Aku menyeka air mataku lagi. Entah yang keberapa kalinya aku diperlakukan seperti ini. Aku sadar ini salah. Aku sangat sadar. Namun aku hanya bisa diam diberlakukan demikian.Perlahan aku bangkit dan mulai berjalan ke kamar ku lagi. Dengan luka yang mulai mengering, namun tetap saja sangat perih dan sakit.
Sebenarnya aku sudah sering berfikir untuk mengakhiri hidupku yang aku rasa tak berguna ini. Namun tetap saja, aku harus bertahan.
Aku mulai mencoba membersihkan lukaku yang ada dipunggungku. Lukanya sobek, mungkin sekitar 5 cm. Karena masih dapat terjangkau oleh tanganku, aku pun mulai membersihkannya dengan alkohol dan melumurinya dengan betadine.
Mungkin malam ini aku tidak bisa berbaring lagi.
Aku tahu semuanya sengaja dibuat oleh adikku itu. Tapi tetap saja ibu mendukungnya. Aku benci bahkan sangat sangat benci kepada ibuku dan adikku, tapi entah mengapa aku tak pernah bisa berkutik bila sudah berada di depan mereka. Seperti seekor anjing piaraan yang disuruh oleh majikannya, begitu pun aku. Terlalu penurut, takut tak dikasih makan nantinya.
Sekarang, satu-satunya caraku untuk bertahan adalah dengan belajar. Untung saja sekolahku memberikan beasiswa sebesar 6 juta per semester untuk siswa yang berprestasi, sehingga aku masih bisa bersekolah dan melanjutkan hidupku. Dengan uang itu, aku bisa membiayai uang sekolahku dan aku bisa menyisihkan sedikit uangku untuk pergi dari rumah yang biadab ini.
***
Author POV
Gadis cantik itu mulai berhenti menangis. Menangis itu memang tak ada gunanya. Bahkan menangis tidak cocok untuk dijadikan sebagai luapan emosi. Ia hanya bisa membuat lelah jiwa dan raga kita. So, untuk apa menangis?
Sekarang terlihat ia mulai mengambil buku-bukunya yang mulai usang dari dalam lemari reotnya.
Bahkan buku-buku yang ibu buang ke tempat sampah ini masih berguna. Tak sia-sia aku memungutnya dulu, Batinnya.
Ia mulai melanjutkan aktivitasnya membaca lembar demi lembar buku itu. Dengan demikian, kemungkinan besar dia masih bisa bertahan menduduki peringkat juara 1 umum di sekolah untuk mempertahankan beasiswanya.
Waktu berlalu seperti sedang mengerjar sesuatu. Tak peduli dengan apa yang tertinggal dibelakangnya, ia tak akan berbalik mengambilnya.
Sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam.. dan oh tidak! Gadis itu belum menyiapkan makan malam untuk ayah, ibu dan adiknya yang sudah pulang sejak tadi.Ia langsung bergegas turun menuju dapur dan memasak apapun yang ada dengan cepat tersaji. Ia memasak nasi goreng dan kornet panggang. Waktu sudah menunjukkan pukul 7 lewat 15 menit.
mungkin tak ada salahnya aku makan dulu. Aku belum makan sejak tadi, batinnya sembari mengambil piring dan sepasang sendok.
Di rumah besar nan megah itu memang tidak ada satupun pembantu. Semua tugas yang seharusnya dikerjakan oleh pembantu, Kelly lah yang mengurusnya.
Gadis itu mulai makan dengan lahapnya. Seakan tak pernah memakan hidangan seperti itu.
"Heii! Siapa suruh kamu duduk di kursi meja makan saya?!! Tubuhmu yang kotor itu tak pantas duduk di kursi makan yang mahal ini! Pergi sana makan di dapur!!" Teriak ibunya yang sudah keluar dari kamarnya.
Kelly hanya bisa pasrah, ia hanya menunduk dan berjalan menuju dapur sembari memegang piringnya.
"Kelly! Cepat bawakan segelas teh!" Perintah ayahnya. Ya, ayahnya. Bahkan ayahnya sendiripun tidak menyayangi dia. Kata orang, cinta yang pertama kali di dapatkan oleh seorang wanita adalah dari ayahnya. Namun tidak dengannya. Menganggap Kelly sebagai anak saja tidak, apalagi menyayanginya.
Setelah selesai menyiapkan teh, dia pun mulai berjalan ke meja makan. Di sana sudah ada ayah, ibu, dan adiknya.
"Ini kenapa tehnya kemanisan?! Kamu mau buat saya penyakitan gitu?! Apa maksud kamu hah?!!" Bentak ayahnya sambil menyemburkan air teh yang baru diseruputnya ke arah Kelly.
"Maaf yah..." bisik Kelly, lirih.
"Maaf.. maaf!! Tak ada maaf untuk semua yang kamu lakukan! Dasar anak tak tahu diri!! " bentak ayahnya dengan kuat.
"Ma..aaf..inn aku yah.." lirih Kelly
"Sudah berapa kali saya katakan JANGAN PANGGIL SAYA AYAH !! Saya tidak sudi punya anak seperti kamu!!" Satu tamparan mendarat mulus di pipinya.
Terlihat dua wanita yang dari tadi melihatnya tersenyum sinis. Ya, mereka adalah ibu dan adiknya.
***
Holaaaa 💕
Ada yang nungguin???
Makasih banyak buat para readers-ku yang kasih vote dan koment juga.. dan buat para siders, ya makasih juga udah baca :v
Oiya, aku ada satu challenge buat para readers dan siders ku sayang :v
Buat komentar sebanyak-banyaknya tentang cerita aku make capslock :"
Dan akun yang beruntung akan aku umumin di part berikutnya :vOke, sekian :"
Ditunggu part selanjutnya, readers dan siders ku sayang :"Ayo vote 🌟
👇👇
KAMU SEDANG MEMBACA
ANXIETY
Teen FictionApakah kamu pernah merasakan kebahagiaan? Bagaimana rasanya? Bisakah kamu menceritakannya sedikit untukku? Agar setidaknya aku bisa merasakan kebahagiaan walau itu dari cerita orang lain.