"Oke, rapat ekskul kali ini sampai disini dulu. Jangan lupa ya, minggu besok kita bakal ikut event bareng sekolah lain,"
Dhita menutup buku jurnalnya lalu melemaskan sejenak otot-otot badannya karena terasa kaku saat digerakkan. Rapat ekskul gambar kali ini agak lama, terbukti sekarang sudah menunjukkan pukul setengah enam sore dan hari yang sudah makin gelap karena mendung.
Perempuan itu menjadi yang terakhir keluar karena dia yang memegang kunci. Di lapangan, yang biasanya ramai diisi oleh anak ekskul basket, kini sudah kosong.
Menyadari bahwa hanya ia yang tinggal sendiri membuatnya cepat-cepat berjalan di koridor sekolah. Dia sempat berpamitan dengan satpam yang menjaga diluar, lalu mengeluarkan ponselnya untuk menelpon kakaknya yang akan menjemputnya.
"Maaf, nomor yang anda hubungi sedang berada diluar jangkauan...."
Keningnya menyerngit bingung karena biasanya ponsel kakaknya tak akan mati saat dia akan pulang sekolah. Bunyi gemuruh lalu tanpa aba-aba, hujan deras turun membuat Dhita menghembuskan napasnya kasar.
Bagaimana ia bisa pulang sekarang? Paket datanya sudah dihabiskan oleh Jeno dan Natasha tadi siang, lalu kakaknya tak bisa ditelpon. Taksi juga tidak ada yang lewat.
Hari semakin gelap dan Dhita tak mau tinggal disini terlalu lama. Pekerjaan sekolahnya masih banyak yang belum selesai dan juga dia ingin cepat-cepat tidur karena matanya sudah terasa sangat berat.
Suara klakson motor membuatnya tersentak lalu melihat siapa orang yang membunyikannya. Terlihat laki-laki yang wajahnya ditutupi helm full face yang membuat Dhita tak bisa mengenalinya.
"Ayo pulang," laki-laki itu bersuara membuat kali ini Dhita sangat terkejut. Helm yang laki-laki itu pakai, dinaikan sampai melihatkan wajahnya yang kini basah, "ayo," titahnya lagi.
Dhita tersenyum lebar, lalu berlari kecil menuju motor laki-laki tersebut. Lalu dia bergegas naik dan memeluk pinggang laki-laki itu.
"Pegangan, nanti jatoh."
"Iya iya, bawel. Ayo cepat, udah dingin banget nih," ujar Dhita sambil mendekatkan kepalanya pada kepala laki-laki tersebut.
Laki-laki itu menarik sudut bibirnya keatas membuat senyuman. Lalu dia mulai menghidupkan mesin motor dan menjalankannya membelah jalanan yang sudah dibasahi oleh hujan.
"Hati-hati bawanya Jaemin!" Dhita, perempuan itu agak berseru agar laki-laki itu mendengarnya. Jaemin tak menjawab, hanya mempertahankan senyumannya dan fokus mengendarai motor.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Way
FanfictionHampir seumur hidup Dhita menjalani hari bersama Na Jaemin, sahabatnya. Sialnya, dia juga harus menjalani harinya bersama perasaan hati yang seharusnya tak ia miliki pada sahabatnya itu. Lalu ada Huang Renjun, murid pindahan yang duduk dibelakang ku...