Prolog

591 250 302
                                    

Warna lembayung membungkus Pulau Bali sore itu, dipayungi dengan kapas-kapas putih yang berarak mengikuti ke mana angin membawa mereka pergi.

Deburan ombak terdengar seirama dengan suara kepakan sayap burung yang terbang rendah di atas lautan.

Gulungan air dengan kadar asin yang tinggi itu menjilat-jilat kaki, ditambah butiran-butiran pasir membelai kedua kaki.

Viska namanya, perempuan berkulit kuning langsat itu berjalan menyusuri pinggir pantai.

Ia menghabiskan waktu libur di Bali sekaligus menyegarkan diri dari hiruk-pikuk keramaian kota.

Perempuan tersebut menghentikan langkah dan menatap hamparan lautan dengan gulungan ombak, disekitarnya banyak turis asing yang juga menikmati suasana indah sore itu.

Ketika mentari mulai ditelan ujung lautan, dering telepon berbunyi, merusak suasana damai itu.

Viska berdecak kesal dan merogoh saku untuk meraih ponsel.

Mama

Ia mendengus dan menekan tombol hijau dengan uring-uringan.

"Kebiasaan, setiap Mama telepon pasti ngeluh," Mama nya sudah mengomel di seberang sana, Viska memilih nyengir.

"Kamu nggak suka ditelepon Mama?" tanya Mama lagi.

"Sukaaa, jangan kebanyakan ngomel, nanti tambah tua," Viska malah meledek yang disambut gerutuan sang Mama.

"Kamu baik-baik aja, kan?" tanya Mama dengan suara melembut. "Iya, baik-baik aja," jawabnya malas.

"Baguslah kalau gitu," Mama tampak tenang dan lega.

"Mama lagi ngapain?" tanya Viska basa-basi. "Nih, lagi ngomelin Naila, dia kebanyakan main sama temen-temennya," jawab Mama sebal diikuti dengan suara protes adiknya yang masih SMA kelas satu.

Viska geleng-geleng kepala mendengarnya. Setelah lama berbincang telepon ditutup. Ia memilih kembali ke hotel.

Sampai di hotel, ia masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Ketika hendak menutup pintu, lampu tiba-tiba padam.

Viska meneguk saliva dan memilih membuka pintu kamar untuk mengetahui apa yang terjadi, para tamu kamar yang lain pun melakukan hal yang sama dengannya.

"Ini ada ap-"

"Gempa! Semuanya turun!"

Viska membelalakan mata, semua orang yang ada di sana berlarian menuju tangga darurat.

Sialnya, ia tidak bisa melangkah karena kakinya melemas, saking paniknya.

Gempa semakin terasa dan orang-orang semakin ribut berdesakan untuk melewati tangga darurat, petugas hotel mondar-mandir memberi intruksi meskipun tidak digubris.

Tiba-tiba sebuah benda atau ... Seseorang menabraknya dengan sangat kencang dari arah belakang membuatnya terjatuh ke depan dan pandangannya buram, kepalanya terbentur keras.

Satu detik, dua detik, ia merasa tubuhnya terbang dan dunia menjadi menghitam.

Jangan lupa vote dan comment😘

The Passage of Time (RE-MAKE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang