impLOVEssible - 3

86.7K 4.9K 231
                                    

RIVAY

Aku menghirup udara segar pagi ini di bandara Soekarno-Hatta. Perjalanan panjang dari New York membuat seluruh badanku seperti habis di timpa kontainer. Remuk. Rasanya ingin cepat-cepat membaringkan tubuhku di kasur kingsize di apartemenku. Tapi kemudian aku teringat ada hal yang lebih penting dari sekedar istirahat saat ini. Setelah seminggu berpisah, aku sudah rindu setengah mati kepada putri tunggalku, Raisa Kamila Arsjad.

Aku segera mengambil mobilku yang kuparkir menginap di bandara dan mengemudikannya menuju sebuah kota di pinggiran Jakarta. Situasi jalanan minggu pagi ini terbilang lancar. Tol dalam kota yang biasanya tidak pernah sepi, pagi ini hanya terlihat beberapa mobil yang berkecepatan tinggi karena jalan yang sepi.

Biasanya aku tidak nyaman menitipkan Raisa kepada orang lain selain orang tuaku. Namun papa mama sedang berada di Medan untuk menghadiri pernikahan sepupuku. Sementara bibi yang biasa mengurus Raisa ijin pulang kampung karena anaknya sakit. Ray Arsjad, keponakanku yang sedang mengambil S2 dan tinggal di samping apartemenku jelas tidak bisa di andalkan.

Playboy cap karung beras itu tidak pernah berhenti membawa gadis-gadis ke apartemennya. Aku tidak mau Raisa harus melihat adegan-adegan tidak senonoh dari bocah gila itu. Akhirnya aku teringat, almarhumah istriku mempunyai keluarga yang tinggal di Bogor. Dan sejauh yang aku ingat, abah dan ibu -sapaan mereka- cukup dekat dengan Raisa saat pemakaman Silvi beberapa bulan yang lalu.

Yang tidak aku ketahui adalah Abah dan ibu punya anak ABG perempuan yang baru lulus SMA. Namanya Mai Nina. Jangan tanya bagaimana kelakuannya, aku selalu inget preman pasar ketika melihat tingkahnya. Benar-benar mengerikan.

Pikiranku yang berkelana entah kemana membuatku tidak sadar bahwa aku sudah sampai di dekat rumah Abah. Aku memarkir mobil di halaman rumahnya dan saat itulah sosok Raisa yang memakai celana pendek hitam dan kaos merah bergambar mickey mouse langsung berlari ke arah mobilku. Dengan senyum terkembang sempurna, aku turun dari mobil dan langsung menangkapnya saat dia melompat ke pelukanku.

"Papa, Raisa kangen deh.." dia merengek dan menenggelamkan kepalanya di leherku.

"Lho kok sama? Papa juga kangen ama Raisa. Gimana betah nggak tinggal di rumah kakek nenek?" Aku menggendongnya dan membawanya ke beranda depan.

"Betah banget, papa. Tiap sore, Raisa di ajak main layangan atau main bola di lapangan belakang sama kak Mai. Boneka Raisa sampai nggak sempet di mainin. Trus kak Mai ngajarin Raisa bikin layangan sendiri. Ternyata gampang banget. Nanti deh Raisa ajarin papa." Sejenak aku terdiam mendengar celotehan Raisa yang tampak bersemangat. Aku pandangi wajahnya, kulitnya memang terlihat lebih kecokelatan. Ini pasti gara-gara ABG labil itu bawa Raisa main panas-panasan.

Aku melongok ke dalam rumah. "Kakek nenek ada?"

Raisa menggeleng. "Kakek nenek lagi ke pasar seperti biasa. Ada kak Mai di belakang lagi bikin sarapan untuk Raisa."

Aku mendudukkan Raisa di kursi dan memintanya main sendiri sebentar sementara aku bergegas ke belakang untuk menemui ABG itu.

***

MAI NINA

Story of my life! I'll take her home..i'll drive all night. To keep her warm and time is..frozenn!!

Dengan semangat 45 sambil mengaduk nasi goreng di wajan, aku bernyanyi lagu favoritku sambil membayangkan Zayn Malik yang gantengnya tak tertandingi itu memelukku dari belakang. Ya namanya juga mengkhayal, bebas-bebas aja dong ya mau berkhayal apa.

Aku mengambil sendok kecil dan mencicipi nasi goreng yang kubuat untuk sarapan Raisa. Rasanya lumayan, untuk ukuran orang yang jarang menyentuh dapur sepertiku, nasi goreng ini bisa di katakan sebuah masterpiece!

impLOVEssible (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang