Alana | 1

90 9 2
                                    

Tentang SMA, yang tak henti-hentinya membuat cerita.
Tentang gadis yang dibodoh-bodohi semesta.
Tidak ada yang salah.
Karena, memang pantas ia mendapatinya.

🕊

Happy Reading!

Dia,  Alana. Gadis cantik menarik yang angkuh. Anak osis yang mampu diandalkan guru-guru penting sekolah. Anak SMA yang salah tempat. Yang tak pernah lelah lari sana-sini setiap harinya, jerit-jerit layaknya dihutan, tak jarang orang-orang membenci kelakuannya, setiap harinya selalu memakan korban karena kejahilannya.Tak jarang juga orang mengira kalau Alana telat puberty.

Prinsip Love Yourself yang membuatnya sulit berubah. Tutup mata. Tutup telinga. Yang terpenting baginya adalah bagaimana hari ini ia mampu menyenangkan dirinya sendiri. Cari perhatian adalah tujuan kedua-nya disekolah. Gadis aneh yang memiliki banyak teman pria, yang disukai banyak pria pula. Kok dia banyak yang mau ya, padahal lo liat sendiri kelakuannya. Begitulah kira-kira, kalimat yang keluar dari mulut geng nyinyir sekolah.

Namun, ada pria yang tak henti-hentinya mengejar hati gadis aneh ini. Leo, dia adalah pria berwajah pas-pasan yang mampu membuat Alana bertahan disisinya. Walaupun terkadang yang didapatkan Leo hanya kekecewaan.  Tak jarang, perilaku dan sifat Alana yang menyakitkan. Terlebih jika Alana sedang bermain dengan teman-teman prianya. Leo tak akan diliriknya walau sedetikpun.

Leo sangat menyayanginya dengan tulus. Mampu menjaga dan setia sepenuh hatinya. Ya. Diakui. Jika Leo tak mampu memberikan apapun kepada Alana. Tak seperti pria yang layak menyayangi wanitanya diluar sana. Hanya bermodal cinta, namun mampu berkorban sepenuhnya.

Jam istirahat sekolah...

"Al! Kantin gak lo?" Mina mengajak Alana kekantin.
"Enggak. Duluan deh, mager nih." Alana memasangkan Earphone ditelinganya.
"Oke deh. Duluan yeeee.." Mina dan lainnya meninggalkan kelas. Disambut dengan jari Alana yang melambangkan oke.

Alana asik mendengarkan lagu ditelingannya, sembari membaca buku bahasa inggris seperti biasanya. Alana menyukai bahasa inggris, dan seperti murid lainnya ia begitu membenci Matematika. Namun, berusaha keras untuk mengertinya.

Alana reflek menengok arah jendela. Dilihatnya rambut keren Leo bergerak menandakan sedang berjalan menuju kelasnya. Mampus, gue. Ucapnya dalam hati sembari panik.

Alana spontan melepaskan earphone yang dipakainya. Mengganggu musik yang senantiasa asik menari ditelinganya.

Alana berlari menuju meja pojok paling belakang, berusaha menempatkan badan mungilnya dibawah kolong meja.
"Misi-misi, numpang gua numpang."
"Lo apa-apaan sih?!" Devan pemilik tempat membentak heran.
Alana berbisik. "STTTTTTT!! Diem!! Bentar doang juga!"
"Gak jelas banget sumpah, ganggu deh lo."
"Bentar doang anjir astaga stt!"
Alana berbisik sedikit kesal. Devan spontan menyadari kehadiran Leo.
"Ohhh gegara Leo?" Devan menatap dengan trik jahilnya.
"Alana mana Dev?" Leo bertanya dari pintu sembari memperhatikan isi kelas.
"Nih..." Devan menjawab santai menunjuk kearah bawah mejanya.
"Eh, bodoh!" Alana panik berbisik.
"ALANA NGAPAINN?" Leo datang ke meja Devan, Devan tertawa tipis.
"Dia senang deh sama bau kaos kaki gua." Alana keluar dengan wajah marah.
"SENANG SENANG SENANG! MUKE LU!" Alana pergi keluar kelas.
"Lah, mau kemana, Al?" Leo mengikuti.

Alana pergi keluar kelas diikuti Leo dibelakangnya.

Devan tertawa,
"Cewe aneh. Muak. Euh."

Leo mengikuti Alana yang berjalan cepat dengan kekesalannya.
"Al, Al, lo kenapa sih?"
"Lo balesin aja tuh chat asrama putri lo."
"Yaampun, Al. Siapa? Aulia? Lo kan tau dia teman kecil gua."
"Gak tuh, gua gak tau."
"Yaudah ya, dia itu teman kecil gua. Rumahnya depan rumah gua. Itu ngajak tetangga kumpul bakar-bakar doang, udah."
"Oh." Alana melanjutkan jalannya.
"Al..."
"Apasih?! Iya iya udah."
"Al... Please dong... I just love you."

Dion datang dari arah belakang mereka.

"Wei Alana!"
"Wuih wassup bre!"

Saling rangkul dan Alana meninggalkan Leo. Leo menarik nafas panjang. Begitu kira-kira kisah Leo dalam mencintai Alana, hari demi hari yang didapatkan hanya sakit dihati. Namun, Leo tak pernah marah dengan sikap Alana yang seperti itu. Karena, bagaimanapun pasti Alana akan pergi meninggalkannya. Jika diam adalah cara terbaik agar Alana tetap disisinya, sesakit apapun itu adalah jalan yang dia pilih.

< CHAT LINE >

16.55PM - Alana : "P"
16. 57 PM - Leo : "Oit?"
16.57 PM - Alana : "Dmn?"
17.00 PM - Leo : "Rumah. Kenapa?"
17.03 PM - Alana : "Tadi off?"
17.04 PM - Leo : "Gak"
17.04 PM - Alana : "Ngapain aja?"
17.07 PM - Leo : "Pulang, tidur, scroll timeline."
17.09 PM - Alana : "Oh gitu. Asik dong, sampe gak ngabarin."
17.09 PM - Leo : "Hehe"
17. 12 PM - Alana : "Lo kenapa sih?"
17.13 PM - Leo : "Lo yang kenapa?"
17.13 PM - Alana : "Lah?"
17. 16 PM - Leo : "Gua lagi ngomong, Al. Lo ninggalin gua ngomong gitu aja. Lo anggap gua apa sih? Harus sesakit ini tah sayang sama lo?"
17.18 PM - Alana : "Lah masalah tadi? Kan gua udah diem. Lo aja yang terus sorry sorry."
17.19 PM - Leo : "Lo gak pernah ngerasain Al gimana rasanya ada diposisi gua."
17.20 PM - Alana : "Lagian kita kan cuma temen."
17.26 PM - Leo : "Gua puluhan kali bilang kalo gua mau kita lebih dari ini. Lo selalu kasih jawaban yang artinya gua sendiri gak tu antara iya atau nolak. Jangan gantung gua gini, Al. Ini bukan waktu yang singkat gua disini. Bukan lagi sebulan duabulan. Disaat gua mau pergi lo selalu nahan gua, disaat gua disini lo selalu buang gua."
17.26 PM - Alana : "Gua gak akan kemana-mana. I never leave you alone. Tenang aja."
17.27 PM - Leo : "Kan. Gak ngerti deh gua. Maafin gua ya.."

Seperti itulah yang terus terjadi. Tak ada lelah-lelahnya Leo dengan kata-kata manis Alana. Alana gadis cerdik, egois. Dia hanya takut sepi. Itulah alasannya mengapa membuat Leo tak mampu berkutik. Bukan karena logika apalagi soal hati.


Hope you like! Jangan lupa like ya. Ikutin teus next nya! See U🖤

ALANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang