1

38 6 2
                                    

"Jadi, tadi kalian tau kan gue sempet mandang ke 1 arah dikantin ini?"

Keduanya mengangguk.

"Gue lihat sesuatu"

"Sesuatuuuuu yang ada dihatimuu" tiba-tiba Davis bernyanyi "yang bener dah Na" ucapnya lagi dengan nada malas dan takut.

"Udah-udah lanjutin" ucap Vira menengahi ke-gblk-an Davis.

"Gue lihat sesuatu yang gak wajar disini. Dia minta tolong ke gue. Sebenernya udah dari 2 hari yang lalu, setiap kali gue masuk ke kantin ini selalu ada bisikan minta tolong tapi gue hiraukan." Ucapnya terhenti untuk mengambil nafas sejenak sebelum melanjutkan kalimat selanjutnya.

"Akhirnya tadi, gue lihat sosoknya. Perih mata gue, entah kenapa rasanya kayak gue sakit banget waktu gue mau masuk ke dunianya waktu itu."

"Lalu, lo mau ngelakuin apa setelah ini? Lo aja belum tau asal mula nya dia gimana kan" tanya Vira

"Itu yang bikin gue penasaran. Dia minta tolong ke gue, tapi kenapa dia seakan nggak ngebolehin gue tau apa yang sebenernya terjadi sama dia waktu itu." Jelas Reina

"Sorry nih Na, tapi boleh gue tau gimana rupa nya?" Tanya Davis.

"Lo yakin mau tau?" Tanya Reina serius.

"Yaa.. yakin lah Na, masaa gue gayakin sih sama elo" Ucap Davis sambil mengedipkan satu matanya.

"Gue serius." Ucap Reina memutar bola matanya.

"Iya yakin Na" jawab Davis kembali serius.

"Mukanya hancur, matanya berair darah, gue gatau itu dia lagi nangis atau emang keluar kayak gitu, bola matanya sedikit keluar dari tempatnya, kulitnya.. rusak, hitam, kayak luka bakar. Lo tau korban kebakaran kan? Ya kira kira kayak begitulah." Jelas Reina.

"Serem amat Na" ucap Vira lalu merapatkan dirinya ke Reina.

"Gue bisa ambil hipotesis disini." Ujar Davis serius.

"Lo... bisa mikir?" Tanya Vira dengan polosnya.

"Ya bisalah! Yaampun Na, temen lo jahat bener. Ya kali gue gabisa mikir, kagak sekolah guee kalo gabisa mikir! Mikir makanya!" Keluh Davis

"Belibet tau gak lo ngomong" Tandas Althaf. "Apa hipotesis lo" lanjutnya.

"Jadi gini, disini gue baru nemu 1 kejanggalan. Kata Reina sosok dia rupanya kayak korban kebakaran. Terus dia juga gak mau ngasih tau masalalunya dia ke elo yang notabene dimintain tolong sama sidia. Ada 1 fakta disini. Dia gak ngasih tau gimana dia dulu karena lo lihat dari rupanya dia pun tau, dia matinya gegara apa kan?" Jelas Davis.

Ketiganya mengangguk menyetujui.

"Sayangnya, disini kita melewatkan 1 petunjuk dari dia." Lanjut Davis.

"Petunjuk apa?" Tanya Althaf.

"Dengan dia kagak mau nyebut siapa dia atau kagak mau nyeritain dirinya ke Nana nih, mestinya si Nana tuh ada inisiatif buat cari tau. Jadi, pasti masalahnya si dia ini pasti ada akarnya." Jelas Davis.

"Akar? Gimana maksut lo?" Tanya Vira.

"Ck. Jadi, perumpamaan gini, lo ngapain ngasih tau keadaan lo kalo dari raut muka juga semua pasti tau. Ya kayak gitu. Dia ngapain ngasih tau matinya dia kenapa kalo dari rupanya aja lo udah bisa nebak." Ujar Davis.

"Ya maksut akar tuh apa bego!" Geram Althaf.

"Inti darj hipotesis gue adalah pembunuh si dia ini masih berkeliaran dan dia tau kalo yang bunuh dia ini tuh, kenal kita. Dah gitu." Jelas Davis tuntas.

"Lo tau darimana heh dia nyimpulin kayak gitu." Tanya Althaf dengan geram.

"Oke, gue tanya ke Nana, apa dia cuma bilang tolong tolong? Nana belum cerita sepenuhnya ke kita bro." Jelas Davis.

"Iya, dia gak cuman minta tolong. Dia juga kadang bilang semacam hati hati" sadar Reina.

"Ntuh! Oke lanjut ke pemecahan ke2" ujar Davis.

"Buat tau siapa dan gimana kejadiannya, kita butuh informasi. Sekarang gue tanya ke kalian ber3, ada yang tau gak rumor tentang sekolah ini? Tentang semacam kebakaran atau bunuh diri disini?" Tanya Davis

Semuanya terdiam, memikirkan selama 2 tahun mereka belajar disini, terlihat semua baik-baik saja. Tak ada
Kejadian apapun yang serius.

"Gue pernah denger tentang kebakaran disekolah ini, tapi udah 2 tahun yang lalu." Ucap Vira.

"Ceritain, mungkin ada informasi dicerita lo" saran Althaf.

"Oke jadi 2 tahun yang lalu gue denger dari tetangga gue yang sekolah disini dulu. Karena dia libur, gue tanya dong. Ngapain libur orang gaada tanggal merah atau gimana. Lalu dia bilang kalo sekolahnya kebakaran." Cerita Vira terhenti sejenak.
Mengambil nafas dan melanjutkan lagi "katanya, bagian belakang sekolah ini yang terbakar. Termasuk kantin ini dong? Tapi gak ada korban jiwa, terus penyebab kebakarannya juga belum diketahui." Tukas Vira.

"Sampai saat ini?" Tanya Davis

"Mungkin. Karena emang setelah gue tanya pun gue masabodo akan masalah itu. Toh, bukan urusan gue waktu itu." Jelas Vira. "Tapi emang bisa ya? Kejadian 2 tahun lalu dan sekarang masih aja ada?" Lanjutnya.

"Kemungkinan kecil aja Vir" jawab Davis."karena kita gak tau kejadian selanjutnya setelah kebakaran itu terjadi." Jelasnya.

"Kan gaada korban jiwa? Gaada hubungannya dong?" Tanya Vira lagi.

"Itu informasi dari mulut ke mulut. Bisa aja, itu info saat belum ditemukan korbannya." Ujar Althaf.

Ucapannya Althaf diangguki oleh kedua temannya. Mereka kembali diam dengan semua hipotesis yang mereka punya. Masih rumit. Ini masih awal. Masih ada banyak petunjuk yang ia harus ketahui untuk memecahkan masalah ini dan agar ia pun tak dihantui oleh permintaan tolong gadis itu.

Tunggu.

Gadis itu?

Reina kembali memijit pelipisnya. Dahinya berkerut samar.

"Gue ada Link"Ujar Reina tiba-tiba.

"Maksutnya?" Tanya Vira

"Nanti gue kasih tau. Nanti pulang sekolah ke kantin ini lagi. Kita tunggu sampai sekolah ini sepi." Tukas Reina.

Penuturan Reina segera diangguki oleh ketiga temannya.

Tiba-tiba...

🔆🔅🔆

Halo haiii, update lagi nihh! Selamat lebaran semua.
Insyaallah Reina bakal update setiap hari.
Kalo author lagi encer :v

Pada kepo gak sih? :(
Author memang amatir:'

Happy reading!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 05, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

REINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang