understanding

2 3 0
                                    

Hari ini, bintang malam sedang cuti dan malas menampak dirinya pada bulan yang sedang terjaga. Detak jarum jam terus berlarian tanpa lelah hingga menunjukkan pukul sepuluh malam yang sudah menandakan jam tidur ideal manusia normal, namun lagi-lagi Asa harus terjaga mungkin hingga subuh untuk menyelesaikan tugasnya yang harus ditulis tangan, sudah beribu sumpah serapah yang ia lontarkan untuk dosen yang memberi tugas sore ini dan harus dikumpul besok pagi.

"Terkutuklah dosen itu" omel Asa masih tetap mengukir tulisan tangan diatas kertas A4

Malam itu begitu sunyi bagi Asa karena dirinya ditinggal Aksa untuk futsal, bukan hal yang aneh lagi bagi Asa, namun saat ini ia setidaknya ia butuh teman julid agar bebannya berkurang tapi mustahil bagi Aksa pukul sepuluh malam sudah berada di rumah.

"Asaaa" suara itu memecahkan lamunan Asa, ia berjalan menuju sumber suara dan terlihat sesosok Aksa yang masih lengkap dengan seragam futsalnya

"Kenapa pulang cepat?" Introgasi Asa dengan nada curiga

"Kenapa nanya gitu?" Ujar Aksa dingin

"Kenapa gak boleh nanya gitu?" asa memutar balik pertanyaan

"Anak kecil gak perlu tau" Aksa langsung menoyor kepala Asa dan melongos pergi memasuki kamarnya.

Asa kembali mengerjakan tugasnya yang menurutnya seperti kasih ibu, tak terhingga sepanjang masa, malam ini ia sudah menghabiskan dua pena tinta kesayangan miliknya dan beberapa snack bermicin tinggi.

"Kenapa belum tidur?" Tanya Aksa menganggetkan Asa, lelaki itu sekarang berdiri dihadapan Asa dengan celana pendek dan baju kaos putih sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk

"Ngerjain tugas" jawab Asa acuh

"Kenapa suka banget ngerjain tugas H-1 Deadline"omel Aksa

"Dih, dosennya baru ngasih sore ini tau. Besok dikumpul" eluh Asa dengan nada manja

"Yaudah kerjain" Acuh Aksa

"Sana masuk kamar! Bikin orang naik darah aja" omel Asa , membuat Aksa tersenyum tipis

"Berapa halaman lagi yang harus ditulis?" Tanya Aksa mendekatkan wajahnya ke wajah Asa

"50 halaman lagi"jawab Asa memutarkan bola matanya

"Gue tebak lu belum makan"ujar Aksa memiringkan kepalanya namun masih tetap menatap dalam wajah Asa

"Ya gitu deh" respon Asa cuek.

Aksa hanya tersenyum tipis dan berjalan menuju dapur untuk memasakkan dua bungkus mie goreng dan satu butir telur , Asa memiliki nafsu makan yang tinggi walaupun tubuhnya tergolong mungil sehingga baginya satu bungkus mie tidaklah cukup. Awalnya Aksa cukup terkejut melihat porsi makan Asa, namun setelah satu tahun lebih hidup di tempat yang sama, itu bukan hal yang aneh lagi bagi Aksa.

"Nih makan dulu, biar gue yang gantian nulis" Aksa langsung meletakkan makanan diatas meja dan tidak lupa dengan air mineral satu gelas besar

"Uhhhh! Emang ya Aksa tuh udah cocok kerja di prudential. Always listening, always understanding deh" girang Asa langsung menyantap masakan Aksa.

Hening diantara mereka, hanya ada suara dentingan garpu dan sendok yang saling beradu, sesekali Asa melirik Aksa dengan ujung matanya takut ketahuan diam-diam memerhatikan Aksa, situasi ini akan terus berlangsung hingga Asa memulai sebuah topik pembicaraan karena Aksa adalah tipikal laki-laki yang tidak suka memulai duluan tapi bagi Asa itu bukan sesuatu yang buruk, karena dengan demikian Aksa selalu menjadi pendengar yang baik bagi Asa.

"Sa tau gak tadi di kampus gue ketemu kakak tingkat yang cakep banget" ujar Asa memulai menceritakan harinya pada Aksa, walaupun Aksa kerap kesal dengan tingkah Asa yang manja dan semaunya saja tetapi Aksa selalu setia mendengarkan celotehan Asa yang sebenarnya begitu tidak penting, bahkan tidak akan mengembalikan infinity stone tanpa bantuan avengers.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 09, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Room's mineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang