitu banget. Pulang ini mekdi yuk?
Aksa👣:mau futsal
Asa : euuu, anterin gue balik dulu tapi ya?
Aksa👣:gapake rengek drive thru ya!
Asa : ih.

Pesan trakhir Asa hanya di baca oleh Aksa tanpa mendapatkan Respon, Asa kembali membolak balik halaman buku yang ia bawa berharap waktu cepat berlalu dan ia bisa menghirup udara segar kantin.

'nanti ngebakso yuk?' ajak Kintan berbisik

'wah boleh-boleh, laperrrr'eluh Asa dengan nanda pelan

'ajak Aksa ya biar gue pesen teh tawar' ucap Kintan menaik turunkan alisnya, Asa sangat paham bahwa sahabatnya ini sedang dalam keadaan diet Glukosa namun ia tak begitu paham mengapa akhir-akhir ini Kintan selalu menyebut nama Aksa.

'lah apa urusannya sama Aksa' heran Asa mengerutkan dahinya

'biar tehnya berasa manis, jadi minumnya harus liat yang manis-manis' goda Kintan yang hanya di respon helaan nafas dalam oleh Asa.

****

Setelah hampir 2 jam Asa menatapi jam tangannya, akhirnya mata kuliah yang paling membosankan menurutnya selesai juga. Ia pun bergegas menuju kantin bersama Kintan seperti biasa Bakso 1,5 porsi dengan es jeruk adalah menu andalan Asa setiap ke kantin.

'jadi sebenernya lu sama Aksa itu hubungannya apaan?' Kepo Kintan yang langsung to the poing

'bagi gue, Aksa itu kayak Kura-kura di Ekosistem. Mau ada sama enggak ada gak bakal ngaruh sama rantai makanan' jelas Asa dengan ilmiah

'tapi, gue udah kayak konsumen bagi Aksa, karena kalo gak ada gue hampa hidup dia' Lanjut Asa sambil menyuap bakso kedalam mulutnya dengan lahap

'berarti bisa dong lu comblangin unicorn lucu ini sama si kura-kura itu' pujuk Kintan yang sudah lama memerhatikan Aksa

'tar deh ya gue coba, kalo dia cowok normal sih udah lama dia nidurin gue. Tapi dia gapernah nafsu liat gue. Mana tau dia gay'ucap Asa menghakimi Aksa dihadapan temannya sendiri

Room's mineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang