Part 3

78 7 8
                                    

"Syan"

"Hmm"
Gumam Isyana saat mengendarai mobil

"Kita mau kemana?"

"Makan dulu"

"Syan"

"Apa"

"Itu"

"Apa"

"Yah itu"

"Itu apa?"

"Syan uang jajan gue udah abis nih mana gue laper lagi aduh nih cacing udah pada demo"
Ucapnya mendrama di depan Isyan

"Trus?"

"Bayarin yah"

"Hmm"

"Makasih Isyan kuy yang baik, cantik, rajin menabung dan tidak sombong"

"Nah gini kalau ada maunya nih"

"Hehehe maap"

"Tapi temenin gue"

"Kemana?"

"Jenguk mama"

"Siap bosq"
Alan mengengkat tangannya berpose hormat

Isyana memarkirkan mobilnya di samping warung bakso yang Alan tunjukkan padanya

"Disini"
Tanya Isyan menunjuk warung yang berukuran minimalis itu

"Maap Syan warungnya kaya gini gue ngak mau nyusahin lo Syan tapi tenang aja baksonya enak kok, gini aja biar gue ngehutang dulu nanti gue bayar sendiri makanan gue atau gue kerja disini besok buat bayar bakso"

"Apaan si lo Lan, gue udah janji neraktir lo di sini udah lah lo ngak usah ngak enak ama gue lo kan sahabat gue"

"Tapi Syan lo itu kan-"
Isyan mengangkat alisnya

"Perfect mana ada orang kaya lo makan disini"

"Emang kenapa? Gue bukan pejabat yah"

"Tapi-"

"Stttt diam gue laper"
Ucapnya mendahului Alan

Alan memang sering minta nebeng tapi Alan juga punya hati ia tak ingin menyusahkan sahabatnya dan sampai sekarang ia masih risih dan juga beruntung mana ada orang yang ingin berteman dengan Alan dengan modelnya seperti ini ia sangat bersyukur punya sahabat seperti Isyan jika tidak maka ia akan di buly oleh orang yang berada di atasnya

"Syan"

"Hmm"

"Kenapa sih lo mau sahabatan sama gue"
Isyan seketika menghentikan aktifitasnya

"Emang jadi sahabat butuh alasan"

"Maybe"

"Lan"
Alan menatap Isyan lekat-lekat

"Lo itu lebih dari cukup jadi sahabat gue"

"Syan"
Kini Isyana yang menatap lekat-lekat Alan tak biasanya Alan berkata serius dihadapan Isyan

"Lo itu cantik, apa-apa harus bisa, yang lo lakuin itu semua sukses lah gue udah banci ngak berguna dan ngak tau diri temenan sama lo"
6 kata terakhir di ucapnya pelan tak seperti kata-kata lainnya

"Hei apa sih lo, Alan lo harus tau semua orang punya sisi baik dan juga buruk yah mungkin aja orang cuman liat gue kaya gini udah narik kesimpulan yang ada gue salut sama lo Lan lo itu tegar lo itu motivasi gue gue ngak tau barus bayar semua yang lo lakuin buat gue, lo inget saat gue sakit lo orang pertama yang setia nemenin gue Lan lo udah buat hari-hari gue berwarna dan inget satu lagi gue benci lo selalu rendahin diri lo, dan Alan inget janji gue lo harus janji lo selalu ada buat gue kapan pun itu"

"Syan tapi emang gitu"

"Hei lo mau gue suapin sambel"

"Ngak Syan"

"Nah makanya jangan, and so-"
Ucapnya menggantungkan perkataannya agar Alan menatap wajahnya

"Promise me?"
Ucap Isyan serius dengan nada manis dan langka yang Isyan lakukan membuat siapa saja kaum adam akan jatuh cinta padanya

Alan mengangguk melongo melihat wajah Isyan yang bisa dibilang sangat cantik

"Anak pintar"
Ucapnya tersenyum manis menepuk-nepuk pelan pipi Alan

"Syan gue ngak diabetes kan, manis banget sumpah"
Ucapnya dengan wajah polos

"Maybe"
Ucap Isyan mengagkat bahunya acuh

Keduanya berbincang-bincang di selasela makannya

"Makasih yah Syan"

"Udah ah makasih mulu"
Alan menatap Isyan dengan batin yang mengucapkan syukur telah bertemu Isyan di dunia ini

Mereka beranjak ke mobil yang Isyan kendarai lalu menuhu tujuan Isyan selanjutnya

Isyana memarkirka mobilnya di depan toko bunga

"Tunggu sini aja yah"

"Cepetan Syan"

"Iya iya"

Isyan berjalan memasuki toko bunga dan nampak memilah-milih bunga yang ia cari

Tangannya meraih bucket bunga tulip yang sering ia bawakan ketika ingin berkunjung menemui Ibunya

"Ini mbak"

"Ngak ada lagi mba"

"Udah cukup"
Ucapnya menyerahkan beberapa lembar uang ke mbak kasir

Isyan kembali kemobilnya lalu menancap gas menuju pemakaman

Mereka berjalan mencari makam yang Ia cari

Diana Ranendra
Nama itu yang tertera di batu nisan yang Isyan cari

"Mah Isyan dateng lagi"

"Mah mama tau ngak Isyan menang lomba lagi mah saat orang-orang di anter ama mamanya Isyan jadi kangen sama mama, Isyan juga ngak yakin sih karena pas Isyan nyanyi Isyan sempet nangis tapi Alan yang nyemangatin Isyan, mah nih Alan suka ngerendahin dirinya depan Isyan kan ngak seru"
Alan mengelus punggung Isyan, Alan tersenyum menatap Isyan yang dari tadi menangis sambil bercerita seperti anak kecil yang menceritakan hari-harinya

"Mah Isyan kangen sama mama mama pasti liat Isyankan, mah katanya mama itu mirip banget sama Isyan kata papa, jadi pengen peluk mama, hmm sayang banget yah mah, mah yang sabar yah nanti kalau udah takdirnya Isyan pasti ketemu mama, mah ini udah sore Isyan pulang dulu yah mama baik baik yah disana"
Ucapnya panjang lebar seraya menghapus air matanya

Alan sedari tadi juga sudah menahan air matanya

Keduanya berdiri beranjak dari tempat pemakaman

-Tbc







Maaf kalau banyak typo

Yang mau complain atau mau request cerita atau mau cerita yang lalu mau di publisin lagi boleh dm di Instagram aku
👇 👇 👇

And so
Don't forger to voment yah :)
Dan jangan lupa follow ig penulis
@arvinadamayanti181 jangan jadi silent readers karena Vote dan Comment kalian mempengaruhi cerita and so happy reading

See you next part 💕

Selasa, 4 Juni 2019

Why you change?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang